Infrastruktur
Proyek Flyover Rawapanjang dan Flyover Cipendawa Selesai Dikerjakan Bisa Dilewati Mulai Bulan Depan
Proyek pembangunan infrastruktur yaitu Flyover Rawapanjang dan Cipendawa yang didanai DKI Jakarta sudah rampung dikerjakan.
Penulis: Muhammad Azzam |
Proyek pembangunan infrastruktur yaitu Flyover Rawapanjang dan Flyover Cipendawa yang didanai DKI Jakarta sudah rampung.
Bulan depan atau pada Januari 2020, sudah bisa dilalui oleh kendaraan.
Pembangunan Flyover Rawapanjang dan Cipendawa Kota Bekasi yang didanai Pemerintah DKI Jakarta sudah rampung. Direncanakan pada Januari 2020 sudah bisa dilintasi kendaraan.
"Proyek sudah rampung 100 persen pembangunan Flyover Rawapanjang dan Cipendawa."
"Terakhir, kontrak tanggal 30 Desember, ya tingga perapihan bekas proyek aja," kata Idi Susanto, Kasi Pengembangan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bekasi, Kamis (26/12/2019).
• Jalan di Bandara Soetta Menjelma Seperti Kubangan Kerbau Meski Merupakan Bandara Internasional
Idi menerangkan, untuk pengoperasiannya atau peresmiannya direncanakan pada Januari 2020.
Ada pun untuk tanggalnya menunggu jadwal dari Gubernur DKI Jakarta yang berencana akan ikut meresmikan.
"Belum pasti jadwalnya, pokoknya Januari kan sudah siap nih, cuma kan kemarin Gubernur DKI kan juga pengen hadir nih, jadwalnya belum dapat, belum klop," jelas Idi.
Idi menjelaskan pembangunan kedua flyover itu Rawapanjang dan Cipendawa telah dimulai sejak tahun 2017.
Adapun biaya pembangunan konstruksi maupun pembebasan lahan menggunakan dana hibah dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Jadi, pembangunannya dua tahap, tahap satu di tahun 2017- 2018 dan tahap dua ini di tahun 2019," kata dia.
Idi menambahkan Flyover Rawapanjang itu menghubungkan Jalan Jenderal Ahmad Yani dan Jalan Raya Narogong.

Sedangkan Flyover Cipendawa merupakan akses penghubung Jalan Raya Cipendawa dan Jalan Raya Narogong.
"Selain untuk mengurai kemacetan di titik lokasi tersebut, pembanguannya juga untuk menunjang kelancaran operasional truk sampah DKI menuju ke tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Bantar Gebang," katanya.
Pembangunan kedua flyover itu menelan biaya Rp 420 miliar untuk kontruksinya saja.
Dengan rincian: Flyover Rawapanjang sebesar Rp 180 miliar dan Cipendawa Rp 240 miliar.
Flyover Rawapanjang memiliki panjang 800 meter dan Flyover Cipendawa 850 meter.
• Ada Wanita Hamil di Kabupaten Bekasi Sembunyi di Kolong Ranjang Saat Gerhana Matahari Akibat Mitos
Sebelumnya, diberitakan bahwa pembangunan Flyover Rawa Panjang dan Cipendawa Kota Bekasi terancam terganggu. Pasalnya, proyek itu mengandalkan dana hibah kemitraan DKI Jakarta yang tidak didapat Pemerintah Kota Bekasi pada tahun 2018 ini.
Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi menyebut, meskipun proyek pembangunan kedua flyover itu terganggu karena tidak dapatnya dana hibah kemitraan DKI Jakarta, ia memastikan akan tetap melanjutkannya.
"Berpengaruh pastinya karena dana kemitraan DKI itu tidak ada, tapi kita akan tetap lanjutkan."
"Jangan sampai mangkrak," katanya kepada Wartakotalive.com, Jumat (19/10/2018).
Rahmat Effendi menjelaskan, pembangunan flyover Rawa Panjang dan Cipendawa itu memang lebih banyak mengandalkan dana hibah kemitraan DKI, selain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bekasi.
Dana hibah kemitraan DKI Jakarta pada 2017 sebesar Rp 200 miliar.
"Kalau dana kemitraan tidak dapat terus ini kan yang repot."
"Sekarang, kalau saya tanya bangun flyover, aksesnya buat siapa, kan buat DKI."
"Saya memperbaiki jalan Jatiasih yang sudah bagus itu, saya tanya, aksesnya buat siapa, buat kepentingan DKI, ada warga saya memang di situ tapi kan mobilitas truk sampah DKI lewat situ," katanya.
Ia mengungkapkan tidak melihat berapa nilai dana kemitraan DKI Jakarta, tetapi komunikasi dan manfaat bersama antar Kota Bekasi dan DKI Jakarta.
"Ini kan sudah ada Perjanjian Kerja Sama (PKS), dulu kita dapat Rp 3 miliar, setelah Pak Jokowi dapat dana kemitraan Rp 40 miliar lebih, terus ke Pak Ahok 2017 itu Rp 200 miliar."
"Jadi dalam perjanjian itu dana kompensasi itu bukan soal uang bau bantar gebang tapi ada dana kemitraan," tandasnya.
Pantauan Wartakotalive.com, proyek pengerjaan kedua flyover itu masih tetap berjalan.
Terlihat sejumlah alat berat maupun pekerja sedang melakukan pekerjaan kontruksi.
Dampak proyek itu juga arus lalu lintas macet dikarenakan penyempitan jalan.

Dua Flyover
Seperti diberitakan, Kota Bekasi sedang membangun dua jalan layang atau flyover di persimpangan Jalan Raya Narogong. Pembangunan dua flyover yang dimulai pada pertengahan tahun 2017 ini diprediksi menelan biaya Rp 600 miliar yang rampung pada 2020 mendatang.
Kepala Bidang Bina Marga pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Kota Bekasi, Widayat Subroto mengatakan, pembangunan flyover sudah dilakukan sejak triwulan keempat 2017 lalu.
Pembangunan masing-masing flyover diproyeksikan menelan biaya Rp 300 miliar dengan tiga tahap pengerjaan.
"Kedua flyover itu dibangun dalam tiga tahap penganggaran, sehingga bisa dioperasionalkan pada tahun 2020 mendatang," kata Subroto di Plaza Pemerintah Kota Bekasi, Senin (20/8/2018).
Menurut dia, alokasi dana yang diperoleh itu bukan hanya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bekasi saja. Namun diperoleh dari dana hibah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2017 lalu sebesar Rp 200 miliar.
"Kita memang mengusulkan pendanaan bantuan dari DKI Jakarta untuk mempercepat pembangunan," ujarnya.
Pelaksana tugas Kepala Dinas BMSDA Kota Bekasi, Arief Maulana mengatakan, flyover Rawapanjang akan menghubungkan Jalan Ahmad Yani dengan Jalan Raya Narogong. Sementara flyover Cipendawa dibangun untuk mengurai kepadatan kendaraan di persimpangan jalan tersebut.
Nantinya, para pengendara yang datang dari Jalan Ahmad Yani bisa tetap melaju tanpa harus berhenti di persimpangan lampu lalu lintas di.
"Flyover Rawapanjang dibikin satu arah dari Ahmad Yani menuju Narogong, sedangkan flyover Cipendawa dibikin dua arah untuk ke Bekasi dan Bantargebang," jelasnya.
Mendesak
Dia merinci, dimensi jembatan Cipendawa memiliki panjang 830 meter dengan lebar 15 meter. Sedangkan jembatan Rawapanjang memiliki panjang 730 meter dan lebar 14 meter.
Keberadaan jembatan ini, kata dia, merupakan hal yang mendesak karena untuk mengurai kepadatan kendaraan yang terjadi selama ini.
Karena itu, dia meminta kepada masyarakat untuk mencari jalan alternatif lain untuk menghindari kemacetan akibat adanya pembangunan jalan. Dia tidak memungkiri, setiap penataan infrastruktur di jalan raya pasti memiliki dampak pada lalu lintas.
Namun hal ini hanya dirasakan sementara waktu sementara bila jembatan ini selesai dibangun, masyarakat akan merasakan dampak positifnya.
"Persimpangan yang awalnya sering dilanda kemacetan, nanti akan terurai dengan kehadiran jembatan ini," ujarnya. (M18)