Bunuh DIri

DRAMATIS! Begini Upaya Polisi Bujuk Pria Bakar Diri di Cipayung, Sempat Rebutan Korek Api

Dinihari, Senin (18/11/2019) 00.30 WIB, masyarakat dihebohkan aksi nekat pria siram bensin dan bakar diri di Cipayung, Jakarta Timur.

Penulis: Rangga Baskoro | Editor: PanjiBaskhara
Kompas.com
Ilustrasi - Dinihari, Senin (18/11/2019) 00.30 WIB, masyarakat dihebohkan aksi nekat pria siram bensin dan bakar diri di Cipayung, Jakarta Timur. 

Dinihari, Senin (18/11/2019) 00.30 WIB, masyarakat dihebohkan aksi nekat pria siram bensin dan bakar diri di Cipayung, Jakarta Timur.

Diketahui, tragedi pria bakar diri di Cipayung berlangsung dramatis di lokasi kejadian saat itu.

Dikarenakan sempat polisi upaya bujuk pria agar tak bakar diri.

Berikut ini upaya dramatis polisi menolong pria bakar diri di Cipayung tersebut.

BREAKING NEWS: Pria Siram Bensin dan Bakar Diri di Cipayung, Begini Penjelasan Polisi

Pelaku Bakar Diri Pemilik Usaha Pecel Lele yang Kerap Bagikan Ayam Goreng ke Tetangga

Pemuda Putus Sekolah Bakar Diri dengan Mengguyur Minyak Tanah ke Badannya di SDN Karawaci

Masyarakat dihebohkan aksi bunuh diri, yang dilakukan oleh seorang pria di kawasan Cipayung, Jakarta Timur.

Diketahui, aksi nekat bunuh diri, dilakukan dengan cara si pria siram bensin dan bakar diri di rumahnya sendiri, Senin (18/11/2019), sekitar 00.30 WIB.

Kronologi HF (32), inisial pria bakar diri di Cipayung tersebut dijelaskan Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur, AKBP Hery Purnomo.

Kejadian berawal saat SPKT Polsek Cipayung terima laporan warga terkait ada seseorang yang hendak bakar diri sekira pukul 23.30 WIB.

 Depresi Ditinggal Istri dan Keluarga Paruh Baya Pengidap Stroke Nekat Membakar Diri

 Menyesal, Pria Bunuh Istri dan Bakar Anak Sendiri di Dukuh Langsung Bakar Diri

 HEBOH! Wanita Korban Asusila Bakar Diri Karena Muak Perlakuan Polisi, Sang Suami Ungkapkan Hal Ini

"Ketika anggota Polsek Cipayung sampai di lokasi korban sedang menuangkan sebotol bensin ke sekujur tubuhnya"

"Anggota sudah coba membujuk korban biar tenang," kata Hery di Cipayung, Jakarta Timur, Senin (18/11/2019).

Upaya petugas untuk melakukan pendekatan secara persuasif ternyata tak berhasil.

HF yang saat itu telah emosi bersiap-siap melakukan aksinya setelah sebelumnya menyiapkan korek api.

 CINTANYA Ditolak Mentah-Mentah Anak Lurah, Pria Ngamuk Bakar Mobil Warga, Ini Kronologi Lengkapnya

 VIDEO: Driver Ojol Tewas Bakar Diri Pakai Bensin di Koja

 Satpam Pembunuh di The Media Hotel Membakar Dirinya Sendiri

Upaya personel Polsek Cipayung merebut korek api secara paksa pun gagal karena karena HF lebih cepat memantik api ke tubuhnya.

"Anggota berupaya merebut pematik api tersebut, namun tidak berhasil"

"Sehingga terjadi kobaran api di sekujur badan korban yang hampir saja membakar anggota," ujarnya.

Beruntung nyawa HF terselamatkan usai personel Polsek Cipayung dan warga memadamkan api di tubuh korban dengan kain.

Hery menuturkan HF yang mengalami luka bakar akibat mengguyur sekitar 1 liter bensin ke tubuhnya kini dirawat di RS Polri Kramat Jati.

"Korban sampai dengan saat ini belum mau bicara. Diduga hal tersebut terjadi karena masalah keluarga, namun masih akan didalami lagi," tuturnya. (abs)

Pengidap Stroke Bakar Diri

Depresi ditinggal istri dan dibuang keluarga, Yunus Saputra (53) nekat membakar diri di halaman depan bedeng tempat tinggalnya.

Tepatnya di Kampung Tipar RT 01 /6, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Senin (2/9/2019) malam.

Kapolsek Cimanggis AKP Bagus Panuntun mengatakan, Yunus ditemui warga tengah terbakar yang kemudian di bantu warga untuk memadamkan api yang membakar sekujur tubuhnya.

"Kejadiannya itu sekitar puku 7 malam, saksi yang melihat yakni tetangga korban langsung menyiramkan air dan kemudian di bawa ke RS Fatmawati," kata Bagus saat dihubungi Warta Kota, Selasa (3/9/2019).

Akibat luka tersebut, Yunus menderita luka bakar 80 persen dan saat polisi menginterogasi korban, Yunus masih merigis kesakitan.

"Korban mengaku sengaja membakar diri dengan menggunakan bensin yang dibeli dari pedagang bensin eceran," tutur Bagus.

Bagus mengatakan, Yunus depresi lantaran telah lama ditinggal istrinya yang kini entah berada di mana.

Saat peristiwa terjadi, Bagus mengatakan Yunus sudah menderita penyakit Stroke lama yang membuat setengah bagian tubuhnya yakni bagian kanan lumpuh.

"Keluarganya sudah tidak mau mengurus korban karena mungkin salah satunya itu karena dia sakit," tutur Bagus.

Sampai hari ini, Bagus mengatakan pihaknya masih terus mencari tahu keberadaan keluarga Yunus yang belum juga di dapatkan informasi keberadaan istri maupun pihak keluarga lainnya.

"Kami di bantu Babinsa (Bintara Pembina Desa) beserta pihak lain untuk mencari tahu keberadaan keluarga korban," kata Bagus.

Wanita Korban Asusila Bakar Diri

Heboh akan aksi seorang wanita korban asusila bakar diri.

Aksi korban asusila bakar diri di depan kantor polisi jadi viral di media sosial.

Diketahui, ada penyebab wanita korban pemerkosaan bakar diri, yakni sang korban asusila muak dengan perlakuan polisi.

Alhasil, wanita bakar diri di depan kantor polisi tersebut tewas.

WartaKotaLive melansir TribunJatim, seorang wanita yang membuat laporan pemerkosaan dilaporkan meninggal dunia setelah membakar dirinya sendiri di kantor polisi di India sebagai protes atas tindakan polisi.

Wanita berusia 35 tahun itu sebelumnya memohon penangkapan kerabat suaminya yang diduga memperkosanya.

Melansir The Independent via iIntisari, Senin (29/7/2019), dia pergi ke kantor polisi Vaishali Nagar di Jaipur, India utara pada 5 Juni untuk melaporkan Ravindra Singh yang memperkosanya pada 2015, tetapi terdakwa tidak ditangkap.

Wanita itu kemudian pergi ke kantor polisi pada hari Minggu bersama putranya dan membakar dirinya di dekat gerbang utama kantor polisi.

Wanita itu kemudian dirawat di rumah sakit karena mengalami hampir 60 persen luka bakar di tubuhnya.

Polisi kemudian mengatakan ia meninggal di pagi harinya saat menjalani perawatan.

"Selama dua bulan terakhir, penyelidikan belum bergerak sedikit pun," kata suami wanita itu kepada Times of India.

“Sebaliknya, polisi menargetkan istri saya dan memburunya seolah-olah dia seorang tersangka.

Seorang Asisten Komisaris Polisi telah memaksanya untuk menarik kasus ini.

"Muak, dia membakar dirinya pada hari Minggu."

Seorang perwira polisi mengatakan kasus itu masih dalam tahap investigasi.

“Kami dengan cepat mendaftarkan Laporan Informasi Pertama (dokumen tertulis yang disiapkan oleh polisi di India) terhadap terdakwa, yang kebetulan adalah kerabatnya.

Tetapi beberapa fakta baru muncul selama investigasi, yang perlu dikuatkan,” kata seorang perwira, yang memilih tak disebutkan namanya.

Asisten Wakil Komisaris Polisi Rai Singh Beniwal mengatakan bahwa kasus pemerkosaan sedang diselidiki tetapi tidak ada bukti yang memadai untuk menangkap terdakwa.

Pemerkosaan adalah salah satu kejahatan yang paling tidak dilaporkan di India - dengan beberapa perkiraan mengindikasikan 90 hingga 95 persen kasus perkosaan tetap tidak dilaporkan.

Menurut data pemerintah, jumlah kejahatan terhadap perempuan yang dilaporkan ke polisi di India naik 83 persen dari 2007 hingga 2016.

Empat pengaduan pemerkosaan dilaporkan setiap jam pada 2016.

Tingkat hukuman untuk kejahatan terhadap perempuan di India sangat rendah.

Menurut statistik kejahatan resmi tahun 2016, hanya 18,9 persen dan terendah dalam satu dekade, tingkat hukuman rata-rata untuk semua kejahatan adalah 47 persen.

Sebuah gerakan dilakukan untuk menghentikan kekerasan seksual pada wanita dan anak-anak.

Ribuan wanita berjalan 10.000 kilometer melintasi India - mencakup 200 distrik di 24 negara bagian- untuk meningkatkan kesadaran tentang prevalensi pemerkosaan di awal tahun.

The Dignity March, yang dimulai di Mumbai pada bulan Desember dan berakhir di Delhi pada bulan Februari, menarik korban penyerangan seksual dari seluruh benua.

Pawai bersejarah ini menyoroti budaya yang 'mempermalukan dan menyalahkan' korban.

Hal ini menurut para aktivis memungkinkan pelaku menghindari hukuman dan menghambat korban dalam mendapat keadilan.

Kenapa Korban Pemerkosaan Tak Bisa Berkutik Melawan?

“Kalau memang tidak mau, kenapa tidak melawan saja?” kata-kata tajam ini sering sekali dilayangkan oleh masyarakat umum kepada seorang korban serta penyintas kasus pemerkosaan.

Komentar seperti ini bisa muncul karena pada dasarnya banyak orang belum paham apa yang terjadi dalam benak dan tubuh seorang korban ketika pemerkosaan terjadi.

Untuk memahami mengapa banyak korban pemerkosaan tidak mampu melawan balik pelaku dan menghentikan serangannya, ternyata ada penjelasan yang didapat dari penelitian, yakni rasa takut yang membuat seseorang menjadi lumpuh.

Fenomena kelumpuhan sementara yang menyerang korban pemerkosaan sudah tercatat sejak beberapa dekade lalu.

Dalam sebuah penelitian dalam jurnal Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica (AOGS) tahun 2017, para ahli mencatat bahwa 70 persen korban perkosaan mengalami sensasi seolah seluruh tubuhnya lumpuh.

Akibatnya, mereka pun tak mampu bergerak, apalagi untuk melawan serangan pelaku.

Sensasi kelumpuhan sementara yang terjadi pada korban pemerkosaan dikenal dengan istilah “tonic immobility”.

Reaksi fisik ini sangat mirip dengan reaksi seekor hewan mangsa yang diserang oleh predator.

Hewan mangsa tersebut biasanya akan diam tak berkutik sedikit pun, sehingga predator yang akan menyergap mengira bahwa hewan yang diincarnya sudah mati.

Rupanya, manusia juga bisa mengalami reaksi serupa.

Pada manusia, korban yang diserang jadi tidak bisa menjerit minta tolong, melarikan diri, apalagi melawan balik si pelaku karena sekujur tubuhnya tidak bisa digerakkan.

Ingat, bukan berarti korban mengizinkan pelaku untuk berbuat keji! Korban justru sangat tidak berdaya sampai-sampai ia kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri.

Sebenarnya reaksi ini cukup lumrah ditemui dalam berbagai situasi menegangkan.

Misalnya ketika seseorang tiba-tiba ditodong dengan senjata api oleh penjahat atau merasa melihat hantu

Tentu sulit sekali untuk langsung bergerak dan melawan balik perampok itu, bukan?

Kebanyakan orang justru akan berdiri mematung saking kaget dan takutnya.

Sama halnya dengan seorang korban pemerkosaan.

Ketika diserang, dalam benaknya korban juga akan berusaha untuk mengosongkan pikirannya.

Hal ini dilakukan secara otomatis supaya nanti korban tak akan mengingat-ingat lagi kejadian traumatis tersebut.

Bahaya menghakimi korban yang tak bisa berkutik

Menurut dr. Anna Möller, seorang peneliti dari Karolinska Institutet and Stockholm South General Hospital di Swedia, menghakimi dan menyalahkan korban karena tidak melawan balik si pelaku sangat berbahaya.

Pasalnya, sejumlah penelitian buktikan kalau korban-korban pemerkosaan yang pada saat kejadian mengalami kelumpuhan sementara lebih rentan mengalami PTSD (gangguan stres pascatrauma) dan depresi.

Ini karena dalam hatinya, para korban menyalahkan diri sendiri karena tidak berdaya melawan serangan pelaku.

Tekanan dari diri korban sendiri begitu besar sehingga mengganggu kejiwaannya dan menyebabkan trauma psikologis yang serius.

Apalagi kalau ditambah komentar-komentar dari masyarakat luas.

Hal ini akan semakin menghambat pemulihan korban, baik secara jasmani maupun rohani.

Karena itu, sebaiknya jangan pernah menyalahkan seseorang karena tidak mampu melawan pelaku kejahatan seksual.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved