Idul Adha
TAK Disangka Berdagang Sapi Kurban Ternyata Tidak Mudah: dari Kaki Patah Hingga Diberi Cabe
Mahalnya harga sapi kurban menyebabkan proses distribusi hingga perawatannya tak bisa disamakan dengan sapi potong pada umumnya.
Penulis: Rangga Baskoro |
Menjadi pedagang sapi kurban bukan perkara mudah. Mahalnya harga sapi kurban menyebabkan proses distribusi hingga perawatannya tak bisa disamakan dengan sapi potong pada umumnya.
Sebelum sapi-sapi kurban tiba di tempat penjualan.
Diperlukan ketelatenan oleh pengawalnya dalam proses pengiriman melalui jalur darat.
"Pengawalnya itu kami bayar per orang Rp 1,5 juta. Kenapa mahal? Karena kalau sampai tempat penjualan ada kondisi sapi yang enggak sempurna, kami enggak mau, balikin lagi tuh sapi," ujar Adin, seorang penjual sapi kurban di Jalan Raya Kincan Duren Sawit, Jakarta Timur, Sabtu (3/8/2019).
Kondisi tak sempurna yang dimaksud Adin yakni terkadang terdapat sapi-sapi kurban yang kakinya patah lantaran pengawal tak berhati-hati saat membawanya.
• BMKG Sampaikan Perkiraan Waktu Kapan Tsunami Datang, Ikuti Prosedur Ini
• BMKG Minta Warga Tunggu Sampai Pukul Segini Untuk Pastikan Tsunami Tak Akan Datang
• Calon Dokter Spesialis Bedah Saraf di Bandung Jadi Pemasok Ganja ke Aktor Jefri Nichol
• Kisah Megawati Selundupkan Uang Untuk Soekarno Usai Lengser dari Kursi Presiden RI
Sapi-sapi kurban seberat 300-800 kilogram itu pun harus tetap dijaga dalam posisi berdiri saat dibawa menggunakan truk berukuran besar.
"Kalau ada sapi yang tidur dikasih cabe matanya biar melek. Soalnya kalau ada yang tidur, nanti misalnya goyang-goyang truknya, bisa bikin sapi lainnga jatuh dan kakinya patah," jelasnya.
Adin mengungkapkan banyak kejadian kaki sapi kurban yang patah saat tiba di tempat penjualan.
Pihak penjual pun menolak untuk membeli sapi tersebut lantaran sapi yang hendak dipajang harus dalam kondisi sempurna.
"Kalau sapi potong sih misalnya pas ngebawa kakinya patah, bisa langsung dipotong di tempat, sedangkan sapi kurban enggak bisa. Makanya pengawal harus rajin-rajin berhenti, ngeliat sapi-sapinya, ngecek ada enggak yang tidur," ucap Adin.
Perawatannya pun ketika tiba bukan lah hal yang sepele.
• UPDATE Polisi Tangkap Satu Terduga Pembunuh Alumnus IPB Amelia
• FOTO-foto Rumah Roboh yang Terdampak Gempa Banten 7.4 SR dan Kondisi Terkini
• Aurel Paskibraka Tangerang Selatan Mendadak Meninggal Dunia dengan Tubuh Lembam-lebam
Sapi-sapi yang sudah tiba biasanya keletihan setelah perjalanan panjang dari tempat asalnya.
Oleh sebab itu terkadang pihak penjual langsung memanggil petugas dari Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Perikanan (KPKP) untuk mengecek kondisi sapi kurban.
"Masalahnya itu biasanya keram, lalu buang air besar. Kami harus panggil petugas untuk dikasih obat dan disuntik," tuturnya.
Adin menjual sebanyak 79 sapi kurban berjenis Limosin dan Madura asal Magetan.
Sapi seberat 300-400 kilogram dijual seharga Rp 20 juta.
• Apakah Daerah Anda Termasuk Wilayah Berpotensi Tsunami?
• Viral, Pria Curhat Setelah Istrinya Meninggal Lahirkan Anak Kedua, Fotonya Masih Tersenyum
Sedangkan sapi yang memiliki bobot 800 kilogram dijual seharga Rp 40 juta. (abs)