Kilas Balik
KISAH Cinta Bung Tomo di Balik Pertempuran 10 November di Surabaya, Jatuh Hati di Pandangan Pertama
Nama Sutomo atau Bung Tomo memang sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia khususnya arek-arek Surabaya.
“Waktu itu saya dianggap sombong karena tidak mempedulikan dirinya,” ungkapnya.
Beberapa hari kemudian, saat Sulistina tengah berada di barak yang ditempati sejumlah perempuan, seorang pria tiba-tiba berteriak-teriak.
“Keluar, keluar, teriaknya. Kami diminta mengungsi ke tempat yang aman karena ada mata-mata yang ditembak mati,” ujar Sulistina.
“Sesudah dia pergi, saya tanya siapa itu (orang yang lari)? (temannya menjawab) Bung Tomo. Oh itu.
Itulah pertama kali saya bertemu dan mengetahui Bung Tomo,” ucapnya.
+Sang+Pembakar+Perlawanan+Surabaya.jpg)
Pertemuan itu tidak terus berlanjut. Sulistina fokus membantu para korban perang selama tiga pekan.
Ia melihat begitu banyak pemuda yang tidak berdaya.
Ia lalu diperintahkan membawa para korban perang ke rumah sakit.
Sejak itu, semua orang diminta mengungsi ke luar kota, termasuk Sulistina yang kemudian kembali ke Malang.
Suatu ketika, Sulistina diundang seorang teman ke acara ulang tahun di sebuah restoran, Malang.
Atas undangan itu, Sulistina pun datang ke lokasi yang dituju.
Sesampainya di restoran, Sulis merasa heran lantaran undangan tersebut disesaki kaum pria.
Satu-satunya perempuan hanya dia.
Yang mengejutkan, di ruang itu ada Bung Tomo yang ternyata kerap memperhatikan Sulistina.
“Waktu di restoran Malang, teman saya bilang. Lis..lis, ada lelaki lihat kamu dari tadi.