Luhut Panjaitan: Kita Masih Asyik Ngomong Asing dan Aseng, Cina Sudah ke Mana-mana

BARU kembali dari Tiongkok, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengaku dirinya banyak belajar dari Negeri Tirai Bambu itu.

TRIBUNNEWS/FITRI WULANDARI
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dalam acara Workshop 'Pemanfaatan Minyak Sawit untuk Green Fuel dalam Mendukung Ketahanan Energi dan Kesejahteraan Petani Sawit', yang digelar di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2019). 

BARU kembali dari Tiongkok, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengaku dirinya banyak belajar dari Negeri Tirai Bambu itu.

Ia mengatakan negara itu kini semakin maju, terutama terkait riset dan industri.

Tiongkok menerapkan proses tersebut setahap demi setahap, mulai dari riset, diskusi, hingga pengembangan.

Jusuf Kalla Tak Setuju Bos Go-Jek Nadiem Makarim Masuk Kabinet Jokowi-Maruf Amin, Ini Alasannya

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam acara 'Workshop Pemanfaatan Minyak Sawit untuk Green Fuel dalam Mendukung Ketahanan Energi dan Kesejahteraan Petani Sawit.'

Acara itu digelar oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

"Saya baru kembali dari Cina, enam hari di sana lihat industri."

Mendagri Tjahjo Kumolo Sedih Masih Ada Ormas Tolak Pancasila Setelah 74 Tahun Indonesia Merdeka

"Bagaimana setiap industri ada riset, mereka diskusi, terus dikembangkan," ujarnya di Gedung BPPT, Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2019).

Melihat kemajuan di negara yang dipimpin Xi Jinping itu, Luhut Binsar Panjaitan pun membandingkan dengan apa yang terjadi di Tanah Air.

Di sini, katanya, masyarakat masih sibuk membahas asing dan aseng.

Sudah Jalani Hukuman Hampir Sembilan Bulan, Ratna Sarumpaet Pilih Tak Ajukan Banding Vonis Hakim

Menurutnya, saat Indonesia masih sibuk dengan pembahasan tersebut, Tiongkok terus bergerak maju.

"Kita masih asyik ngomong asing aseng segala macam, mereka sudah ke mana-mana," ucap Luhut Binsar Panjaitan.

Pemerintah memang tengah membuka investasi sebesar-besarnya.

Amien Rais: Demokrasi Tanpa Oposisi Jadi Demokrasi Bodong

Namun, Luhut Binsar Panjaitan menegaskan, asing dan aseng tidak bisa mendikte Indonesia.

Ia mengatakan, Indonesia merupakan negara yang mandiri dan tidak bisa diintervensi negara mana pun.

"Asing sudah saya sampaikan, 'jangan mendikte kita', tidak perlu mendikte, kita mandiri kok," katanya.

Sekjen FPI Tegaskan Rizieq Shihab Bukan Tak Berani Pulang, tapi Dicegah Keluar dari Arab Saudi

Luhut Binsar Panjaitan menambahkan, selama ini yang membuat asing dan aseng bisa mendikte adalah Indonesia sendiri.

Namun, jika Indonesia tegas, kata Luhut Binsar Panjaitan, maka mereka akan mengikuti apa yang diterapkan negara ini.

"Yang membuat diri kita didikte itu kita sendiri, tapi kalau kita tegas (pasti) mereka nurut," cetus Luhut Binsar Panjaitan.

Pengemudi Jeep Rubicon yang Tabrak Pemotor Lalu Terobos Garis Finis Lomba Maraton Jadi Tersangka

Oleh karena itu, ia kembali menekankan, dirinya sangat tegas terhadap urusan investasi.

Bahkan, sebagai seorang menteri, Luhut Binsar Panjaitan telah memberikan ultimatum bahwa asing dan aseng bisa berinvestasi di Indonesia.

Namun, tentunya harus mengikuti syarat yang ditetapkan.

GNPF Ulama Tak Lagi Dukung Prabowo, Kecuali Sang Mantan Capres Ikut Indonesian Idol

"Saya tegas (bilang kepada mereka), kamu boleh investasi tapi syaratnya ini," tegas Luhut Binsar Panjaitan.

Luhut Binsar Panjaitan pun berharap Indonesia bisa cermat dalam melihat perubahan ekonomi secara global.

Ia membeberkan, saat ini harus diakui para miliuner lebih banyak berasal dari Tiongkok, bukan dari Amerika Serikat (AS).

Sekjen FPI Munarman Bilang Ijtima Ulama Jilid Empat Tak Perlu Izin Aparat Seperti di Negara Otoriter

"Kita lihat sekarang miliuner terbanyak ada di Cina, bukan di Amerika."

"Jadi terjadi perubahan global, dan kita harus simak ini dengan cermat," paparnya.

Luhut Binsar Panjaitan pun menegaskan bahwa untuk menjadi negara yang disegani, 'pikiran sempit' harus dihilangkan.

PA 212 Tak Senang Prabowo Bertemu Jokowi, tapi Juga Tidak Kecewa

Ia berharap Indonesia tidak lagi menganggap keberadaan Tiongkok sebagai suatu masalah.

"Jangan kita membuat diri kita jadi seperti katak dalam tempurung, bahwa 'Cina itu masalah'," beber Luhut Binsar Panjaitan.

Menurutnya, apa pun bisa menjadi masalah jika tidak dikelola secara baik.

Berselisih dengan Menkumham, Wali Kota Tangerang Dinilai Sedang Cari Momentum untuk Karier Politik

Sehingga Luhut Binsar Panjaitan menekankan, yang menjadi masalah bukan keberadaan Tiongkok.

Namun, bagaimana pengelolaan terhadap apa yang selama ini dipandang negatif.

"Masalah mana saja (bisa menjadi) masalah, kalau tidak kita olah dengan baik, jadi pengelolaan ini yang saya kira penting," jelas Luhut Binsar Panjaitan.

Sekjen FPI Munarman Bilang Ijtima Ulama Jilid Empat Tak Perlu Izin Aparat Seperti di Negara Otoriter

Sebelumnya Wartakotalive memberitakan, Presiden Joko Widodo menilai isu-isu yang menyerang dirinya jelang Pemilihan Presiden 2019, semakin aneh.

Salah satunya, ia disebut sebagai antek asing atau kaki tangan dari pihak luar yang menguntungkan asing, dan tidak memikirkan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.

"Antek asing, antek aseng, antek asing yang mana?"

Baca: Harga Sembako Diisukan Naik, Jokowi: Dipikir Saya Enggak Pernah Keluar Masuk Pasar

"Blok Mahakam yang dulu dikelola Prancis dan Jepang, sudah 100 persen saya serahkan kepada Pertamina sejak 2015," ujar Jokowi di Jakarta, Selasa (30/10/2018).

Jokowi mengaku kerap mengikuti perkembangan isu-isu yang tidak mendasar di tengah-tengah masyarakat, melalui media massa maupun media sosial‎.

"Saya itu kalau dari Istana (Jakarta) menuju ke Bogor, punya waktu satu jam. Saya buka-buka berita, saya buka media sosial, jadi saya ngerti, tahu yang menjadi isu-isu," papar Jokowi.

Baca: Jusuf Kalla Sebut Indonesia Berpeluang Berhubungan Diplomatik dengan Israel, Fahri Hamzah: Mustahil

‎Menurut Jokowi, pemerintah sudah banyak mengambil alih sumber daya alam (SDA) di Tanah Air, yang selama ini dikuasai oleh perusahaan luar negeri.

"Blok Rokan, Chevron, sudah 100 persen dimenangkan Pertamina. Freeport yang 40 tahun kita diberi 9,3 persen (saham), kita bisa mendapatkan 51 persen," ungkap Jokowi.

Menguasai 51 persen saham Freeport Indonesia di Papua, kata Jokowi, tidak semudah membalikkan tangan dan memerlukan waktu tidak singkat.

Baca: Diduga karena Korsleting Listrik, 15 Rumah Semi Permanen di Duren Sawit Hangus

"Enggak mudah mendapatkan ini (51 persen saham Freeport), baik tekanan politik, baik tekanan kanan kiri," ucap‎ Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun menjawab isu adanya serbuan tenaga kerja asing (TKA) ‎di berbagai daerah di Tanah Air.

"‎Katanya ada 10 juta tenaga kerja dari Tiongkok yang membanjiri Indonesia, mana?"

Amien Rais Setuju Rekonsiliasi, tapi Jangan Bagi-bagi Kursi

"Isu-isu seperti ini banyak dipercayai, kalau enggak saya terangkan berulang-ulang dipikir sebuah kebenaran."

"Padahal, tenaga kerja asing yang ada di Indonesia palingan 80-an ribu semuanya," beber Jokowi.

Berdasarkan data yang diterima olehnya, tenaga kerja asing di Indonesia tidak melebihi 1 persen dari total pekerja.

Prabowo Dibilang Nyelonong Temui Jokowi, Waketum Gerindra Tantang Amien Rais Lakukan Ini

Dan jumlah ini sangat kecil dibandingkan negara lain, seperti Uni Emirat Arab yang 80 persen tenaga kerjanya orang asing.

"Arab Saudi 33 persen, Brunei 32 persen, Singapura 24 persen, Malaysia 5 persen, ‎Indonesia 0,03 persen, 1 persen aja tidak ada, kok diramein, jutaan dari mana? Ngitungnya kapan?" tutur Jokowi. (Fitri Wulandari)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved