Kabar Artis
Ini Alasan Marshanda Tidak Malu Mengaku Sebagai Bipolar, Justru Kondisinya Makin Membaik
Aktris Marshanda memiliki alasan untuk tidak menutupi gangguan bipolarnya kepada publik. Penerimaan kata Marshanda membuat dirinya lebih baik.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Dian Anditya Mutiara
Aktris Marshanda ungkapkan mengapa dirinya berani mempublikasikan gangguan bipolar kepada publik.
Menurut Marshanda justru itu menjadi salah satu caranya dalam melawan penyakit psikisnya itu.
Ibu dari Sienna Ameera Kasyafani merasa tidak takut dengan apa yang disebut cacat yang kerap disebut orang-orang kebanyakan.
Justru, wanita yang akrab disapa Caca ini dengan bipolar maka penderita tidak boleh membatasi hal tersebut untuk disimpan dari orang-orang kebanyakan.
“Your limitations can be your REASON to have meaning in life. Your limitations can show you what your PURPOSE here on earth,” kata wanita yang terkenal di sinetron Bidadari itu di akun instagramnya Rabu (26/6/2019).
• Pengantin Baru Tewas Berhubungan 48 Jam Maraton, Pengakuan Suami Lakukan Hal yang Sadis
• Begini Kondisi Sang Ayah saat Marshanda Gembira Hidup Mewah di Amerika Serikat
Kata “Cacat” jelas Marshanda justru sengaja digunakan orang-orang untuk menjatuhkan seseorang.
Oleh sebab itu, menurutnya keterbatasan tersebut harus dilawan dan menjadi tujuan untuk menunjukan lebih baik dari persepsi salah orang-orang selama ini.
“Your limitations can show you what your PURPOSE here on earth,” ungkapnya.
Kata Marshanda, jika kita bisa melakukan hal tersebut, maka yang terjadi adalah sebaliknya, bukan hinaan justru keterbatasan itu dapat berubah menjadi sebuah anugerah.
Wanita yang akrab disapa Caca itu menjadikan dirinya sebagai contoh. Dimana kini ia tidak pernah resah lagi dengan pendapat orang-orang terkait keterbatasannya itu.
Justru kata Caca, kini Bipolar menjadi kekayaan baginya untuk melihat kehidupan lebih luas dan salah satu caranya menguasai diri.
• Hotman Paris Sindir Galih Ginanjar yang Cuma Figuran Tapi Belagu Buka Aib Mantan Istri
• Dua Wanita Cantik Ini Calon Menteri Milenial di Kabinet Jokowi-Maruf Amin. Lihat Prestasinya
Kini lewat keterbatasan tersebut juga Caca mengaku bisa lebih berempati dan berbelas kasih kepada orang lain
“Bipolar Disorder is one of many other limitations I have that have brought me richness in how I see life, in my knowledge, in how I master myself, and in ways I can empathize and have compassion for others,” terangnya.
Oleh karenanya kata Caca, pada akhirnya semua kembali ke diri masing-masing orang, mau menerima kekurangannya atau justru malah menyangkal kekurangan tersebut.
“It was up to me to keep seeing it as a weakness hence denying it OR I can accept it and successfully turn it into a blessing,” tandasnya.
Seperti dikutip dari kompas.com tahun 2009 wanita bernama lengkap Andriani Marshanda pernah meluapkan emosi kesedihan dan kemarahan dalam rekaman video yang publikasikan di Youtube.
Sebagai artis peran yang dikenal banyak orang, video itu pun langsung menjadi perbicangan hangat.
Berbagai komentar muncul meski publik tak tahu pasti apa yang terjadi dan dirasakan Caca saat itu.
Beberapa tahun kemudian, Caca mengaku saat itu sedang depresi, halusinasi, hingga tidak bisa tidur.
Ia juga memendam rasa sedih karena orangtuanya bercerai sejak ia masih kecil.
Di tahun 2009 itu, Caca ternyata juga didiagnosis gangguan jiwa bipolar oleh dokter.
Melalui email, ibunda Caca, sering mengirim informasi mengenai gangguan bipolar. Jangankan dibaca, email itu selalu dihapus oleh Caca.
“Setiap ada email, aku hapus. Aku enggak pengin tahu. Aku cuekin,” kata Caca saat berbagi cerita di acara Living Inside Bipolar Mind yang digelar mahasiswa psikologi Universitas Atma Jaya, Rabu (30/3/2016).
Hingga akhirnya di tahun 2013 Caca mulai menerima keadaan tersebut dan mencoba mulai mengatasi Bipolarnya.
Pengidap Gangguan Bipolar Bisa Berkarya
Pentingnya dukungan keluarga dan lingkungan sekitar bagi orang dengan gangguan bipolar turut disuarakan oleh seniman Hana Alfikih atau dikenal dengan nama panggung Hana Madness.
Gadis cantik berambut panjang ini merupakan salah satu pengidap bipolar.
Meski demikian, Hana tidak menjadikan kondisinya sebagai hambatan untuk berkarya. Hana saat ini menjadi seniman doodles yang terkenal dan karyanya disukai banyak orang.
Dia kreator boneka Hagi, simbol teman bagi orang dengan gangguan bipolar.
"Sebenarnya sejak TK saya merasa ada yang aneh dengan diri saya, contohnya saya sering berhalusinasi. Perjalanan hidup saya naik turun, saya sering merasa depresi dan di saat lain saya ingin berontak. Perjalanan gangguan bipolar saya diperparah dengan ketidaktahuan keluarga saya tentang penyakit ini," kata Hana beberapa waktu lalu.
Baca: Satu dari Tiga Orang di Dunia Pernah Mengalami Gangguan Bipolar
Hana mengatakan, memasuki masa SMA, ia mulai merasa tidak nyaman di rumah.
Di luar rumah pun gadis yang melukis tubuhnya dengan tato itu merasa tersiksa.
Tahun 2010, Hana didiagnosa gangguan bipolar. Sejak itu, dia patuh pada pengobatan untuk menghindari relapse dan keadaannya pun berangsur baik.
"Syukurlah lambat laun keluarga saya dapat mengerti apa itu gangguan bipolar dan mendukung saya. Saya kemudian menekuni profesi seniman karena memang sejak dulu suka dengan seni. Karya-karya saya pun semakin banyak dan dapat dinikmati penyuka seni di Indonesia maupun di luar negeri," katanya.
Hana mengatakan, melalui seni, banyak yang bisa dia sampaikan. Dia juga merasa bangga dengan hasil positif yang bisa diciptakan saat ini.
Baca: Ini Cara Wanita dengan Bipolar Rencanakan Kehamilan
"Saya sangat berharap masyarakat semakin mengerti dan peduli terhadap gangguan bipolar. Saya menghimbau kepada keluarga teman dan kerabat orang dengan gangguan bipolar, untuk dapat memberikan dukungan positif," katanya.
Mengenai peran boneka Hagi, dr Tiur Sihombing, SpKJ, anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia cabang Jakarta (PDSKJI Jaya), mengatakan, nama 'Hagi' diambil dari kata hug yang artinya peluk.
Boneka Hagi sebagai sosok yang hangat, ramah dan selalu siap hadir bagi masyarakat terutama pasien bipolar yang membutuhkan sebuah pelukan hangat tanpa melihat gender, usia atau faktor apapun, agar dapat mengekspresikan alam perasaan mereka yang sedang sedih, galau, atau sekedar ingin berbagi kasih tanpa harus merasa rikuh atau malu.
"Terinspirasi dari pengamatan kegiatan kampanye kesehatan jiwa masyarakat di negara yang sudah sangat berkembang dalam implementasi upaya promotif dan preventifnya, PDSKJl Jaya ingin menghadirkan sebuah maskot yang dapat mewakili upaya tersebut. Kami bekerja sama dengan seniman muda berbakat, Hana Madness, untuk mendesain bentuk boneka Hagi," katanya.