Kekerasan Anak

Komnas PA Sebut Kekerasan Anak di Jakut Terbanyak Kedua di DKI Jakarta, Ada 58 Kasus Seksual di 2019

Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyebut kasus kekerasan anak masih banyak terjadi di Jakarta Utara.

Penulis: Luthfi Khairul Fikri |
Wartakotalive.com/Luthfi Khairul Fikri
Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak, Dhanang Sasongko saat ditemui di Polres Metro Jakarta Utara, Selasa (3/9/2019). 

Pihak Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyebut kasus kekerasan anak masih banyak terjadi di Jakarta Utara.

“Memang di Jakarta Utara kasusnya cukup banyak. Khususnya di tempat padat penduduk yang jadi

fokus kita," ujar Sekretaris Jenderal Komnas PA, Dhanang Sasongko di Polres Metro Jakarta Utara, Selasa (3/9/2019).

Tercatat ada 58 kasus kekerasan seksual pada anak yang terjadi di Jakut selama semester pertama 2019. 

Terkena Darah Tinggi? Ada 16 Makanan yang Mudah Ditemui Bisa Menurunkan Hipertensi

Amerika Serikat Akan Jatuh ke Jurang Resesi, Berikut 9 Sinyal Resesi Bakal Terjadi

Kecelakaan Tol Cipularang, Sopir Dump Truk Sempat Keluhkan Rem Blong Sebelum Truk Terguling

Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak, Dhanang Sasongko saat ditemui di Polres Metro Jakarta Utara, Selasa (3/9/2019).
Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak, Dhanang Sasongko saat ditemui di Polres Metro Jakarta Utara, Selasa (3/9/2019). (Wartakotalive.com/Luthfi Khairul Fikri)

Namun, jika dibandingkan tahun sebelumnya 2018 jumlah kasus tersebut menurun sebanyak 20 kasus,

dengan total ada 78 kasus.

Sementara, secara keseluruhan untuk tingkat DKI Jakarta, jumlah kasus terkait anak tercatat sekitar 200

kejadian. 

VIDEO: Blak-blakan AK tentang Rumah Tangga dan Rencana Pembunuhan Ayah Anak

Aulia Kesuma Ngaku Kini Lega setelah Rumah Sang Suami Disita Bank, Bikin Polisi Geleng-geleng Kepala

Ria Ricis Tegaskan Video Pamitnya Bukan Drama, Wanita Berjilbab Ini Kapok Dibully Habis Para Netter

Khusus di wilayah Jakarta Utara, masih lebih rendah dibanding Jakarta Timur.

"Kalau dilihat angkanya paling banyak di Jakarta Timur, kemudian Jakarta Utara,” jelasnya.

Adapun selain kasus kekerasan seksual kepada anak, kasus lainnya seperti kekerasan fisik dan psikis

yang dilakukan orang tua maupun orang terdekat juga banyak terjadi. 

Ia mengatakan semua kasus ini merupakan laporan yang masuk ke Komnas PA melalui Lembaga

Perlindungan Anak (LPA) yang ada di setiap kota. 

Terkait penanganan, lanjut Dhanang, kehadiran LPA di setiap kota jadi perpanjangan tangan Komnas PA

dalam penanganan kasus anak.

"Komnas PA juga berjejaring dengan lembaga-lembaga yang ada di masyarakat, termasuk kepolisian

dan guru PAUD yang memberikan informasi kejadian," tutur dia.

Tak hanya itu, mereka juga melibatkan tokoh masyarakat setempat dan turut berkunjung ke sekolah-

sekolah untuk mensosialisasikan terkait kekeraan pada anak.(M20)

Chica Koeswoyo
Chica Koeswoyo (Warta Kota)

Orangtua Tak Siap Mental

Sebelumnya Wartakotalive melaporkan, mantan artis cilik di era tahun 70an Chica Koeswoyo prihatin terhadap maraknya kasus kekerasan anak yang ada di Jakarta Timur.

Beberapa kejadian tersebut bahkan menimbulkan korban jiwa.

Ketidaksiapan sepasang suami istri yang menikah muda menjadi satu dari banyaknya penyebab terjadi

kekerasan pada anak-anak.

"Ini disebabkan karena ketidaksiapan seseorang saat menjadi orang tua. Bukan enggak boleh menikah

muda, tapi kan harus ada persiapan mental yang cukup matang," ucap Chicha yang merupakan Caleg

DPR RI Dapil 1 Jakarta Timur di Rumah Aspirasi Chicha Koeswoyo, Makasar, Jakarta Timur, Minggu (3/3).

Kekerasan terhadap anak juga merupakan buah dari intimidasi yang dialami oleh seorang ibu.

Oleh sebab itu, tingkat edukasi para wanita-wanita muda juga diperlukan untuk bisa menangkal

permasalahan yang cukup kompleks tersebut.

"Pendidikan kepada wanita itu sangat penting. Karena ibu ini kan bisa jadi apa saja yang dibutuhkan di

sebuah keluarga.

Ibu itu multitasking, dia bisa bekerja sambil mengurusi rumah tangga.

Jadi bebannya sangat berat," katanya di tengah acara workshop netizen journalism millenials di lokasi.

Chicha pun berharap agar dirinya bisa ikut berperan untuk bisa mengatasi permasalahan tersebut

apabila nantinya terpilih menjadi Anggota Legislatif DPR.

Sementara itu, Pegiat Literasi Maman Suherman yang jadi pembicara di acara tersebut mengungkapkan

bahwa masyarakat memerlukan calon anggota legislatif yang sudah mengetahui hal-hal yang ingin

mereka selesaikan ketika duduk di kursi Senayan.

"Permasalahan anak itu kan isu utama. Chicha berfokus pada apa yang ingin ia perjuangkan dalam hak

ini perempuan dan anak-anak. Mau saya sih satu, siapa pun calegnya harus punya visi dan misi yang

tegas mulai dari sekarang," kata Maman.

Hal itu diperlukan agar seorang caleg tak perlu lagi belajar dan beradaptasi ketika ia ditunjuk untuk

mengurusi permasalahan di komisi tertentu.

"Jangan lagi ada caleg yang bilang 'saya akan belajar sambil bekerja' ketika dia terpilih.

Proses belajar harusnya sudah selesai ketika dia terpilih.

Artinya nanti kita akan mendapatkan caleg yang siap bekerja untuk rakyat," tuturnya.

Sebelumnya, seorang anak berumur 3 tahun bernama Sifa Handayani diduga tewas di tangan ibunya

sendiri, Lisa (22) di kawasan Cakung Barat, Cakung, Jakarta Timur, Kamis (28/2) lalu.

Lisa yang sudah bercerai dengan suaminya ini diduga depresi lantaran permasalahan keluarga dan

ekonomi yang dialaminya sehingga tega menusuk anaknya sendiri hingga tewas. (abs)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved