Seleksi Pimpinan KPK

Abraham Samad Nilai Tiga Pimpinan KPK yang Ikut Seleksi Lagi Kualitasnya Biasa-biasa Saja

Abraham Samad menilai kursi kepemimpinan komisi anti-rasuah seharusnya diisi oleh staf internal KPK yang sudah lama bekerja.

Antara Foto/Andreas Fitri Atmoko
MANTAN Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad menjawab pertanyaan wartawan saat dialog bersama Jurnalis Yogyakarta di Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (15/4/2018). Dalam dialog tersebut Abraham Samad membahas berbagai permasalahan pengelolaan sumber daya di Indonesia serta arah bangsa Indonesia ke depan. 

MANTAN Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad menilai kursi kepemimpinan komisi anti-rasuah seharusnya diisi oleh staf internal KPK yang sudah lama bekerja.

“Saya lebih mendorong staf-staf internal KPK yang sudah lama mengabdi dan berjuang di KPK untuk jadi pimpinan KPK,” ujar Abraham Samad kepada pewarta, Senin (8/7/2019).

Abraham Samad juga menanggapi soal Laode M Syarif, Basaria Panjaitan, dan Alexander Marwata, yang mendaftar lagi dalam proses seleksi calon pimpinan KPK jilid V (2019-2023).

Meski Kuasa Hukum Bersedia Menangis, Hakim Tetap Tunda Sidang Praperadilan Kivlan Zen

Saat ditanya soal kualitas ketiga pimpinan KPK itu, menurut Abraham Samad mereka biasa saja.

“Kualitasnya biasa-biasa saja,” katanya.

Menurutnya, ketiga orang itu sebaiknya memberikan kesempatan kepada para staf internal dan anak muda, untuk mengisi kursi pimpinan yang akan mereka tinggalkan kurang dari enam bulan lagi.

12 Ribu Aparat Gabungan Jaga Laga Persija Vs Persib, Ini Pihak Tim Tamu yang Boleh Datang ke SUGBK

“Sebaiknya kita sebagai pimpinan dan mantan pimpinan KPK, memberikan kesempatan ke anak-anak muda staf internal KPK yang sudah lama mengabdi di KPK."

"Diberikan ruang bagi mereka untuk mendaftar dan jadi pimpinan KPK,” tutur Abraham Samad.

KPK, lanjutnya, membutuhkan pimpinan yang berintegritas sempurna.

KPU Buka Peluang Terapkan e-Voting di Pilkada Serentak 2020

Saat ditanya apakah Basaria Panjaitan, Alex Marwata, dan Laode M Syarif sudah memenuhi kriteria tersebut, Abraham Samad enggan menjawabnya.

“Pimpinan yang berintegritas paripurna yaitu orang yang jujur dan berani,” ucapnya.

Sebelumnya, tiga komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) jilid IV kembali mendaftar sebagai calon pimpinan lembaga anti-rasuah periode 2019-2023.

KPU Rencanakan Pemungutan Suara Pilkada 2020 Tanggal 23 September, Komisi II DPR Tak Sepakat

Mereka adalah Alexander Marwata, Laode M Syarif, dan Basaria Panjaitan. Ketiganya mendaftar tepat di hari terakhir masa pendaftaran, Kamis (4/7/2019) kemarin.

Berikut ini profil tiga komisioner KPK tersebut, dikutip Wartakotalive dari laman kpk.go.id:

Alexander Marwata

Pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 26 Februari 1967 ini adalah hakim ad hoc Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta.

Ia bersekolah di SD Plawikan I Klaten (1974-1980), SMP Pangudi Luhur Klaten (1980-1983), dan SMAN 1 Yogyakarta (1983-1986).

Ia lalu melanjutkan pendidikan tingginya, di D IV di Jurusan Akuntansi STAN Jakarta.

 PDIP: Kalau Partai yang Kursinya Sepertiga Saja Minta Jatah 10 Menteri, Terus Kami Berapa?

Tahun 1995, ia melanjutkan sekolahnya lagi S1 Ilmu Hukum di Universitas Indonesia.

Sejak tahun 1987-2011, Alexander Marwata berkarier di Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP).

Pada tahun 2012, ia kemudian menjadi hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Laode M Syarif

Lahir di Lemoambo, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, 16 Juni 1965, Laode M Syarif mengawali karier di Makassar sebagai dosen pada Fakultas Hukum Universitas Hasanudin, sejak tahun 1992.

Ia menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan pada program Master of Laws (LLM) di Faculty of Law, Queensland University of Technology (QUT) Brisbane.

 Penjambret di Gang Sempit Sempat Dikira Pengemudi Ojek Online

Lalu, melanjutkan PhD program di Sydney University, School of Law, dengan program kekhususan Hukum Lingkungan Internasional.

Selain menjadi dosen pada Fakultas Hukum UNHAS, dia juga aktif sebagai pembicara/dosen tamu di Sydney University Law School, dan National University of Singapore Law School.

Juga, di Cebu University Law School, dan University of South Pacific, Vanuatu.

 Tak Sampai 24 Jam, Polisi Bekuk Penjambret Ibu yang Gendong Bayi di Gang Sempit

Di samping itu, dia juga aktif di berbagai organisasi nasional dan internasional.

Di antaranya, Partnership for Governance Reform in Indonesia, IUCN Academy of Environmental Law, dan UNODC-Anti-Corruption Academic Initiative (ACAD).

Dia banyak mengembangkan sejumlah program capacity building untuk bidang anti korupsi, good governance, reformasi peradilan, dan penegakan hukum.

 Maruf Amin Siap Pakai Celana Jika Wakil Presiden Dilarang Bersarung

Baik di lingkungan di Kepolisian, Kejaksaan, Bappenas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta aktif mengajar kode etik dan hukum lingkungan di Mahkamah Agung.

Basaria Panjaitan 

Wanita pertama yang menjadi komisioner KPK ini lahir di di Pematangsiantar, Sumatera Utara, 20 Desember 1957.

Basaria adalah Sarjana Hukum lulusan Sepamilsukwan Polri I Tahun Angkatan 1983-1984.

Ia juga pernah mengenyam pendidikan di Jurusan Akuntansi Universitas Jayabaya, Jakarta.

 Politikus PDIP: Membentuk Kabinet Tak Semudah Membuat Panitia Syukuran

Tahun 2003, Basaria masuk Sekolah Calon Perwira (Sepa) Polri di Sukabumi dan lulus sebagai polwan berpangkat Ipda.

Setelah lulus, ia langsung ditugaskan di Reserse Narkoba Polda Bali.

Kemudian, ia diangkat menjadi Kabag Serse Narkoba Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) Tahun 1997-2000, lalu Kabag Narkoba Polda Jabar (2000-2004).

 Penyidikan Rampung, Besok Polisi Limpahkan Berkas Perkara Kivlan Zen ke Kejaksaan

Lantas, ia bertugas sebagai Dirserse Kriminal Polda Kepulauan Riau tahun 2006-2008. Selama bertugas, Basaria mengambil S2 di Magister Hukum Ekonomi Universitas Indonesia.

Jenderal bintang dua ini juga pernah menjabat sebagai Kapusprovos Divpropam Polri pada 2009, Karo Bekum SDelog Polri pada 2010, dan menjadi Widyaiswara Madya Sespim Polri Lemdikpol.

Basaria sempat menyambi sebagai pengajar di Sekolah Staf dan Pimpinan Polri di Lembang.

Setelah bertugas di Batam, Basaria ditarik ke Mabes Polri, menjadi penyidik utama Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim. (Ilham Rian Pratama)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved