Rizal Ramli Tantang Jokowi Pecat Enggartiasto Lukita dan Usulkan Dua Kementerian Ini Digabung
EKONOM senior Rizal Ramli mempertanyakan keberanian Presiden Jokowi soal sikap Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
"Biarkan Enggar petantang petenteng begitu, sudah waktunya diganti,” ujar Rizal Ramli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/9/2018).
Menurut Rizal Ramli, sosok Menteri Perdagangan dari dulu merupakan orang yang pandai berbahasa Inggris dan mampu meyakinkan dunia internasional.

Baca: Densus 88 Tembak Mati Dua Penyerang Polisi di Tol Cipali
Rizal Ramli pun mengulas karakter menteri-menteri perdagangan sebelumnya dari era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Dari dulu, mohon maaf, pertimbangan mengangkat Menteri Perdagangan itu pertama, Bahasa Inggrisnya harus jago dan canggih."
"Kedua, bisa meyakinkan dunia internasional,” ungkapnya.
• Ini Daftar Sembilan Ruas Jalan Tol yang Siap Diresmikan Hingga Akhir 2019
“Itulah kenapa SBY angkat Marie Pangestu dan Gita Wirjawan, karena Bahasa Inggrisnya canggih, bisa yakinkan investor."
"Itulah itulah kenapa Pak Jokowi mengangkat Thomas Lembong,” sambungnya.
Namun, untuk Mendag yang sekarang, Rizal Ramli menilai kemampuannya jauh dari para pendahulunya.
• Tiga Gigi Warga Cengkareng Patah Disepak Sapi Kurban yang Stres Saat Hendak Disembelih
“Yang hari ini, Bahasa Inggrisnya aja norak, kampungan, ya enggak bisa juga lah kalau gitu,” cetusnya.
Rizal Ramli juga kembali memprediksi laju pertumbuhan ekonomi akan turun drastis, dari target yang ditentukan pemerintah di atas lima persen.
“Dari target pemerintah 5,2 persen, dugaan kami akan nyungsep terus menjadi 4,5 persen."
"Indikator makro ekonomi menunjukkan (pertumbuhan) makin merosot,” papar Rizal Ramli dalam diskusi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (12/8/2019).
• Jabat Sekretaris Jenderal Dua Periode, Hasto Kristiyanto Bikin Rekor Baru di PDIP
Di kesempatan tersebut, Rizal Ramli memaparkan defisit neraca transaksi berjalan meningkat.
Dari USD 7 miliar (2,6 persen dari PDB) pada kuartal sebelumnya, menjadi USD 8,4 miliar (3,0 persen dari PDB).
Menurut dia, angka ini sangat berbahaya. Sebab, anggaran negara yang merosot (transaksi berjalan) menjadi sasaran tembak pihak luar.
• Mahasiswa Lampung Tertembak Peluru Polisi, Begini Kronologinya
Dari data yang dipaparkan, rasio penerimaan pajak terhadap GDP tahun 2015 berada di level 9.20.