Pegawai Kanwil Kementerian Agama Melaksanakan Salat Gaib untuk Mendoakan KH Maimoen Zubair
Pegawai Kanwil Kementerian Agama DKI menunaikan salat gaib untuk mendoakan almarhum Mbah Moen atau KH Maimoen Zubair.
Penulis: Rangga Baskoro |
Jajaran pejabat beserta pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta menunaikan ibadah salat gaib sebagai bentuk rasa belasungkawa atas kepergian Tokoh NU KH Maimoen Zubair atau yang akrab dipanggil Mbah Moen.
Sholat gaib dilaksanakan di Masjid Raudhatul Jannah Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta usai menunaikan ibadah Shalat Ashar, sore tadi.
"Alhamdulillah, tadi, setelah shalat Ashar di Masjid Raudhatul Jannah dilaksanakan Shalat Ghaib, diikuti karyawan dan karyawati Kanwil Kementerian Agama."
"Kakanwil Juga menghimbau kepada Kepala Kemenag Kota dan Satker dilingkungan Kanwil untuk melaksanakan shalat Ghaib utk almarhum KH Maimoen Zubair," kata Kabag Tata Usaha Kanwil Kemenag DKI Jakarta, Sadirin saat dikonfirmasi, Selasa (6/8).
Usai melaksanakan sholat gaib, dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh Kasi Kemasjidan, Ustadz Shalahudin.
• Farhat Abbas Berang Tahu Kliennya Dimasukkan Sel Tikus dan Berencana Lapor ke Dirtahti PMJ ke Propam
Keluarga Besar Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta menyampaikan turut berduka cita atas wafatnya KH. Maimun Zubair.
"Karena, sesama umat muslim, kita saling mendoakan yang terbaik bersama, semoga diampuni segala dosanya dan diterima di sisi Allah SWT," ungkap Sadirin.
KH Maimoen Zubair atau yang lebih akrab disapa Mbah Moen wafat di RS An Noor Kota Mekkah pada pukul 04.17 waktu setempat.
Rencananya, jenazah almarhum Mbah Moen akan dishalatkan di Masjidil Haram. Setelah itu, jenazah akan dimakamkan di kompleks pemakaman Ma'la, Mekkah.
Pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta menunaikan shalat gaib sebagai bentuk belasungkawa atas meninggalnya Mbah Moen, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (6/8/2019).
• Kepolisian Polda Metro Jaya Santai Saja Sikapi Rencana Farhat Abbas Melapor ke Propam
• BREAKING NEWS: Kabar Duka dari Mekah KH Maimoen Zubair Meninggal Saat Tunaikan Ibadah Haji
• KH MAIMOEN Zubair Meninggal, Ini Komentar Ustaz Abdul Somad, TGB Sebut Tinggalkan Lubang dalam Islam
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon menolak tuduhan lawan politiknya untuk mengaitkan puisinya dengan menghina Kiai Haji Maimoen Zubair.
Soalnya, dia menyatakan, puisi yang ia tulis di Twitter tidak ditujukan untuk Kiai Haji atau KH Maimoen Zubair, yang justru dia bela.
Sehingga, ia pun menyatakan tak perlu meminta maaf karena puisinya ditujukan untuk makelar doa.
Dalam kesempatan ini, Fadli Zon juga menyampaikan persembahan untuk Partai Gerindra yang genap berumur 11 tahun dalam keterangan tertulis.
Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) genap berusia 11 tahun.
Di usianya yang baru lewat satu dekade tersebut Gerindra telah tumbuh menjadi partai besar dan disegani.
Bahkan, dalam Pemilu 2019 yang akan digelar 17 April nanti, Gerindra dipercaya banyak pihak bisa meraih “double winners”, alias menang dalam pemilihan anggota parlemen sekaligus juga menang dalam pemilihan presiden.
Seluruh kader Gerindra, pastinya berharap, alan bisa meraih dwikemenangan tadi.
Dalam Pilpres, Gerindra berjuang bersama Koalisi Adil Makmur yaitu Partai PKS, PAN, Partai Demokrat dan Berkarya.
Harus diakui, ‘winning power’ Gerindra memang terus membesar.
Begitu juga dengan ‘winning power’ calon presiden H Prabowo Subianto, yang terus melesat naik.
Selain dari animo masyarakat, hal itu juga bisa dilihat dari apresiasi para pemimpin serta perwakilan negara-negara sahabat yang makin hangat dan terbuka kepada kami.
Tak heran, serangan-serangan dari lawan politik belakangan ini kian gencar kepada Gerindra dan Capres Pak Prabowo.
Mereka tentu tak menyukai trend elektabilitas Pak Prabowo ini.
Salah satu fitnah dan serangan yang kerap ditujukan kepada Gerindra adalah tuduhan bahwa partai ini beraliran radikal atau sektarian.
Padahal, sebagaimana ditulis dalam Manifesto Partai Gerindra, jati diri partai Gerindra adalah kebangsaan, kerakyatan, religius, dan keadilan sosial.
Apa yang menjadi jati diri partai kami, sebenarnya adalah jati diri Indonesia itu sendiri.
Sesudah Reformasi banyak partai mengklaim diri sebagai partai kebangsaan, namun di sisi lain mereka menjauh, atau juga dijauhi oleh ummat.
Padahal, bagaimana bisa kita meneruskan keindonesiaan jika tak membawa serta ummat?!
Bagaimana bisa kita memertanggungjawabkan pluralisme, jika kita alergi terhadap religiusitas yang telah menjadi kultur bangsa kita?
Bagaimana bisa kita menegakkan persatuan, jika kita sendiri memusuhi elemen-elemen penyusun bangsa ini, terutama lem perekat terbesarnya?!
Di sisi yang lain, Indonesia juga tak mungkin bisa diteruskan hanya oleh satu dua golongan terbesar saja, tanpa merangkul golongan-golongan yang lain.
Kebhinekaan adalah sunatullah, amanat nenek moyang yang telah diwariskan kepada kita.
Semua itu harus terus kita hidupi dengan arif dan bijaksana. Jadi, begitulah posisi politik Gerindra.
Kami adalah partai nasionalis religius.
Partai Gerindra sejak awal membawa semangat perjuangan untuk rakyat.
Sebagaimana berkali-kali ditegaskan oleh Pak Prabowo, partai ini bukanlah milik perorangan, tapi milik seluruh rakyat Indonesia.
Mungkin, itu sebabnya, meskipun secara usia tergolong muda, namun Partai Gerindra telah banyak dipercaya rakyat.
Saat ini, Gerindra telah menjadi partai ketiga terbesar.
Dalam Pemilu 2019 nanti, Insya Allah Gerindra bisa menjadi pemenang pemilu.
Semua capaian itu tentu tak terlepas dari kerja keras seluruh pengurus, kader, sayap partai, simpatisan dan elemen masyarakat dari berbagai latar belakang.
Tentu saja, Gerindra tak akan bisa mencapai semua ini tanpa dukungan dan kepercayaan dari masyarakat.
Selamat ulang tahun, Partai Gerindra.
Insya Allah, dengan kerja keras kita bisa menang!
Indonesia akan menang! Indonesia akan jaya!