Lingkungan Hidup

Ucapan Moeldoko Soal Kabut Asap agar Masyarakat Ikhlas Disambut Netizen Minta Dia Pindah ke Riau

Mereka merasa, sangat dirugikan oleh kabut asap dan langsung menggugat ucapan Moeldoko. Apalagi, ucapan itu disertai dengan kutipan ayat Al Quran.

Tribunnews/Seno Tri Sulistiyono
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (28/5/2019). 

Kasus ucapan Moeldoko soal kabut asap menuai banjir kecaman.

Banyak kalangan, khususnya korban, tidak bisa menerima ucapan tersebut.

Mereka merasa sangat dirugikan oleh kabut asap dan langsung menggugat ucapan Moeldoko.

Apalagi, ucapan itu disertai dengan kutipan ayat Al Quran.

Sebagaimana diulas Tribun Wow, Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko turut memberikan tanggapan soal kabut asap yang terjadi di Pekanbaru, Riau.

Sejumlah Kalangan Hanya Mampu Berdoa Mengelus Dada Saat Korban Asap Berjuang Sampai Menabrak Pohon

Moeldoko menyampaikan doa melalui Twitter miliknya, @Dr_Moeldoko, Jumat (13/9/2019).

Ia memberikan kutipan dari Surat Al Baqarah soal adanya bencana.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala musibah datangnya dari Allah SWT dan diperuntukkan untuk hambaNya yang Ia percayai dengan porsiNya masing-masing.

Musibah bisa datang kapan saja, kepada siapa saja, dan di mana saja. 

Demikian, ungkapan yang ditulis oleh Jenderal Moeldoko.

Sementara kutipan ayat tersebut berbunyi "Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) Orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan 'Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun' (QS. Al Baqarah: 155-156)".

Selain itu, Moeldoko juga meminta warga di Pekanbaru, Riau untuk tidak mengeluh dan menjalankannya dengan ikhlas.

Tom Cruise 2020 Menargetkan Kursi Presiden Amerika Serikat untuk Menekuk Donald Trump

Dan yang perlu kita lakukan bukannya mengeluh tapi berusaha menjalaninya dengan ikhlas dan berdoa meminta pertolongan Allah SWT.

Termasuk musibah yang menimpa Pekanbaru, Riau yang sedang terjadi juga datangnya pun dari Allah SWT.

Al Fatihah untuk seluruh saudara saudara yang terkena musibah disana, semoga selalu diberi ketabahan dan keselamatan.

Aamiin Ya Rabbal 'Alaamiin..," tambah Moeldoko.

Sementara diberitakan dari Kompas.com, pada Jumat (13/9/2019) pukul 13.20 WIB, kabut asap di Pekanbaru, Riau semakin pekat.

Jarak pandang juga semakin menurun serta kualitas udara yang dihirup juga tidak sehat.

Bahkan, berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru, kualitas udara sudah berada di level berbahaya.

Tautan asal

Berikut sebagian tanggapan publik terkait kicauan Moeldoko tersebut.

@ardi_riau2: Pak Moeldoko ini sekali - sekali harus di suruh ke Sumatera dan Kalimantan, biar dia merasakan bagaimana sesaknya napas, dan perihnya mata akibat dampak kebakaran hutan dan lahan.

@nazhrotul1: Coba deh bapak pindah #Riau atau #Kalimantan, masih bisa nggak bapak ngomong seperti itu?

@wirawwrr: Gue udh pernah hadep-hadepan dalam satu forum ama Pak Moeldoko ini, masi inget bgt pas beliau ngomong perihal masalah HAM yg dulu itu gausa diungkit-ungkit lagi,fokus dg masalah HAM saat ini aja.Saat itu gue yg jaraknya cuma 2 meter kurang dari beliau, cuma bisa nahan emosi aja.

Hampir semua tanggapan netizen meminta agar Moeldoko tidak hanya asal menyusuh masyarakat menerima bencana yang terjadi.

Mereka minta, Moeldoko segera pindah ke Kalimantan dan Riau untuk merasakan penderitaan rakyat dan masyarakat akan mendengar, masih bicara seperti itu dia?

SEJUMLAH kalangan hanya sanggup mengirim doa dan mengelus dada terkait dengan bencana asap yang terjadi akibat hutan yang terbakar terus menerus.

Kebakaran hutan semakin hebat yang dirasakan di sejumlah wilayah.

Akibatnya, masyarakat harus berjuang keras menembus asap.

Sebuah tayangan video yang diunggah di media sosial menjelaskan betapa sulitnya masyarakat menghadapi bencana asap akibat hutan yang terbakar hebat.

Seorang netizen menulis:

@clooverian: bener2 pengen mati rasanya kalo sudah keluar rumah karena ga bisa napas, ini di rumah satu keluarga pada batuk2 semua. Kalimantan benar2 sedang dalam keadaan darurat.

Pada tayangan video tersebut tampak sejumlah pengendara kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil terperangkap kabut asap.

Bahkan, saking pekatnya, pengendara sepeda motor tampak hilang kendali.

Ada yang tidak mampu mengendalikan kendaraan mereka.

Tampak di video singkat itu, pengendara motor tidak mampu menembus kabut asap dan benar saja, ada pengendara motor yang tidak bisa mengendalikan kendaraan mereka dari arah berlawanan.

Akibatnya, sepeda motor itu nyelonong dan menabrak pohon, pengendaranya pun mengalami kecelakaan akibat menabrak pohon, belum diketahui nasibnya hingga berita ini ditulis.

Sementara itu, diungkap Kompas.com, kebakaran hutan dan lagan (Karhutla) di Provinsi Riau terus bertambah. Kabut asap pun semakin pekat dan merata menyelimuti bumi Lancang Kuning itu.

Hal ini mungkin diperburuk dengan minimnya curah hujan di Riau.

Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Indra Gustari mengatakan, sayangnya saat ini, sebagian Riau masih mengalami musim kemarau.

"Hanya sebagian wilayah Riau yang mulai hujan. Tapi intensitasnya masih kecil atau rendah," ungkap Indra kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2019).

Dengan curah hujan yang rendah seperti ini, artinya tidak cukup untuk memadamkan atau menghilangkan asap kebakaran.

"Curah hujan diprediksi meningkat baru akhir September ini," kata Indra.

Berkaitan dengan kabut asap di Riau, dilansir The Channel News Asia, Ketua Komite Lingkungan Hidup Negara Bagian Selangor, Hee Loy Sian mengatakan, pihaknya akan memasok masker debu untuk masyarakat dan membuat hujan buatan guna mengurangi pencemaran kabut asap kebakaran hutan.

Meski Malaysia berencana membuat hujan buatan, Indra berpendapat, hujan buatan kurang efektif dijadikan solusi kabut asap Riau.

Ini karena kelembapan udara di sebagian besar wilayah Indonesia masih rendah, yakni di bawah 70 persen.

Indra mengatakan, hanya wilayah Aceh, Kalimantan Utara, dan Papua yang memiliki kelembapan udara di atas 75 persen.

"Prediksi kelembapan udara mulai meningkat di atas Sumatera bagian utara dan Semanjung Malaysia pada dasarian ke III September. Jadi hujan buatan akan efektif kalau kelembapan udaranya di level 700 hPa, cukup tinggi lebih dari 75 persen," jelas Indra. (Gloria Setyvani Putri)

Tautan asal

Sementara itu, video tentang kebakaran hutan yang terjadi di sejumlah kawasan di Kalimantan dan Sumatera memang sangat mengerikan.

Soalnya, bukan hanya mengakibatkan korban di kalangan umat manusia, tapi sejumlah hewan yang terjebak kebakaran tidak bisa menyelamatkan diri mereka.

@clooverian: Hewan-hewan yang tidak tau apa-apa, tidak bersalah, menjadi korban. 

Aku ga bisa membayangkan keadaan hewan2 yg ketakutan saat melihat sekelilingnya adalah api dan hanya bisa pasrah.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved