74 Tahun Kereta Api Indonesia, Ada Kereta Istimewa: Berikut Fasilitas dan Harganya
Bersamaan dengan hari ulang tahun itu, PT KAI merilis Kereta Api Istimewa, di di jalur kereta api di depan Pusdiklat Ir H Djuanda, Bandung.
Rute yang dilalui saat itu meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang.
Seiring berjalannya waktu investor swasta Belanda pun mulai masuk dan jalur-jalur kereta api mulai berkembang di berbagai tempat.
Selain Jawa, pembangunan juga dilakukan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914) dan Sulawesi (1922).
Sedangkan Kalimantan, Lombok, dan Bali, hanya masuk proses kajian dan belum dieksekusi pembangunannya.
Sampai dengan tahun 1928, Indonesia memiliki lintasan kereta api sepanjang 7.464 km dengan rincian rel pemerintah 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km.
Usai Belanda menyerah kepada Jepang tahun 1942, perkereta-apian diambil alih oleh Jepang yang kemudian diberi nama Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api).
Pada era penjajahan Jepang, kereta api digunakan utamanya untuk kepentingan perang.
Pada masa ini, terdapat pembangunan lintasan Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru yang dipakai untuk megangkut hasil tambang batu bara untuk menjalankan mesin perang.
• Perluasan Tilang Elektronik di Jakarta, Mulai Berlaku Oktober 2019
Masa ini juga terjadi banyak pengurangan jalur kereta api, lantaran Jepang mengangkut jalur rel kereta ke Myanmar untuk membangun jalur di sana.
DKARI dibentuk Beberapa saat setelah Indonesia merdeka, tepatnya 28 September 1945, karyawan kereta api yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMDA) dan Serikat Buruh Kereta Api (SBKA) mengambil alih kekuasaan perkeratapian.
Mereka datang ke Balai Besar KA Bandung, yang kini pusat PT KAI, untuk mengambil alih kantor dari tangan Jepang.
Sejak saat itu, terbentuklah DKARI sekaligus ditetapkan sebagai Hari Kereta Api Indonesia.
Saat Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian Indonesia dengan nama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS).
Usai Konfrensi Meja Bundar Desember 1949, aset yang diambil Belanda dikembalikan ke Indonesia.
Kemudian terbentuklah Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950, merupakan gabungan antara DKARI dan SS/VS.