Pasar Modal

Prediksi Pergerakan IHSG Hari Ini, Berikut Perjalanan IHSG Selama Sepekan Lalu

Analis memproyeksikan IHSG masih berpotensi menguat di pekan depan setelah penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (20/9/2019) IHSG ditutup melemah.

thinkstockphotos
Ilustrasi. 

WARTA KOTA, PALMERAH--- Pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (20/9/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 12,99 poin atau turun 0,21 persen ke level 6.231,47.

Sektor industri dasar, perdagangan, dan barang konsumsi bergerak negatif menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG saat itu.

Sepekan lalu investor asing melakukan penjualan bersih sebesar Rp 2,8 triliun, sedangkan saham-saham mayoritas yang di jual di antaranya BBRI, BBCA, GGRM, INTP, dan HMSP.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengatakan, penurunan pekan lalu dilandasi atas kekhawatiran pasar mengenai kilang minyak Saudi Aramco yang diserang pesawat tanpa awak atau drone.

Berikut 5 Pemilik Rumah yang Senasib dengan Lies

Sehingga membuat harga minyak dunia naik lebih dari 10 persen dalam waktu sehari.

Selain itu, Nico menilai meskipun The Fed telah memangkas suku bunganya, tetapi pasar berharap The Fed akan memangkas kembali di bulan Desember.

Sementara, pemimpin The Fed, Jerome Powell, menyatakan pemangkasan bulan September ini menjadi yang terakhir di tahun ini.

"Bank Indonesia (BI) juga mengikuti keputusan The Fed untuk menurunkan suku bunga. Namun, karena ekonomi Indonesia juga sedang dikhawatirkan terdampak perang dunia, pelaku pasar masih waswas," ujar Nico seperti dikutip Kontan.

Sepekan depan, Nico memperkirakan IHSG masih berpotensi menguat dengan rentang harga di level 6.195 - 6.250.

Nico mengatakan, sepekan depan perhatian pasar tengah berfokus terhadap data PMI Manufacturing dari berbagai negara. Mulai dari Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang.

Khusus AS dan Eropa, hal tersebut akan menjadi tolak ukur pertumbuhan ekonomi di dalam masing-masing negara.

Bagi AS, keputusan The Fed memangkas tingkat suku bunga akan menjadi pertimbangan apakah langkah tersebut sudah tepat bagi Amerika.

Sementara di Eropa, pertimbangannya juga pemangkasan suku bunga mereka serta Quantitave Easing tahap dua.

Postingan Iklan Obat Diet Instan Akan Dihapus oleh Instagram

Sentimen lain yang perlukan akan diperhatikan pelaku pasar mengenai berita bahwa delegasi perdagangan China membatalkan kunjungan yang telah direncanakan sebelumnya ke peternakan di AS.

Hal tersebut menyebabkan bursa Amerika kembali mengalami penurunan dan membuat potensi kesepakatan antara kedua negara itu menjadi hilang.

Di sisi lain, tensi geopolitik terus bertambah antara Arab Saudi, Iran, dan AS.

"Pernyatan Menteri Luar Negeri Iran javad Zarir perihal negara itu siap perang dengan pasukan Saudi dan Amerika semakin membuat tekanan di pasar," ujar Nico.

Nico menyatakan sentimen-sentimen itu yang akan membuat keyakinan pelaku pasar bisa saja berubah.

Umumnya, menjelang akhir tahun dalam dunia saham akan ada kegiatan window dressing.

Namun, Nico menilai belum ada terlihat perilaku itu.

Sebab, sejauh ini pelaku pasar masih meninjau perang dagang dan pelonggaran kebijakan moneter dari pemerintah.

Ia juga menyatakan sebetulnya tidak perlu ada window dressing selama kondisi ekonomi global masih bagus, IHSG tetap akan ikut terdorong bergerak positif.

Oleh karenanya, Nico menargetkan IHSG masih bisa positif hingga akhir di tahun ini.

Ia juga menargetkan tahun ini harga optimis IHSG di level 6.750, sedangkan untuk target harga pesimis di 6.550.

Kenapa Investasi Wine di Indonesia Belum Menarik? Berikut Penjelasannya

Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, menilai saham IHSG di pekan depan akan bergerak positif dengan rentang harga di level 6.193 - 6.294.

Nafan juga merekomendasi membeli sejumlah saham yang dapat menjadi pertimbangan investor, antara lain ADHI di level rentang harga 1.325 - 1.350; ASII di rentang harga 6.500 - 6.600; BBNI di rentang harga 7.575 - 7.675.

Sementara, Nico merekomendasikan saham-saham valuasi tinggi seperti GGRM dan HMSP dikarenakan harga sahamnya sedang turun.

Ia juga mengatakan saham-saham dengan fundamental bagus tapi harganya sedang turun patut dikoleksi oleh investor.

"Memang agak mahal, tapi sekarang harga saham emiten dengan fundamental rata-rata sedang turun signifikan, lebih baik buy on weakness. Saya rekomendasi buy GGRM dan HMSP," tutup Nico.

Berikut pergerakan IHSG selama sepekan lalu:

Ingin Sukses Seperti Perusahaan Milik Jack Ma? Ada 6 Hal yang Wajib Dipraktikkan

Berita ini sudah diunggah di Kontan dengan judul Analis memproyeksikan IHSG masih berpotensi menguat di pekan depan

Sumber: Kontan
Halaman
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved