Berita Video

VIDEO: Selain Isi Paku, Bom Rakitan Kelompok Abdul Basith Juga Pakai Merica Untuk Lukai Mata

"Jadi selain ada pakunya juga ada merica yang sifatnya pedas di bom rakitan ini. Dengan harapan asapnya bisa melukai mata," kata

Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Ahmad Sabran
Warta Kota/Budi Sam Law Malau
Konpers bom rakitan di Mapolda Metro Jaya. 

Selain berisi paku, sebanyak 28 bom rakitan milik kelompok Abdul Basith juga berisi merica yang fungsinya sebagai alternatif, untuk melukai mata atau membuat mata pedas, orang di sekitarnya.

Hal itu dikatakan Kompol Yandi, petugas dari Puslabfor Mabes Polri yang memeriksa barang bukti bom tersebut, di Mapolda Metro Jaya, Jumat (18/10/2019).

"Jadi selain ada pakunya juga ada merica yang sifatnya pedas di bom rakitan ini. Dengan harapan asapnya bisa melukai mata," kata Yandi.

Yandi mengatakan setelah diselidiki, bom yang dibuat kelompok itu bukan lagi menjadi bom ikan biasa.

Ia mengaku lebih suka menyebutnya sebagai bom rakitan.

"Terkait adanya 28 buah bom kita sebut ini bom rakitan. Karena komponen untuk sebuah bom sudah lengkap. Yakni ada kontainer, penyulut, dan bahan peledak. Apalagi ada paku dalam setiap rangkaian bom" kata Yandi.

"Cara kerjanya para tersangka menyediakan wadah menggunakan botol minuman energi. Kemudian dimasukkan serbuk korek api yang sudah dihaluskan, deterjen yang sudah dicampur bahan bakar. Fi lapisan paling bawah, ada merica yang sifatnya pedas dengan harapan asapnya bsa melukai mata. Lalu ada paku dililit di luar wadah botol, dilakban. Jadi kalau meledak busa melukai orang d sekitar kejadian," kata Yandi.

Menurutnya semua bahan pembuatnya sudah diuji coba diledakkan di Brimob Polda dan kerusakannya cukup kuat, bisa berjarak atau beradius 30 meter.

"Radius ledakan yang mematikan hingga 30 meter. Karena di bom rakitannya ada puluhan paku yang dililit lakban di luar botol minuman energi yang dijadikan kontainer bom," kata Yandi.

Sementara Kasubdit Kamneg Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Dwi Asih mengatakan
kelompok dosen non aktif IPB Abdul Basith yang membuat molotov dan bom rakitan dari modifikasi bom ikan berisi paku, ternyata berencana meledakkan seluruh ritel di Jakarta pada 10 Oktober dengan bom rakitan berdaya rusak tinggi..

"Jadi dari total 21 tersangka dalam satu jaringan ini, terdiri dari lima kelompok sesuai perannya," kata Dwi.

Yakni kelompok perencana kejahatan, kelompok pembuat molotov. kelompok pembuat bom rakitab, kelompok penggerak mahasiswa dan kelompok eksekutor di lapangan.

"Jadi ada 5 kelompok dalam satu jaringan. Mereka ini juga berencana meledakan ritel di seluruh Jakarta pada 10 Oktober, selain di aksi unras mahasiswa dan di aksi Mujahid," kata Dwi.

Sebelumnya Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengataka kericuhan sempat diciptakan kelompok ini dengan molotov, saat demo mahasiswa 24 September 2109 lalu.

Namun karena dinilai tak maksimal, akhirnya kelompok ini membuat 28 bom rakitan berupa bom ikan yang dimodifikasi dengan berisi paku.

Menurut Argo sampai saat ini jumlah tersangka diketahui 21 orang. Dua dari 21 tersangka diketahui adalah perempuan.

"Jadi total tersangka semuanya menjadi 21 orang. Dalam bom ikan rakitan sebelumnya ada 14 tersangka. Lalu ada 7 tersangka baru yang diketahui terlibat dalam peledakan molotov saat demo ricuh 24 September 2019 lalu. Mereka ini satu jaringan," kata Argo di Mapolda Metro Jaya, Jumat (18/20/2019).

Menurut Argo kelompok ini sempat meledakkan 7 molotov saat demo mahasiswa yang akhirnya berujung ricuh di sekitar DPR, Selasa 24 September 2019 lalu. Molotov diledakkan di sekitar Pejompongan, Jakarta Pusat dan Palmerah, Jakarta Barat.

Argo mengatakan rencana peledakkan molotov agar demo mahasiswa ricuh pada 24 September direncanakan di rumah SN di Ciputat, pada 20 September 2019.

"Ini berawal dari adanya pertemuan atau rapat atau permufakatan beberapa orang, pada tanggal 20 sept 2019 di rumahnya SN di daerah Ciputat," kata Argo di Mapolda Metro Jaya, Jumat.

"Di rumah SN itu ada tersangka SS, SN, SO, AB, OK, YD. Rapat di Ciputat itu sudah terjadi permufakatan untuk membuat suatu kejahatan yaitu mendompleng unras tgl 24, agar membuat chaos, dengan pembakaran, dan sebagainya," kata Argo.

Rumah SN di Ciputat yang dimaksud Argo ternyata adalah rumah Mayjend (Purn) Soenarko. mantan Danjen Kopassus. Bahkan saat pertemuan di sana juga hadir Laksamana (Purn) Slamet Subianto.

"Dari evaluasi mereka ternyata kegiatan untuk membuat chaos di unras tanggal 24 September dianggap kurang maksimal. Sehingga digelar lagi rapat di rumah tersangka SO di Taman Royal Tangerang, pada 24 September malam," tutur Argo.

Rapat disana katanya memutuskan untuk memanggil orang yang akan membuat bom rakitan untuk diledakkan saat Aksi Mujahid 28 September.

Kemudian kata Argo pada 25 September 2019 pukul 10.00, tersangka Sugiyono menelpon Laode Samiun dan Laode Nadi yang berada di Papua serta
Laode Alwani yg berada di Ambon untuk datang ke Jakarta.

Untuk itu Basith memberikan uang Rp.8 juta kepada merema untuk biaya pesawat.

Kemudian katanya Laksa Purnawirawan Sony mentransfer uang sebesar Rp 1 Juta kepada Sugiono untuk operasional.

"Hari itu juga atau pukul 20,45 malam, 3 tersangka pembuat bom rakitan sampai di Jakarta," kata Argo. Mereka langsung ke rumah tersangka Basith di Bogor dan membuat bom rakitan.

Sementara pada 26 September 2019 Jaflan Ra Ali yang merupakan pembuat bom lainnya sampai juga di Bogor. Jafran merupakan penjaga counter HP milik Sugiyono di Bogor

Kemudian Basith menyerahkan uang Rp.1 juta kepada Laode untuk membeli bahan pembuatan bom

Laode bersama 4 orang lainnya merakit bom ikan di Rumah Basith.

Pada 27 September malam kembali diadakan pertemuan di rumah Laksda (Purn) Sony Santoso di Perumahan Taman Royal, Tangerang bersama Abdul Basith dan beberapa tersangka lainnya.

Pertemuan kembali digelar di sana pada 28 September dan akhirnya beberapa tersangka diamankan di sana termasuk Abdul Basith dan Laksda (Purn) Sony Santoso.

"Saat kita amankan penyidik mendapati 28 bom rakitan yang siap diledakkan dalam aksi Mujahid 212 dan di sejumlah pusat bisnis di Jakarta," katanya.

Sejak awal kata Argo kelompok ini ingin membuat chaos dalam setiap aksi demo mahasiswa dan pelajar.

"Jadi total tersangka semuanya menjadi 21 orang. Dalam bom ikan rakitan sebelumnya ada 14 tersangka. Lalu ada 7 tersangka baru yang diketahui terlibat dalam peledakan molotov saat demo ricuh 24 September 2019 lalu. Mereka ini satu jaringan," kata Argo.

Argo menjelaskan dalam kasus peledakan sejumlah molotov saat demo ricuh, Selasa, 24 September 2019 di Pejompongan, Jakarta Pusat dan Palmerah, Jakarta Barat, ditetapkan 10 tersangka.

"Dari 10 tersangka, 3 tersangka sebelumnya sudah kita bekuk dalam kasus bom ikan rakitan. Jadi tersangka barunya ada 7 orang," kata Argo.

Sementara kata Argo satu orang lainnya masih buron atau jadi DPO polisi yakni KSM.

"Barang bukti yang diamankan adalah, pecahan botol molotov dan molotov yang belum diledakkan, serta sejumlah pakaian dan HP," kata Argo.

Mereka katanya membuat molotov dengan menggunakan botol diisi dengan bensin premium yang dibakar
menggunakan sumbu dari kain. "Molotov digunakan untuk menyerang petugas pada saat demonstrasi yang anarkis tanggal 24 September 2019," kata Argo.

Ia menjelaskan awalnya pada 20 September 2019 telah dilakukan pertemuan di rumah saudara S di Jalan WR Supratman Nomor 111 Ciputat yang diikuti oleh tersangka YD, BST, OS. Dalam pertemuan tersebut saudara S memerintahkan kepada seluruh anggota yang hadir agar membuat kerusuhan pada aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan pelajar dengan
membuat bom serta membakar mobil dan menjarah toko-toko.

"Tanggal 22 September 2019, tersangka YD meminta ijin kepada tersangka Abdul Basith untuk membuat molotov, dan disetujui serta memerintahkan YD meminta dana untuk
membuat molotov tersebut kepada EF," kata Argo.

Lalu tanggal 23 September 2019, YD meminta dana kepada EF, dan EF menyuruh HK untuk mentransfer uang sejumlah Rp. 800.000,- kepada YD melalui rekening tersangka UMR.

"Akhirnya tanggal 23 September 2019, tersangka YD membuat 7 buah molotov bersama-sama dengan UMR, TM, JG, HW bertempat di rumah tersangka HW," kata Argo.

Lalu pada tanggal 24 September 2019 sekira pukul 17.30, tersangka UMR, TM, JG membawa 7 molotov tersebut ke daerah Pejompongan.

"Namun mereka terjebak macet di Benhil sehingga dijemput
oleh tersangka YD," kata Argo.

Selanjutnya, YD membawa ketujuh bom molotov tersebut ke bawah Fly Over Pejompongan.
"Kemudian YD membagikan 7 molotov tersebut kepada tersagka KS sebanyak 2
molotov dan tersangka ADR sebanyak 2 buah dan 3 buah untuk tetap ditangan YD," kata Argo.

Lalu pukul 22.00 hari itu, kata Argo, tersangka YD membakar atau melemparkan 2
buah molotov ke arah petugas kepolisian yang berada diatas fly over Pejompongan. Lalu 1
buah molotov digunakan untuk membakar ban di bawah Fly Over Pejompongan di dekat rel
kereta api.

Sebanyak 28 bom ikan modifikasi berisi paku milik kelompok dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Basith, yang dibekuk di kawasan Tangerang pada Jumat 27 September 2019 lalu, ditunjukkan ke wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jumat (18/10/2019) sore.

Argo mengatakan untuk kasus ini pihaknya sudah membekuk 21 tersangka.

"Mereka terbagi dalam 5 kelompok sesuai perannya, namun mereka dalam satu jaringan," kata Argo di Mapolda Metro Jaya, Jumat.

Menurut Argo, peran dosen IPB Abdul Basith selain perencana juga mendanai kelompoknya hingga berhasil membuat bom rakitan dan bom molotov. "Ia mendanai dengan mendatangkan ahli bom ikan dari Papua. Dana yang dikeluarkannya Rp 8 Juta," kata Argo.

Bom rakitan yang ditunjukkan polisi ke wartawan, tampak menggunakan botol minuman energi ukuran 150 ml.

Sebelumnya Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Suyudi Ario Seto mengatakan dari serangkaian pemeriksaan terhadap para tersangka, terkuak bahwa motif utama dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Basith menyiapkan 28 bom ikan berisi paku, yang akan diledakkan dalam aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI, pada Sabtu, 28 September 2019 lalu adalah untuk menggagalkan pelantikan Jokowi sebagai Presiden RI.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved