Konferensi PostgreSQL 2019 di Bali, Darah Segar Pertumbuhan Ekosistem Open Source di Indonesia
Konferensi internasional yang seyogianya dibuka oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara ini, untuk pertama kalinya digelar di Indonesia.
PostgreSQL adalah DBMS dengan fitur paling lengkap di dunia dan dinobatkan sebagai DBMS of the Year 2018 oleh DB-Engine selama dua tahun berturut-turut.
Di sisi popularitas, DB-Engines melaporkan database open source mengalami peningkatan popularitas setiap tahunnya sejak 2013, dan telah menggerus pangsa pasar database komersial.
Meskipun database komersial masih memimpin pasar, database open source menunjukkan tren penguatan untuk menjadi mayoritas dalam tempo 12 hingga 18 bulan mendatang.
Peningkatan Daya Saing SDM
Salah satu tantangan Indonesia menyambut Revolusi Industri 4.0 adalah kesiapan sumber daya manusia di bidang teknologi informasi.
Hal ini dirasa belum memadai secara kuantitas maupun kualitas untuk mencapai potensi ekonomi digital sebesar US$150 miliar pada 2025.
Berdasarkan data keluaran Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) nasional 2017 masih rendah, yakni di level 4,99 dari skala 1-10.
• 10 Calon Pimpinan KPK Harus Teken Surat Pernyataan Bermeterai, Setuju Atau Tidak Revisi UU KPK
Sedangkan di tingkat global, Indonesia berada di urutan ke-45 dari 140 negara atau ke-4 di wilayah Asia Tenggara dalam daftar The Global Competitiveness Report 2018 keluaran World Economic Forum.
Di sisi wirausaha, Indonesia baru memiliki pengusaha sebanyak 1,65% dari populasi jumlah penduduk, dan diperkirakan hanya sekitar 0,43% di antaranya berbasis teknologi atau technopreneur.
Menurut ICT Development Index 2017, Indonesia berada di peringkat 111 dari 176 negara.
• SBY Banjir Air Mata Saat Lagu Kenangannya Bersama Ani Yudhoyono Dilantunkan Joy Tobing
Sedangkan menurut perusahaan riset AT Kearney, sektor pendidikan di Indonesia hanya mampu menghasilkan 278 insinyur TI dari setiap 1 juta penduduk.
Angka lulusan tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Malaysia yang mencetak 1.834 insinyur TI. dan India yang mencetak 1.159 insinyur TI dari setiap 1 juta penduduk.
Riset tersebut menyebutkan Indonesia membutuhkan 5 kali lebih banyak insinyur TI dalam 10–15 tahun ke depan untuk mendukung perkembangan ekonomi digital.
• Video Syur Hebohkan Sumedang, Diduga Disebarkan Pemeran Pria karena Kesal Ajakan Menikah Ditolak
“Diperlukan pendidikan dan pelatihan yang tepat untuk mencetak sumber daya manusia yang berdaya saing di Revolusi Industri 4.0."
"Pemaparan beragam materi di konferensi PGConf.ASIA 2019 akan memberikan peningkatan wawasan dan keahlian profesional bagi para peserta,” kata Julyanto Sutandang, Chairman PGConf.Asia 2019.