Kabinet Jokowi

JOKOWI Disorot Media Asing di Periode Kedua Kepemimpinannya, Sebut Tak Bisa Senangkan Semua Warganya

Media asal Inggris, The Guardian, menulis editorial atau pandangannya soal periode kedua Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

TRIBUNNEWS/JEPRIMA
Presiden Joko Widodo memberikan pidato awal masa jabatan, setelah Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Masa Jabatan 2019-2024, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (20/10/2019). 

PALMERAH, WARTAKOTALIVE.COM - Media asal Inggris, The Guardian, menulis editorial atau pandangannya soal periode kedua Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

Dalam editorial yang diunggah pada Minggu (3/11/2019) itu, The Guardian berpendapat Jokowi tak bisa diandalkan untuk membela hak-hak dasar warganya.

The Guardian memulai tulisannya soal bagaimana Jokowi menyatakan periode kedua dan terakhirnya bakal dijalani tanpa beban.

Namun pertanyaannya, bagaimana kebebasan Jokowi untuk memerintah ini akan terlaksana?

"Lima tahun lalu dia dikenal secara luas sebagai Obama-nya Indonesia."

"Naiknya Jokowi dilihat sebagai langkah maju bagi negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia sekaligus negara berpenduduk muslim terbesar di dunia," bunyi editorial The Guardian.

Prabowo Subianto Diprediksi Jadi Menteri Pertama yang Direshuffle, Rocky Gerung Sebut Alasannya

Kemenangan Indonesia atas era otoritarian Orde Baru dinilai penting sebagai model demokrasi bagi Asia dan negara-negara muslim.

Latar belakang Jokowi yang sederhana dan bebas dari kroni Orde Baru mengantarkannya sebagai sosok yang dijagokan. Ia berhasil meraih kursi gubernur DKI Jakarta, lalu presiden.

"Seperti Obama, dia membawa harapan di tengah politik yang rusak," ujar redaksi The Guardian.

GILIRAN Rocky Gerung Sanjung Prabowo Subianto di Kabinet seperti Perdana Menteri, Ini Penjelasannya

Di periode kedua, Jokowi mengusung slogan kampanye "Indonesia Maju".

Namun banyak pendukungnya melihat Indonesia justru sedang berjalan mundur.

Masalah mendesak seperti hak asasi manusia (HAM), toleransi beragama, serta kualitas demokrasi, dinilai malah menurun.

Ramalan Zodiak Kesehatan Selasa 5 November 2019 Scorpio Bersantai, Pisces Diet, Leo Tak Enak Badan

Meskipun langkah Jokowi membangun infrastruktur dan kesejahteraan sosial dipuji, ada kegagalan lain yang membuat Jokowi dikritik.

Di antaranya kegagalan menjegal korupsi dan kekerasan. Kemudian memberi lahan bagi kelompok Islam garis keras alih-alih menekan mereka.

Jokowi dinilai sadar soal masalah ini sebagai penghambat kebijakan ekonominya yang dipuji.

HEBOH Telinga Seorang Politikus Hong Kong Digigit hingga Putus karena Beda Pandangan Politik

"Wakil Presiden yang baru, Ma'ruf Amin, adalah ulama Islam konservatif yang kuat."

"Ia punya sejarah intoleransi terhadap penganut agama minoritas dan kelompok LGBT," tulis The Guardian.

The Guardian kemudian membahas bagaimana Jokowi menuai kemarahan setelah menunjuk lawannya, Prabowo Subianto, sebagai menteri pertahanan.

Skenario Prabowo Masuk Istana Dibongkar Rocky Gerung, Bakal Jadi Orang Kedua Setelah Jokowi

Padahal, mantan jenderal yang juga mantan menantu Soeharto itu diduga terlibat dalam penculikan dan kekerasan terhadap aktivis 1998.

Penunjukkan Prabowo oleh Jokowi dinilai sengaja dan disadari.

Jokowi
Jokowi (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Sebab pada 2016 lalu, Jokowi juga melakukan langkah yang sama saat menunjuk Wiranto sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM.

Wiranto juga dituduh melakukan kejahatan HAM oleh tribunal atau pengadilan yang didukung Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Iklim politik Indonesia yang selalu membutuhkan rekonsiliasi dengan lawan, kembali dipertanyakan.

The Guardian menyayangakan kecilnya porsi oposisi di parlemen yang hanya seperempat.

"Penunjukan ini membuat aktivis dan warga Indonesia ketakutan. Mereka juga khawatir soal arah kebijakan negara. Paling mendasar, warga bertanya-tanya untuk apa dilaksanakan pemilu," tulis The Guardian.

Selain itu, The Guardian juga menyoroti keputusan Jokowi mempertahankan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar serta Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly.

Pasalnya, aksi unjuk rasa telah berlangsung selama beberapa pekan untuk memprotes kebakaran hutan dan RKUHP serta sejumlah undang-undang yang ditentang keras oleh sebagian warga.

Terakhir, The Guardian mengingatkan bahwa memang harapan tak ada yang sempurna.

Presiden tak bisa menyenangkan semua warganya.

"Tapi kini makin jelas bahwa ia tak bisa diandalkan untuk membela hak-hak dasar warganya. Jelas juga bahwa warga tak seharusnya berharap seorang politikus bisa menjadi penyelamat," tulis mereka.

"Tekanan untuk reformasi dan oposisi yang sebenar-benarnya hanya bisa datang dari luar parlemen. Masyarakat sipil Indonesia butuh semua pertolongan yang ada."

Jokowi Diminta Punya Independensi dalam Tegakkan HAM di Periode Kedua

Sementara itu, Deputi Koordinator KontraS Feri Kusuma meminta agar Presiden Joko Widodo ( Jokowi) memiliki independensi, dan sikap yang tidak diintervensi kelompok partai politik, untuk selesaikan masalah pelanggaran HAM pada periode kedua pemerintahannya.

"Jokowi harus punya independensi dan sikap tidak diintervensi oleh kelompok-kelompok partai politik dan institusi negara dalam proses kemajuan dan penegakan HAM. Dia punya otoritas itu maka harus diselesaikan," kata Feri di Kantor KontraS, Senin (21/10/2019).

Kendati demikian, setelah melihat lima tahun ke belakang, atau pada masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, pihaknya ragu Jokowi akan menyelesaikan persoalan HAM.

Apalagi, dalam pidato kenegaraan pasca-dilantik Minggu (20/10/2019) kemarin, Jokowi sama sekali tak menyinggung soal HAM.

Pada tahun 2014, atau ketika mencalonkan diri sebagai Presiden, Jokowi dianggap sebagai harapan baru dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM.

Namun, hal tersebut hanya sebatas harapan bagi para korban dan keluarga korban.

"Tapi sekurang-kurang optimistis itu, presiden tetap presiden sebagai kepala negara. Itu tantangan kita untuk mendorong persoalan ini diselesaikan," kata dia.

Feri mengatakan, Jokowi harus menyelesaikan soal pelanggaran HAM berat masa lalu, menghapus hukuman mati, menyelesaikan soal kebebasan beragama, berkeyakinan dan beribadah.

KontraS juga meminta Jokowi menyelesaikan masalah penyiksaan yang masih terjadi, utamanya dalam proses penegakkan hukum.

"Kami harap kabinet kedua Jokowi benar-benar mendengar yang disampaikan masyarakat sipil, seperti di pidato kemarin, kita tidak bisa berdiri di titik yang sama terus sehingga harus ada pembaruan dalam proses penyelesaian pelanggaran HAM, penegakan hukum, dan reformasi militer," ucap dia. (The Guardian/Kompas.com/Deti Mega Purnamasari)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Media Asing Soroti Periode Kedua Jokowi, Sebut Tak Bisa Diandalkan hingga Dibandingkan dengan Obama

Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved