Di Balik Megahnya Kantor Google, Ternyata Ada Perbedaan Status Karyawan

Di balik megahnya kantor Google, belakangan diketahui Google lebih banyak mempekerjakan karyawan kontrak dibanding pegawai tetap.

thinkstockphotos
Ilustrasi. Di balik megahnya kantor Google, belakangan diketahui Google lebih banyak mempekerjakan karyawan kontrak dibanding pegawai tetap. 

Menjadi menarik untuk dibahas lantaran ketidakseimbangan tersebut bisa menciptakan kesenjangan di lingkungan kerja Google.

Para pegawai kontrak biasanya dipekerjakan oleh perusahaan agensi SDM yang bekerja sama dengan Google.

WARTA KOTA, PALMERAH--- Di balik megahnya kantor Google, belakangan diketahui Google lebih banyak mempekerjakan karyawan kontrak dibanding pegawai tetap.

Fakta itu terungkap setelah dokumen internal Google bocor yang dikumpulkan oleh New York Times seperti dilansir Kompas.com.

Hingga bulan Maret lalu, pekerja kontrak Google kurang lebih berjumlah 121.000 orang di seluruh dunia.

Angka itu lebih banyak dari jumlah pegawai tetap Google yang totalnya ada 102.000 orang.

Hal ini menjadi menarik untuk dibahas lantaran ketidakseimbangan tersebut bisa menciptakan kesenjangan di lingkungan kerja Google.

Pasaknya status pekerja kontrak berada di bawah pegawai tetap.

Misalnya seperti yang diceritakan oleh Mindy Cruz, mantan pegawai kontrak yang mulai bekerja di bagian SDM Google pada 2017.

Meski sama-sama bekerja di kantor pusat Google di Mountain View dan menggunakan alamat e-mail dengan domain "Google", gaji dan fasilitas yang didapatkan Cruz tidak sebanyak para pegawai tetap.

Harga Tiket Bus Meroket Tajam Mudik Lebaran 2019, PO Bus: Bisa Nego

Namun, dia tetap ingin bekerja menjadi pegawai kontrak dengan harapan suatu saat bisa diangkat menjadi karyawan tetap Google.

Sayang, alih-alih meraih impian tersebut, Cruz justru dipecat karena menolak menjalin asmara dengan atasannya.

Gara-gara itu pula, dia tak dibolehkan lagi bekerja di Google selamanya.

"Rasanya sangat tidak adil. Mereka merebut peluang yang sangat besar ini," keluhnya.

Googlers versus TVC

Isu pembedaan status karyawan Google sudah mencuat sejak tahun lalu.

Kala itu bahkan diberitakan bahwa Google memberikan dua badge atau lencana untuk membedakan status karyawan.

Lencana merah untuk pegawai kontrak, dan lencana putih untuk karyawan tetap.

Para pegawai kontrak biasanya dipekerjakan oleh perusahaan agensi SDM yang bekerja sama dengan Google.

Masalah Boeing 737 Max Belum Selesai, Ada Ancaman Baru Boeing 737 Lainnya

Mereka melakoni berbagai macam pekerjaan mulai dari moderasi konten hingga menguji software.

Awalnya jumlah pegawai kontrak lebih sedikit dibanding karyawan tetap, tapi lambat laun proporsinya menjadi lebih besar.

Seorang karyawan Google mengisahkan 10 tahun lalu jumlah karyawan kontrak hanya sepertiga dari total tenaga kerja sang raksasa internet.

Google  memang memiliki istilah untuk mereka yang bekerja di perusahannya namun bukan berstatus sebagai pegawai tetap, yaitu "TVC" singkatan dari "temps, vendors, and contractors" (pegawai sementara, vendor, dan kontraktor).

Dampak Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat Diturunkan

Sementara, pegawai tetap mereka disebut dengan istilah "Googlers".

Gaji dan benefit yang diperoleh antara Googlers dengan TVC berbeda.

Para TVC, misalnya, tidak dibolehkan menghadiri pesta liburan atau meeting besar yang digelar perusahaan.

Pegawai kontrak Google juga tidak diizinkan melihat posting lowongan pekerjaan internal ataupun ikut serta dalam jobfair perusahaan.

Sistem "kasta" demi irit

Alasan Google merekrut banyak pegawai kontrak konon tak jauh-jauh dari motivasi untuk mengirit pengeluaran.

OnContracting, sebuah situs untuk mencari lowongan pekerja kontrak, memberikan gambaran penghematannya.

OnContracting menaksir bahwa sebuah perusahaan teknologi di Amerika Serikat rata-rata bisa menghemat pengeluaran hingga 100.000 dollar AS (Rp 1,4 miliar) per tahun per orang apabila mempekerjakan pegawai kontrak, alih-alih karyawan tetap.

Hubungan Amerika Serikat-China Terus Panas, Kali Ini Bukan soal Perang Dagang

Pengiritannya berasal dari gaji dan benefit pegawai kontrak yang lebih rendah.

Pengelola OnContracting, Pradeep Chauhan, tak menampik bahwa sistem kontrak menimbulkan kesenjangan di antara para karyawan perusahaan.

"Ini (sistem pegawai kontrak) menciptakan sistem kasta di dalam perusahaan," ujar Chauhan, sebagaimana dirangkum New York Times.

Praktek di atas, menurut OnContracting, sudah lazim dilakukan oleh perusahan-perusahan teknologi di Silicon Valley -bukan hanya Google saja.

OnContracting memperkirakan 40-50 persen dari tenaga kerja di perusahaan teknologi rata-rata adalah pegawai kontrak.

Menanggapi persoalan tenaga kerja kontrak, Google tak secara langsung membantah adanya kesenjangan tersembunyi di antara para karyawan.

Namun, raksasa internet tersebut menegaskan tak merekrut pekerja kontrak semata-mata demi menghemat pengeluaran saja.

Bulan April lalu, Google menyatakan tiap pekerja kontrak nantinya harus mendapat jaminan kesehatan, cuti untuk kelahiran anak, dan upah minimum sebesar 15 dollar AS per jam dari pihak agensi penyedia SDM yang bersangkutan.

Vice President of People Operations Google, Eileen Naughton, mengatakan, pihaknya menyediakan fasilitas bagi karyawan untuk menyuarakan aduan atau hal-hal yang dinilai harus mendapat perhatian perusahaan.

"Kami menyelidiki, meminta pertanggungjawaban dari individu terkait, dan berupaya meluruskan persoalan bagi siapapun yang terdampak," katanya.

Albert Mulai Usaha saat Masih Belajar di Kampus, Bangun Pukul 03.00

Berita ini sudah diunggah di Kompas.com dengan judul Kesenjangan Tersembunyi di Kantor Google

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved