Pangan

Stok Beras Sampai Akhir Tahun Aman, Sampai Pengusaha Kesulitan Menjualnya

Badan Pusat Statistik (BPS) malah memprediksi pasokan beras akan surplus hingga akhir November.

Warta Kota/Joko Supriyanto
Pasar Induk Beras Cipinang, Rabu (16/5/2018). 

Pengusaha beras di Pasar Induk Cipinang, Pulo Gadung, Jakarta Timur, menyatakan stok beras aman hingga akhir tahun.

Soal stok cadangan beras pemerintah di gudang Perum Bulog sebanyak 2,3 juta ton.

Badan Pusat Statistik (BPS) malah memprediksi pasokan beras akan surplus hingga akhir November.

"Saat ini stoknya sudah lebih dari cukup," kata Billy Haryanto, seorang pengusaha beras di Pasar Induk Cipinang, Senin (25/11/2019).

Impor Beras Ketan Dinilai Mengingkari Produksi Dalam Negeri

Bulog Minta Izin Impor Beras Ketan 65 Ribu Ton, Pengamat Pertanyakan

Berdasarkan perhitungan BPS dengan metode Kerangka Sampel Area, produksi nasional gabah kering giling (GKG) sebanyak 51,29 juta ton atau 29,41 juta ton setara beras.

Dari jumlah itu, pasokan beras bakal surplus sebanyak 2,15 juta ton.

Menurut Billy, jumlah tersebut sangat cukup hingga akhir tahun.

"Bahkan bisa sampai awal tahun 2020. Karena saking banyaknya stok sekarang. Bulog saja sampai 2,3 juta ton. Belum lagi hasil dari musim panen," ujarnya

Saking melimpahnya stok beras di pasaran, para pengusaha pun agak kesulitan menjual beras.

Billy, misalnya punya sekitar 4.000 ton beras miliknya tertahan di gudang Jawa Tengah akibat melimpahnya stok beras.

"Saya punya 4 ribu ton belum keluar di gudang karena stoknya masih melimpah," kata Billy.

Impor Beras Ketan Dinilai Mengingkari Produksi Dalam Negeri

Pengamat ekonomi Indef Berly Martawardaya menilai rencana impor beras ketan bisa mengingkari hasil produksi dalam negeri para petani lokal.

Berly dalam pernyataan di Jakarta, Rabu, mengatakan rencana itu seharusnya disertai oleh data produksi maupun pasokan yang akurat.

Apalagi, masa panen padi maupun beras ketan akan terjadi dalam waktu dekat yaitu pada awal tahun.

"Kalau stok beras ketan tersedia sampai ke panen berikutnya tidak perlu impor. Apalagi sekitar tiga bulan lagi mau panen, tinggal lihat data BPS apakah sudah tahap membutuhkan atau tidak," katanya seperti dikutip dari antaranews.com.

Berly Martawardaya, pengamat ekonomi dari Indef

Ketua Asosiasi Lumbung Pangan Jawa Timur Suharno juga menyampaikan bahwa impor tersebut belum mendesak karena saat ini banyak beras dan gabah di penggilingan yang masih menumpuk dan tidak bisa dijual.

"Kalau impor jadi, ini akan menyebabkan gairah untuk bertani menjadi loyo, petani tidak akan semangat. Sedangkan impor yang lama saja masih mempengaruhi distribusi beras saat ini," ujarnya.

Untuk itu, ia menambahkan, jika impor beras ketan itu jadi dilakukan, maka pemerintah tidak mementingkan produksi hasil tanam petani lokal.

"Harusnya petani ditingkatkan lagi untuk bertanam (beras ketan) daripada impor. Konsep itu yang harus di wujudkan untuk swasembada pangan," katanya.

DPR dan Pakar Menilai Rencana Impor Beras Ketan Bertentangan dengan Perintah Jokowi

Sementara Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi mengatakan, langkah permintaan impor menunjukkan bahwa Perum Bulog, tidak takut dengan ancaman sanksi dari Jokowi.

“Kalau dilakukan impor beras ketan, berani sekali itu Bulog, atau Kemendag, tidak takut dengan acaman akan 'digigit' 'big bos' mereka, Jokowi. Kalau impor dilakukan, benar benar sudah melanggar perintah Presiden Jokowi, dan hanya menghabiskan devisa saja,” ujar Uchok kepada wartawan, Rabu (20/11/2019).

Menurut Uchok, Bulog harusnya paham, langkah impor ini akan berdampak pada defisit pada neraca perdagangan. Ia mengusulkan agar Presiden Jokowi merealisasikan ancamannya "digigit" itu. 

Sebelumnya, Sekretaris Perum Bulog, Awaluddin Iqbal mengatakan salah satu alasan rencana impor beras ketan sebanyak 65.000 ton karena komoditas ini belum mampu dipenuhi oleh petani lokal.

Awaluddin menambahkan petani dalam negeri tidak banyak yang menanam beras ketan sehingga pasokan terbatas padahal permintaan cukup besar terutama dari industri makanan.

"Kalau beras biasa, kita stok sangat berlimpah, Pak Dirut (Perum Bulog) juga sudah katakan tidak akan impor beras biasa. Tetapi komoditas khusus yang lain bisa," ujarnya.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved