Pembunuhan
Segini Nilai Bayaran 4 Eksekutor Disewa Aulia Kesuma Untuk Bunuh dan Bakar Jasad Suami dan Anak Tiri
Agar Aulia Kesuma bunuh suami dan anak dengan mudah, akhirnya Aulia Kesuma sewa 4 pembunuh bayaran.
Kemudian, Karta mendengar kabar dari warga bahwa ada kebakaran.
Ia mengira kebakaran tersebut terjadi karena dirinya membakar sampah.
"Saya pulang mengecek, tapi kok enggak mati lampu. Terus ada yang bilang ada kebakaran. Saya langsung balik lagi ngecek sampah yang saya bakar ternyata enggak kenapa-kenapa"
"Ternyata yang kebakaran itu sebelah bawah kandang kambing saya seberang jalan, itu mobil," katanya.
Setelah api yang membakar mobil dipadamkan ditemukan dua jasad manusia dalam keadaan mengenaskan.
Dua jasad tersebut merupakan korban pembunuhan.
Karta mengatakan sempat terjadi ledakan kedua sebelum mobil terbakar habis.
Sekitar pukul 14.45 WIB atau tiga jam kemudian, api yang membakar mobil itu padam dengan sendirinya.
Warga tak berani mendekati mobil dan memadamkan api.
Terlebih, di lokasi tersebut sedang dilanda kekeringan sehingga warga sulit medapat air.
Warga terkejut ketika mengetahui ada dua jasad hangus terbakar.
Posisi kedua jasad itu di kursi penumpang mobil.
"Sudah hangus dua-duanya, sudah hitam, sampai kelihatan tulang-tulangnya, di bagian kakinya. Duda-duanya di kursi belakang mobil," ucap Karta.
Kemudian, dua jasad itu dievakuasi oleh pihak kepolisian.
Dua jasad terpanggang di dalam mobil itu masih satu keluarga.
Mereka adalah bapak dan anak.
Keduanya adalah Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) dan M Adi Pradana alias Dana (23).
Dari hasil analisis polisi, kedua jasad ini merupakan korban pembunuhan yang dilakukan beberapa hari lalu.
Sebab, jasad terpanggang itu sudah mengalami proses pembusuk.
Mobil Hitam Mencurigakan
Sebelum warga menemukan mobil terbakar, ada dua unit mobil hitam melintas berulang kali di sekitar tempat kejadian.
Hal tersebut diakui oleh salah satu pemilik warung di sekitar lokasi, Eti (50).
"Bolak balik itu, mobilnya bagus pokoknya. Itu sebelum ada mobil kebakar. Saya kira biong tanah, ngecek tanah gitu di sekitar sini," kata Eti kepada TribunnewsBogor.com.
Dia menjelaskan bahwa anaknya yang bermain sepeda juga sempat melihat bahwa dua mobil hitam itu terparkir di lokasi kejadian.
Namun, di sekitar dua unit mobil hitam yang terparkir itu sama sekali tidak ada satu pun orang yang terlihat keluar mobil.
"Si Aa yang main sepeda lihat katanya dua mobil itu parkir di sana (TKP). Tapi kayak gak ada orang yang keluar, pas dia lihat orang-orangnya di dalem mobil," kata Eti.
Belum diketahui keterkaitan mobil mencurigakan tersebut dengan penemuan jasad terpanggang.
2 Pelaku Cerita Detik-detik Habisi Pupung Sadili & Anaknya, Aulia Kesuma Lihat Langsung di TKP
Kedua tersangka pembunuhan yang membakar korbannya, Kuswanto Agus (A) dan Muhammad Nur Sahid (S), mengungkapkan cara mereka menghabisi nyawa korban.
Korban yang lebih dulu dibunuh adalah sang ayah Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili.
Para pelaku mengaku membunuh Edi dengan dengan diracun di rumahnya yang berada di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Saat itu Edi bersama anaknya, M Adi Pradana alias Dana, berada di ruangan berbeda.
"Tersangka A dan S ini kemudian memberikan racun kepada korban (Edi) diminum dengan harapan langsung meninggal"
"Setelah lemas dia dicek-cek ternyata itu tidak bergerak dianggap sudah meninggal," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (27/8/2019).
Setelah membunuh Edi, istri korban yang menjadi otak pelaku, Aulia Kesuma (AK), menyuruh anak kandungnya, Geovanni Kelvin (KV), untuk membunuh anak tirinya, Dana.
Aulia Kesuma lalu mengatur siasat untuk membuat mabuk Dana sebelum membunuhnya.
Dana akhirnya dibunuh setelah dibekap Kelvin.
"Istri korban ini akhirnya menyuruh kembali anaknya inisial K menyuruh untuk anaknya korban inisial D diberi minuman keras, akhirnya mabuk dan tidak sadar dan kemudian dibekap di sana," ungkap Argo.
Setelah dua korban meninggal, Aulia dan Kelvin, bersama dua eksekutor Kuswanto Agus dan Muhammad Nur Sahid berangkat ke daerah Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat untuk membuang jasad kedua korban.
Mereka menumpang dua mobil yang berbeda.
Setelah sampai di Sukabumi, mereka memutuskan untuk membakar jasad Edi Chandra Purnama dan M Adi Pradana atau Dana di mobil.
Mobil dibakar oleh Kelvin, namun api menyambar tubuhnya.
Sebelumnya diberitakan, dua jasad ditemukan dalam sebuah mobil yang terbakar di Jalan Cidahu-Parakansalak, Kampung Bondol, Desa Pondokkaso Tengah, Kecamatan Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (25/8/2019) sekitar pukul 12.00 WIB.
Kedua korban pembunuhan tersebut adalah ayah dan anak asal Jakarta Selatan, Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili dan anaknya, M. Adi Pradana alias Dana.
Kasus Serupa 30 Tahun Lalu
Kasus pembunuhan terencana dengan meletakkan jasad korban di dalam mobil sebelum mobil dibakar seperti yang terjadi di Cidahu, Sukabumi ternyata pernah terjadi hampir 30 tahun silam.
Seperti diketahui, sebuah mobil terbakar di Kampung Bondol, Desa Pondokkaso, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi.
Di dalam mobil itu ternyata berisi dua orang yang terbakar hingga menjadi arang.
Belakangan polisi mengungkap kalau kejadian itu bukan sekadar mobil terbakar, melainkan pembunuhan berselubung mobil terbakar.
Kedua korban terpanggang yang diketahui bapak dan anak itu dibunuh di rumah mereka di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Yang menghabisi keduanya adalah pembunuh bayaran sewaan mantan istri muda korban, AK.
Setelah kedua korban meninggal, keempat eksekutor meletakkan korban di sekitar SPBU Cirende.
Mobil terbakar di Kampung Bondol, Desa Pondokkaso, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. (TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy)
Eksekutor kemudian meminta AK untuk ke lokasi untuk mengambil mobil yang sudah berisi jenazah suami dan anak tirinya.
Pada Minggu (25/8/2019) sekira pukul 07.00 WIB, AK dan anaknya KV (18) mengambil mobil yang berisi dua jenazah dan membawa jenazah ke Cidahu, Sukabumi.
Dari dekat lokasi tersebut, AK membeli bensin dan menyerahkan kepada KV untuk membakar mobil tersebut.
Pembunuhan berencana yang dirancang AK ini serupa dengan pembunuhan di Gang Dolly, Surabaya, 13 Agustus 1988 silam atau 31 tahun lalu.
Otak pembunuhannya adalah Sumiarsih, muncikari di lokalisasi terkenal di Surabaya, Gang Dolly.
Selain Sumiarsih, pelaku pembunuhan itu adalah suaminya, Djais Adi Prayitno, Sugeng (anak Sumirasih), Sersan Dua Adi Saputro (menantu), serta Nanok dan Daim (pegawai Sumirasih).
Korbannya adalah Komandan Primer Koperasi Angkatan Laut Letnan Kolonel Purwanto, Sunarsih (istri Purwanto), Haryo Bismoko, Haryo Budi Prasetyo (anak Purwanto), dan Sumaryatun (kerabat).
Sumiarsih adalah pemilik Wisma Happy Home di Gang Dolly.
Ketika itu, wisma milik Sumiarsih alias Mami Rose sangat terkenal karena dikenal dihuni perempuan-perempuan cantik.
Karena wisma Mami Rose ini ramai, korban yakni Purwanto ingin bekerja sama.
Purwanto lantas turut mendirikan wisma di Gang Dolly dengan Sumiarsih alias Mami Rose jadi pengelolanya.
Namun, Sumiarsih harus menyetor Rp 20 juta per bulan dari wisma milik Purwanto.
Belakangan, bisnis esek-esek Gang Dolly meredup karena aparat di Surabaya gencar melakukan razia.
Namun, Purwanto tetap menagih meski setoran seret, bahkan sering menganiaya Sumiarsih.
Purwanto mulai melunak pada Sumiarsih setelah melihat Wati, putri Sumiarsih yang diasuh neneknya di Jombang.
Ketika itu, Wati masih berusia 15 tahun.
Karena 'diincar' oleh Purwanto, Sumiarsih lantas menikahkan Wati dengan Adi Saputro, seorang polisi di Jombang.
Setelah menikahkan Wati dengan Adi Saputro, Sumiarsih kembali sering dianiaya Purwanto.
Tak tahan, Sumiarsih lantas merencanakan pembunuhan.
Purwanto dan keluarganya lantas dibunuh Sumiarsih dkk di rumah Purwanto di dekat Gang Dolly.
Jasad mereka kemudian dimasukkan mobil lantas dibawa ke Batu, Malang.
Mobil berisi Purwanto dan keluarganya itu diterjunkan ke jurang sebelum disiram bensin dan dibakar.
Polisi akhirnya berhasil mengungkap kasus mobil terbakar di Songgoriti tersebut dan menangkap Sumiarsih dkk.
Sumiarsih dan sang putra, Sugeng sudah dieksekusi mati tahun 2008 silam.
Eksekusi Sumiarsih
Eksekusi yang dialami terpidana mati Sumiarsih dan Sugeng pada 19 Juli 2008 lalu masih menyisakan cerita.
Informasi dari sumber terpercaya kepada Surya (Grup Tribun Jabar) menyebutkan, dari enam peluru tajam yang diarahkan ke terpidana, setidaknya satu peluru tidak persis mengenai sasaran.
Itu terjadi pada Sumiarsih, ibu kandung Sugeng.
Satu peluru kaliber 5,56 mm yang dimuntahkan dari senapan laras panjang jenis M-16 tidak mengenai bagian jantung, yang jadi sasaran utama tembakan eksekusi.
Peluru tersebut hanya melukai sedikit daging bagian dada kiri atas Sumiarsih.
Yang justru terkena paling banyak oleh satu peluru itu adalah lengan kiri sisi dalam Sumiarsih. Akibatnya, lengan kiri sisi dalam itu terkoyak cukup lebar.
Lima peluru lainnya pun tidak persis mengenai titik di dada yang tembus jantung. Ada yang melebar sedikit sehingga mengoyak bagian payudara Sumiarsih
. “Diduga peluru yang meleset ke lengan itu berasal dari senapan paling ujung kanan,” kata sumber Surya yang ikut melakukan otopsi jenazah kedua terpidana tersebut.
Sumber itu lantas menunjukkan foto-foto Sumiarsih dan Sugeng yang baru saja dieksekusi.
Foto-foto itu diambilnya lewat HP yang berkamera, dan tampak jelas gambar Sumiarsih dan Sugeng.
Namun, sumber itu menolak ketika Surya meminta foto-foto tersebut untuk direproduksi.
Sumber itu membenarkan pernyataan resmi Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jatim bahwa regu tembak untuk setiap terpidana tereksekusi berjumlah 12 orang yang berasal dari Satuan Brimob Polda Jatim.
Senapan serbu jenis M-16 memang dimiliki oleh Brimob.
“Keduanya tepat berada di tengah-tengah jajaran 12 penembak, dan keduanya ditembak secara bersamaan"
"Suara tembakan terdengar nyaris serentak, bahkan seperti terdengar satu kali saja letusan keras,” imbuh sumber itu"
"Sedangkan tembakan untuk Sugeng tak ada yang meleset. Semua mengarah ke bagian dada kiri atas hingga tembus ke punggung"
"Bekas-bekas tembusan peluru itu membentuk lingkaran-lingkaran kecil berjajar di punggung kiri Sugeng"
“Darah dari luka-luka Sugeng mengucur deras, bahkan sampai ada yang keluar dari lubang hidung,” kata sumber itu.
Saat proses otopsi luar di ruang otopsi IKF (Instalasi Kedokteran Forensik) RSU Dr Soetomo Surabaya, menurut sumber itu, luka-luka mereka dibersihkan dengan memasukkan semacam kapas atau perban ke bagian tubuh yang berlubang.
Kemudian menutupnya dengan menjahit luka tersebut menggunakan kulit sekitarnya yang ditarik satu sama lain.
Hal yang sama juga dilakukan pada luka koyakan.
Namun, sebelum dijahit tertutup, pembuluh darah yang mengucurkan darah lebih dulu disumpal dengan kapas atau kain perban sampai pendarahan berhenti.
Karena itu, saat dimakamkan, luka-luka tembak itu hanya meninggalkan bekas jahitan saja. (*)
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul "Bukan Rp 500 Juta, Aulia Kesuma Istri Muda Bayar Segini 4 Pembakar Suami Pupung Sadili & Anak Tiri"