Dekat dengan Ibu Negara ke-4, Yuni Shara Sampai Peluk Kaki Istri Gus Dur

Dalam acara tersebut Yuni Shara juga mengungkapkan perihal perbedaan suasana Istana Negara, 

Yuni Shara nyatanya juga turut mengamati sosok ibu negara dari masing-masing presiden.

Diungkap pertama, Yuni Shara pun mengatakan bahwa suasana yang tercipta di Istana Negara saat kepemimpinam Soeharto adalah angker alias menyeramkan.

Meski begitu, suasana angker itu bisa teredam oleh sifat sederhana serta santun dari sang ibu negara yakni Ibu Tien.

"Saat itu ibu sangat memperhatikan kayak masalah sembako, itu perempuan. Kalau ke Pak Harto itu angkernya kita enggak boleh dekat. Kalau ada bapak tuh kita langsung minggir," imbuh Yuni Shara.

Suasana angker itu dijelaskan Yuni Shara langsung berubah saat Indonesia dipimpin oleh BJ Habibie.

Ya, diakui Yuni Shara, suasana istana negara berubah menjadi lebih santai dan tidak kaku.

Suasana santai itu pun berubah menjadi lebih cair tatkala Indonesia dipimpin oleh Abdurrahman Wahid atau yang karib disapa Gus Dur.

Saat kepemimpinan Gus Dur, suasana istana negara diakui Yuni Shara menjadi sangat santai.

Orang-orang seolah diperbolehkan bertandang ke istana negara.

Hal itu rupanya dipengaruhi oleh sifat terbuka Ibu Shinta dan Gus Dur saat itu.

"Kalau presiden Gus Dur itu jadi santai. Dan warnanya berganti jadi hijau. Sebelumnya kan merah, merah terus hijau. Trus ramai, kayaknya semua orang boleh masuk waktu itu," ucap Yuni Shara.

"Gus Dur itu kan orangnya terbuka. Jadi (menurut Gus Dur) manusia itu 'podo wae'" sambung Yuni Shara.