Terorisme
Kelompok Bom Rakitan dan Molotov Abdul Basith Jadi Dalang Kericuhan Demo Mahasiswa dan Pelajar
Abdul Basith menyiapkan 28 bom ikan berisi paku adalah untuk menggagalkan pelantikan Jokowi sebagai Presiden RI.
Penulis: Budi Sam Law Malau |
Jumlah tersangka dalam kasus temuan bom rakitan berupa bom ikan berisi paku milik kelompok Abdul Basith, dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Basith, yang dibekuk di kawasan Tangerang pada Jumat 27 September 2019 lalu, jumlahnya bertambah menjadi total 21 orang.
Mereka adalah Abdul Basith, OS (42), Sugiyono alias Laode, Sony Santoso, LON alias Nadi, LOA, JRA, LOS, YF, Mulyono Santoso, Januar Akbar, MJ, MM, MNW, EF (51), ABH (50), HLD (54), UMR (44), ARS (51) alias TM, JKG (50), ADR (47).
Dari hasil penyelidikan 14 tersangka sebelumnya diketahui ada 7 tersangka baru.
"Dan mereka ini telah melakukan peledakan molotov saat demo mahasiswa dan pelajar yang ricuh pada 24 Semtember 2019 lalu," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Jumat (18/10/2019).
• Buruh Pabrik di Tangerang yang Bekerja Sambil Berjualan Narkoba Diringkus Polisi
Sejak awal, kata Argo, kelompok ini ingin membuat chaos dalam setiap aksi demo mahasiswa dan pelajar.
"Jadi total tersangka semuanya menjadi 21 orang. Dalam bom ikan rakitan sebelumnya ada 14 tersangka. Lalu ada 7 tersangka baru yang diketahui terlibat dalam peledakan molotov saat demo ricuh 24 September 2019 lalu. Mereka ini satu jaringan," kata Argo.
Argo menjelaskan dalam kasus peledakan sejumlah molotov saat demo ricuh, Selasa, 24 September 2019 di Pejompongan, Jakarta Pusat dan Palmerah, Jakarta Barat, ditetapkan 10 tersangka.
"Dari 10 tersangka, 3 tersangka sebelumnya sudah kita bekuk dalam kasus bom ikan rakitan. Jadi tersangka barunya ada 7 orang," kata Argo.
• Terungkap Kelompok Abdul Basith Berniat Ingin Meledakkan Seluruh Ritel di Jakarta pada 10 Oktober
Sementara kata Argo satu orang lainnya masih buron atau jadi DPO polisi yakni KSM.
"Barang bukti yang diamankan adalah, pecahan botol molotov dan molotov yang belum diledakkan, serta sejumlah pakaian dan HP," kata Argo.
Mereka katanya membuat molotov dengan menggunakan botol diisi dengan bensin premium yang dibakar menggunakan sumbu dari kain.
"Molotov digunakan untuk menyerang petugas pada saat demonstrasi yang anarkis tanggal 24 September 2019," kata Argo.
Ia menjelaskan awalnya pada 20 September 2019 telah dilakukan pertemuan di rumah saudara S di Jalan WR Supratman Nomor 111 Ciputat yang diikuti oleh tersangka YD, BST, OS.
Dalam pertemuan tersebut saudara S memerintahkan kepada seluruh anggota yang hadir agar membuat kerusuhan pada aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan pelajar dengan membuat bom serta membakar mobil dan menjarah toko-toko.
"Tanggal 22 September 2019, tersangka YD meminta ijin kepada tersangka Abdul Basith untuk membuat molotov, dan disetujui serta memerintahkan YD meminta dana untuk
membuat molotov tersebut kepada EF," kata Argo.
Lalu tanggal 23 September 2019, YD meminta dana kepada EF, dan EF menyuruh HK untuk mentransfer uang sejumlah Rp. 800.000,- kepada YD melalui rekening tersangka UMR.
"Akhirnya tanggal 23 September 2019, tersangka YD membuat 7 buah molotov bersama-sama dengan UMR, TM, JG, HW bertempat di rumah tersangka HW," kata Argo.
Lalu pada tanggal 24 September 2019 sekira pukul 17.30, tersangka UMR, TM, JG membawa 7 molotov tersebut ke daerah Pejompongan.
"Namun mereka terjebak macet di Benhil sehingga dijemput oleh tersangka YD," kata Argo.

Selanjutnya, YD membawa ketujuh bom molotov tersebut ke bawah Fly Over Pejompongan.
"Kemudian, YD membagikan 7 molotov tersebut kepada tersagka KS sebanyak 2
molotov dan tersangka ADR sebanyak 2 buah dan 3 buah untuk tetap ditangan YD," kata Argo.
Lalu pukul 22.00 hari itu, kata Argo, tersangka YD membakar atau melemparkan 2
buah molotov ke arah petugas kepolisian yang berada diatas fly over Pejompongan.
Lalu, 1 buah molotov digunakan untuk membakar ban di bawah Fly Over Pejompongan di dekat rel kereta api.
Sebanyak 28 bom ikan modifikasi berisi paku milik kelompok dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Basith, yang dibekuk di kawasan Tangerang pada Jumat 27 September 2019 lalu, ditunjukkan ke wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jumat (18/10/2019) sore.
Kompol Yandi, petugas dari Puslabfor Mabes Polri yang memeriksa barang bukti bom ikan itu mengatakan setelah diselidiki, bom yang dibuat kelompok itu bukan lagi menjadi bom ikan biasa.
Ia mengaku lebih suka menyebutnya sebagai bom rakitan.
"Terkait adanya 28 buah bom kita sebut ini bom rakitan. Karena komponen untuk sebuah bom sudah lengkap. Yakni ada kontainer, penyulut, dan bahan peledak. Apalagi ada paku dalam setiap rangkaian bom" kata Yandi dalam konpers di Mapolda Metro Jaya, Jumat (18/10/2019).
Dari hasil ujicoba bom rakitan yang dilakukan pihaknya, kata Yandi, bom rakitan itu memiliki daya ledak yang cukup dahsyat dan daya rusak mematikan.
"Radius ledakan yang mematikan hingga 30 meter. Karena di bom rakitannya ada puluhan paku yang dililit lakban di luar botol minuman energi yang dijadikan kontainer bom," kata Yandi.

Kabid Humas Polda Metro Jaya mengatakan untuk kasus ini pihaknya sudah membekuk 21 tersangka.
"Mereka terbagi dalam 5 kelompok sesuai perannya, namun mereka dalam satu jaringan," kata Argo di Mapolda Metro Jaya, Jumat.
Menurut Argo, peran dosen IPB Abdul Basith selain perencana juga mendanai kelompoknya hingga berhasil membuat bom rakitan dan bom molotov. "Ia mendanai dengan mendatangkan ahli bom ikan dari Papua. Dana yang dikeluarkannya Rp 8 Juta," kata Argo.
Bom rakitan yang ditunjukkan polisi ke wartawan, tampak menggunakan botol minuman energi ukuran 150 ml.

Sebelumnya, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Suyudi Ario Seto mengatakan dari serangkaian pemeriksaan terhadap para tersangka, terkuak bahwa motif utama dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Basith menyiapkan 28 bom ikan berisi paku, yang akan diledakkan dalam aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI, pada Sabtu, 28 September 2019 lalu adalah untuk menggagalkan pelantikan Jokowi sebagai Presiden RI.
Caranya kata Suyudi adalah dengan membuat kerusuhan yakni meledakkan bom ikan berisi paku di sepanjang wilayah Grogol sampai dengan Roxy, Jakarta Barat.
"Jadi target utama tujuan mereka adalah membatalkan pelantikan Jokowi sebagai presiden."
"Mereka berencana meledakkan bom ikan berisi paku yang disiapkan, di sepanjang wilayah Grogol sampai dengan Roxy di Jakarta Barat," kata Suyudi, Selasa (8/10/2019).
Menurut Suyudi saat aksi Mujahid 212, Abdul Basith dibantu rekannya membawa misi menurunkan Jokowi sebagai presiden dengan isu karhutla dan revisi UU KPK.
"Dan target utama atau tujuan akhirnya menggagalkan pelantikan Jokowi sebagai Presiden," katanya.
