Berita Video
VIDEO: Yusril Ihza Mahendra Nilai Rektor Asing di Perguruan Tinggi Negeri Tidak Masalah
Ditegaskan Donny, UI sangat memperhatikan soal politik identitas, anggota ormas terlarang yang ikut mendaftar agar jangan sampai ikut terseleksi.
Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Ahmad Sabran
Ketua Umum (Ketum) Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra mengomentari wacana terkait impor rektor yang saat ini sedang ramai diperbincangkan.
Menurutnya, sepanjang perekrutan Warga Negara Asing (WNA) dilakukan berdasarkan prosedur yang berlaku, impor rektor bukan suatu hal yang melanggar hukum. Ia pun menjelaskan mekanisme pemilihan rektor yang selama ini dilakukan di universitas negeri di Indonesia.
"Enggak ada larangan sih dari undang-undang kita. Jadi selama ini rektor itu kan diangkat dari dosen universitas yang bersangkutan. Saya rasa kan terbuka juga dan bahkan mengundang siapa saja yang mau jadi rektor kemudian menggelar satu proses seleksi lalu kemudian seseorang yang pantas itu diangkat jadi rektor," kata Yusril di Rumah Sakit Jantung Binawaluya, Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (2/8).
Meski menyetujui wacana itu, Yusril menyarankan agar rektor impor yang berkompeten memimpin universitas negeri yang perkembangannya belum pesat untuk menunjang kualitas universitas negeri tersebut.
"Saran saya begini saja, itu diberikan ke universitas-universitas negeri yang pertumbuhannya itu agak sulit untuk berkembang walaupun sudah didirikan dengan manajemen yang cukup lama," jelasnya.
Hal tersebut juga dapat memacu kualitas dosen-dosen dalam negeri agar bisa berkompetisi dengan WNA di Indonesia agar bersama-sama membangun pendidikan di Indonesia.
"Nanti kita lihat, kalau memang menghasilkan sangat baik dan luar biasa, tentu akan cukup memicu daya saing juga kepada universitas dalam negeri lain untuk meningkatkan kualitasnya," tutur Yusril. (abs)
Saat ini, Universitas Indonesia (UI) tengah mencari rektor baru untuk periode masa jabatan tahun 2019-2024.
Bagi yang tertarik, UI secara resmi telah membuka pendaftaran bakal calon rektor mulai 10 Juli-2 Agustus 2019 melalui situs pemilihanrektor.ui.ac.id.
Syarat utama untuk menjadi rektor UI adalah setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila, dan tidak berafiliasi dengan organisasi radikal.
Ketua Majelis Wali Amanat UI Saleh Husin mengatakan, proses pemilihan rektor terdiri atas penjaringan, penyaringan, penetapan serta pelantikan.
Sejalan dengan tahapan tersebut, akan dilakukan klarifikasi, verifikasi, dan seleksi yang akan menghasilkan setidaknya 20 calon rektor terjaring yang akan diumumkan pada 2 September 2019.
• Akademisi Ungkap, Selama Ini Kubu Paslon 02 Tersandra Kepentingan Habib Rizieq
• Penampakan Toko Berlian Barbie Kumalasari yang Kini Dihujat Habis-Habisan Warganet
• Siapa Tiga Jenderal Aktif yang Diperiksa TGPF Kasus Novel Baswedan?
Selanjutnya akan dilakukan proses penyaringan oleh Pansus Pilrek pada 2-15 September 2019.
Kemudian akan tersaring lagi tujuh calon rektor yang akan diumumkan pada 16 September 2019.
Tahapan selanjutnya, ketujuh calon rektor tersaring akan melakukan presentasi di depan para pakar, kemudian akan diumumkan tiga besar calon rektor pada 20 September 2019.
Tahapan akhir, ketiga calon rektor tersebut akan menjalankan Debat Publik pada 23 September 2019.
• GERINDRA Kaitkan dengan Rizieq Shihab, Profesor LIPI : Rekonsiliasi Tak Boleh Dikaitkan Proses Hukum
"Hasil akhir yakni penetapan rektor terpilih akan dilaksanakan pada 25 September 2019," ujar Saleh Husin dalam konferensi pers di Balai Kirti Gedung Rektorat UI, Beji, Kota Depok, Rabu (10/7/2019).
Saleh mengajak segenap putra-putri terbaik bangsa yang memenuhi persyaratan untuk mendaftar.
Dia berharap rektor UI terpilih mampu membawa UI melaju menjadi universitas peringkat lima besar di ASEAN dan 200 besar dunia.
Saat ini UI masih duduk di posisi kesembilan se-ASEAN dan 269 di dunia.
"Rektor UI nantinya harus memiliki semangat kerja yang luar biasa karena tantangan perguruan tinggi ke depan semakin berat. Membangun UI juga membangun bangsa Indonesia," tutur eks Menteri Perindustrian RI itu.
Salah satu faktor utama yang juga menjadi konsentrasi UI dalam memilih rektor adalah calon rektor harus bebas dari politik identitas, radikalisme, dan keterlibatan dalam organisasi terlarang.
• Hotman Paris Ajak Emak-Emak Pasang Badan dan Penjarakan Pria Sindir Fairuz A Rafiq Bau Ikan Asin
Sekretaris Panitia Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor (P3CR) UI Donny Gahral Adian menuturkan, UI memiliki komitmen untuk memilih putra-putri terbaik bangsa yang terbebas dari hal-hal tersebut.
Untuk itu UI juga melibatkan lembaga negara yang memiliki kompetensi dalam proses pemilihan calon rektor.
"Untuk nasionalisme dan kesetiaan pada NKRI dan Pancasila kami melibatkan BNPT, untuk sisi psikologisnya kami melibatkan Lembaga Psikologi Terapan UI, untuk keuangan kami libatkan PPATK, dan untuk kesehatan kami libatkan rumah sakit yang telah ditunjuk," terang Donny.
Ditegaskan Donny, UI sangat memperhatikan soal politik identitas, anggota ormas terlarang yang ikut mendaftar agar jangan sampai ikut terseleksi.
"Jelas, untuk universitas sebesar UI, kami tidak mungkin memilih orang yang tidak setia kepada NKRI, Pancasila, dan UUD 1945," tegas Donny.
• VIDEO: Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Sambangi Rumah Reyot di BSD, Janji Perbaiki
Pemilihan rektor kali ini UI juga melakukan proses jemput bola (head hunting) mendatangi calon-calon yang dinilai potensial, kapabel, dan merupakan kategori high profile.
Nantinya mereka tetap harus mengikuti proses seleksi karena pihak P3CR hanya mengundang untuk mendaftar.
P3CR ingin seleksi diikuti orang-orang yang semangat membangun UI.
• UPDATE TGPF Kasus Novel Baswedan Telah Periksa 3 Jendral Polisi, 4 Orang Dicurigai Pelaku Penyiraman
"Tidak ada perlakuan khusus semua sama dan ikuti aturan yang berlaku," kata Donny.
Sejauh ini, lanjut Donny, ada tujuh orang yang akan mendaftar. Semuanya merupakan akademisi yang merupakan sosok high profile yakni dikenal luas di masyarakat, memiliki pengaruh di pemerintahan.