Listrik Padam

PT MRT Jakarta Tuntut PLN Tingkatkan Keandalan Pasokan Listrik

MRT Jakarta menuntut tindak lanjut PLN untuk meningkatkan keandalan pasokan listrik dan secara serius mencegah kejadian serupa terjadi kembali.

Penulis: Mohamad Yusuf |
WARTA KOTA/ANGGIE LIANDA PUTRI
Suasana pintu masuk stasiun mrt saat listrik padam, Minggu (4/8/2019). 

PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta menyesalkan putusnya pasokan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada Minggu (4/8/2019) kemarin.

Sebagai pelanggan premium, PT MRT Jakarta sangat kecewa, dan menuntut agar hal serupa tak terjadi lagi.

"MRT Jakarta sangat menyesalkan terputusnya pasokan listrik dari PLN. Kami membutuhkan tindak lanjut PLN untuk meningkatkan keandalan pasokan listrik dan secara serius mencegah kejadian serupa terjadi kembali," kata Muhamad Kamaluddin, Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta, dalam siaran pers, Selasa (6/8/2019).

Kamaluddin mengatakan, PLN telah berkomitmen untuk mendukung keandalan pasokan listrik ke sistem MRT Jakarta.

Salah satunya dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas tambahan di Jakarta sebagai subsistem ketiga tersebut.

Sesuai desain awal, MRT Jakarta juga memiliki sistem pembangkit cadangan (generator set/genset) yang hanya memberikan pasokan listrik untuk kebutuhan keselamatan dan evakuasi di fasilitas stasiun dan di terowongan.

Terungkap, Kehilangan Ribuan Penumpang saat Listrik Padam, MRT Jakarta Rugi Rp 507 Juta

Tak Ada Penumpang Cedera Saat Evakuasi 4 Rangkaian Kereta MRT Jakarta yang Terhenti di Bawah Tanah

"Kapasitas back up power MRT Jakarta tersebut sudah cukup, dan berfungsi dengan baik pada saat pasokan listrik terputus, oleh karenanya evakuasi dapat dilakukan dengan aman," jelasnya.

Desain pasokan listrik MRT Jakarta ini, lanjutnya, sejalan dengan sistem kelistrikan MRT di berbagai negara lain.

Sebagai contoh, hal serupa terjadi di New York Subway pada bulan Juli lalu, di mana pemadaman listrik terjadi selama lima jam, dan kendala pasokan listrik itu sempat melumpuhkan sepertiga dari rute New York Subway.

Akibatnya, penumpang tertahan di bawah tanah selama 75 menit sebelum berhasil dievakuasi.

"Sistem operasi kereta MRT Jakarta menggunakan persinyalan CBTC (Communication Based Train Control) yang menganut tingkat standar keselamatan tinggi. Seperti halnya sistem persinyalan yang digunakan di Delhi Metro dan Beijing Subway Line 15," katanya.

Sistem ATO (Automatic Train Operation) itu mengharuskan kereta melakukan emergency break (pengereman darurat) ketika terjadi power off (terputusnya pasokan listrik).

Hal ini bertujuan untuk memitigasi potensi bencana yang kemungkinan terjadi di jalur depan kereta.

Pelayanan Berlangsung Normal, Bandara Soetta Pakai 17 Genset Atasi Listrik Padam

Tujuh Kebakaran dan Pasokan Air Turun 70 Persen Warnai Listrik Padam di Jakarta

Pengereman darurat dan evakuasi merupakan cara terbaik yang dilakukan untuk menghadapi kejadian ini.

"Skema evakuasi yang dilakukan (sebagaimana penjelasan infografis di bawah ini) menggambarkan pada saat kejadian terputusnya pasokan listrik (4 Agustus) terdapat tujuh rangkaian kereta MRT Jakarta yang sedang beroperasi," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved