Dampak Jalan Sutra Baru, Ada Perbedaan Terjadi di Jerman
Di dalam ruangan kantor kepala sekolah menengah Max Planck di Duisburg terlihat buku-buku teks berbahasa China tersebar di meja konferensi.
Bahkan Jerman akan meninggalkan batu bara sebagai sumber pembangkit listrik, karena pencemaran lingkungan yang diakibatkannya.
Saat ini, sekitar 11 persen penduduk Duisburg tercatat sebagai pengangguran.
• Nasib Huawei, Masuk Daftar Hitam: Iklannya Diblokir Facebook
Sebagai perbandingan, tingkat pengangguran rata-rata di Jerman hanya 3 persen.
Pelabuhan Duisburg memang sudah lama jadi faktor penting dalam hubungan dagang dengan Cina.
Selama 20 tahun terakhir, 7.000 lapangan kerja baru tercipta, sebagian berkat proyek "Belt and Road Initiavite" (BRI) yang digalang China, yang juga dikenal juga proyek "Jalan Sutra Baru".
Melalui BRI, China akan membangun jaringan infrastruktur luas yang menghubungkan pusat-pusat perdagangan dan produksi di Asia dan Eropa.
Lebih dari 100 negara sudah terlibat dalam proyek besar ini, dan salah satu rute perdagangan baru akan berakhir di kota Duisburg, yang punya posisi strategis di Jerman dan Eropa.
Di Duisburg ada pelabuhan darat terbesar di dunia, yang menggunakan jalur air sungai Rhein.
Pelabuhan ini memiliki delapan terminal peti kemas, yang di sini akan disiapkan untuk diangkut ke seluruh Eropa.
Saat ini saja, setiap minggu ada 35 kereta barang yang beroperasi antara Duisburg dan China.
"Kami melayani sekitar selusin kota dan provinsi China," kata Erich Staake, kepala pelabuhan Duisburg.
Dia menjelaskan, sekitar sepertiga dari semua perdagangan antara Eropa dan China sekarang sudah melewati Duisburg.
• Perusahaan Teknologi Pengembang Chipset Mobile 5G
Namun sejauh ini, China mendapat keuntungan lebih banyak dari rute perdagangan ini.
Untuk setiap tiga kontainer barang yang datang dari Cina lewat Duisburg, hanya satu kontainer dikirim ke arah timur, yang mengangkut barang-barang dari Eropa ke Cina. Artinya, China mengekspor lebih banyak barang daripada mengimpor dari Eropa.
Thomas Pattloch, pengacara dan konsultan untuk perusahaan-perusahaan Jerman yang berbisnis dengan China, mengakui masih ada hambatan kultural dalam hubungan ekonomi: "(Pihak) Jerman masih sangat naif kalau bernegosiasi dengan Cina."