Berita Video
VIDEO: Tanahabang Masih Semrawut PKL Meski Sudah Ada Jembatan Multiguna
Keberadaan PKL sudah terlihat mulai dari ujung Jalan KH Mas Mansyur, tepatnya depan Stasiun Karet maupun Kantor Kecamatan
Penulis: Dwi Rizki | Editor: Ahmad Sabran
Semrawut dan tidak teratur. Kalimat tersebut menggambarkan buruknya kondisi kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat saat ini. Bukan hanya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang bebas berdagang di jalan, angkutan umum pun seenaknya mangkal di tengah jalan hingga memicu kemacetan parah.
Mirisnya kondisi tersebut seperti yang terlihat saat Warta Kota kembali melintasi pusat niaga terbesar di Asia Tenggara itu pada Kamis (1/8/2019).
Keberadaan PKL sudah terlihat mulai dari ujung Jalan KH Mas Mansyur, tepatnya depan Stasiun Karet maupun Kantor Kecamatan Tanah Abang.
Kawasan padat penyintas Ibu Kota itu diisi oleh pedagang makanan gerobakan sepertinya bakso, siomay maupun penjual kopi bersepeda.
Mereka berbagi sepenggal trotoar dan badan jalan dengan ojek online yang mangkal.
Menyusuri Jalan KH Mas Mansyur menuju Pasar Tanah Abang, berkuasanya pedagang liar kembali terlihat. Kali ini, para pedagang atribut Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia yang menjual bendera, umbul-umbul hingga bambu merah putih menggelar dagangannya di sepanjang trotoar.
Tidak mau kalah, para pedagang bedug berbahan kaleng drum dan kulit kambing memutuskan hal serupa. Mereka mengubah trotoar menjadi etalase dagangan hingga menghalangi pejalan kaki yang melintas.
Kondisi serupa terlihat di muka Pasar Tanah Abang, tepatnya sisi Jalan KH Mas Mansyur mengarah ke lingkar Tanah Abang, yakni Jalan Kebon Jati-Jalan Jati Bunder-Jalan Jatibaru Raya menuju Sky Bridge Tanah Abang dan Stasiun Tanah Abang.
Ratusan PKL terlihat leluasa berjualan di pinggir jalan, atas trotoar atau bahkan di sejumlah area khusus seperti putaran arah hingga persimpangan jalan. Beberapa pedagang bahkan turut menggelar meja panjang dan kursi untuk makan.
Mereka pun terlihat asyik menyiapkan segala perabotan hingga memasak di jalan tanpa khawatir ditegur atau diusir petugas Satpol PP yang berjaga. Kondisi serupa terlihat umum di sepanjang lingkar Tanah Abang, bahkan, trotoar di sisi timur Sky Bridge Tanah Abang kini dijadikan lapak permanen PKL busana.
Mereka menebar dagangan mereka hingga menutup hampir keseluruhan badan trotoar. Sehingga pejalan kaki yang melintas harus berhati-hati menapaki ruang gerak yang hanya tersisa setengah meter.
Berbeda dengan sisi timur, ramainya PKL di sisi barat trotoar Sky Bridge Tanah Abang terlihat di titik menuju gerbang masuk Stasiun Tanah Abang. Para PKL didominasi mengasong yang hanya membawa beberapa buah dagangan seperti minuman, tissue, makanan ringan dan lainnya.
Pedagang mangkal justru kembali terlihat di sisi Jalan Jatibaru mengarah ke Kantor Dinas Teknis Jatibaru, tepatnya depan gerbang masuk Stasiun Tanah Abang. Pedagang di lokasi tersebut terlihat berjejalan menggelar lapak, mereka tidak khawatir walaupun sebuah mobil Satpol PP terparkir di sebelahnya.
"Namanya juga cari makan, apa aja kita lakuin. Lagian kan masih bisa orang lewat, kita di pinggir jalan," celoteh salah satu pedagang gorengan di depan gerbang Stasiun Tanah Abang menunjuk pejalan kaki sekaligus kendaraan yang melintas di depan lapak dagangannya.
Diungkapkannya, berdagang di pinggir jalan bukan hal yang diinginkan. Keputusan tersebut katanya terpaksa diambil para PKL lantaran tidak adanya modal untuk berjualan di tempat yang layak.
"Jualan kalau ada modalnya saya maunya ya di kantoran, misalnya di deket kantor dinas, pasti ada yang beli. Tapi kan nggak ada modal buat sewa, ya makanya balik lagi ke sini," jelasnya. (dwi)