Berita Jakarta
Warga Kampung Bengek Jakarta Utara Hidup di Tengah-tengah Kondisi Lautan Sampah
Warga Kampung Bengek, Penjaringan Utara, Jakarta Utara harus hidup ditengah-tengah banyaknya tumpukan sampah.
Penulis: Luthfi Khairul Fikri |
Warga Kampung Bengek Penjaringan Utara, Jakarta Utara harus hidup di tengah-tengah banyaknya tumpukan sampah.
Ditambah lagi, memasuki perkampungan itu jalan nampak tak terurus dengan masih banyak bebatuan dan
berbentuk tanah merah.
Berdasarkan pantauan Wartakota saat tiba di Kampung Bengek, aroma bau sampah menyengat disekitar wilayah tersebut.

Bantaran tanah seluas perkiraan satu hektare itu dipenuhi dengan berbagai sampah yang tentu bisa
menimbulkan penyakit.
Sejumlah rumah panggung dengan bahan tripleks dan kayu-kayu gelondongan berdiri di atas tumpukan
sampah tersebut.
Bahkan, sampah itu terlihat sampai menutup jalan menuju rumah-rumah warga sekitar.
Terlihat tak hanya sampah plastik, kasur bekas tak terpakai hingga limbah rumah tangga.
Belum lagi nampak ada barang-barang besi rongsokan yang sudah berkarat yang berada di wilayah tersebut.
Ironisnya, terlihat juga domba milik warga setempat memakan makanan tak layak berupa sampah plastik dan
meminum air rawa-rawa sampah itu.
Warga yang tinggal di kampung itu juga terlihat tidak terganggu dengan adanya tumpukan sampah.
Mereka pun masih santai beraktivitas dan bercengkrama satu sama lain meski banyak lalat berada di sekitarnya.
“Ya nyaman-nyaman aja, kalo penyakit mah yang tinggal di gedong mah penyakit sama aja. Selama ini mah
aman-aman aja, yang penting mah buat tidur aja,” ujar Sarwana (60) di kediamannya, Senin (2/9/2019).
Lebih lanjut, menurutnya penumpukan sampah ini terkadang setiap hari ya dibersihkan oleh warga setempat.
“Kita kalo bersihin ya bakar sendiri, kadang-kadang gotnya kita keruk supaya buat ngalirin air,” jelasnya.
Dia pun mengakui bahwa memilih tinggal ditempat tumpukan tersebut karena terpaksa lantaran tak memiliki
uang untuk membayar kostan tempat tinggal.
“Ya nggak bisa bayar kontrakan. Terakhir ngontrak Rp 300 ribu saat itu,” tuturnya.(M20)