Pilpres 2019
BPN Ungkap Bukti Kecurangan Tapi Tak Pernah Buka Data, KPU: Ucap Curang Tapi Tak Tahu Kebenarannya
PIHAK BPN Prabowo-Sandi ungkap kecurangan Pemilu 2019, namun KPU minta bukti kecurangan Pemilu 2019 itu.
PIHAK BPN Prabowo-Sandi ungkap kecurangan Pemilu 2019, namun KPU minta bukti kecurangan Pemilu 2019 itu.
Walaupun pihak BPN Prabowo-Sandi ungkap kecurangan Pemilu 2019, KPU klaim pemilu curang tak terungkap kebenarannya sampai saat ini.
Selain itu juga, KPU sebut saksi Prabowo-Sandi tak tunjukkan data di pleno rekapitulasi.
WartaKotaLive melansir Kompas.com, video inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan Minurlin Lubis di gudang penyimpanan kotak suara milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bekasi menjadi salah satu bukti dugaan kecurangan Pemilu 2019.
• Fadli Zon Bikin Sajak Teranyar Berjudul Rakyat Bergerak, Katanya Negeri Ini Makin Rusak
• Dosen Diisukan Meninggal karena Terbakar, Ternyata karena Sakit. Mengapa Tetangganya Tidak Tahu?
• Polda Metro Panggil Bachtiar Nasir Sebagai Saksi Dalam Kasus Makar Eggi Sudjana
Hal kecurangan pemilu tersebut, ditunjukkan oleh Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Video tersebut diputar setelah calon wakil presiden Sandiaga Uno menyampaikan pidato pembukaan acara "Mengungkap Fakta-fakta Kecurangan Pilpres 2019" di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019).
"Saya ingin berterima kasih, kisah heroik ibu-ibu, ada satu kisah, istri dari Letnan Jenderal Purnawirawan Agus Sutomo. Terima kasih Bu Agus, ibu adalah inspirasi kita semua," ujar Sandiaga di akhir pidatonya.
"Malam-malam jam 01.30 memastikan bahwa kedaulatannya tidak dirampok. Datang memastikan kotak suaranya tidak dipindahkan tanpa seizin petugas pemilu," kata dia.

Dalam video tersebut tampak Minurlin beradu argumen dengan seorang aparat kepolisian yang sedang berjaga.
Aparat tersebut melarang Minurlin masuk ke gudang KPU.
Kemudian, Minurlin dan beberapa orang lainnya tampak mendekat ke tumpukan kotak suara sambil menyebut bahwa ada beberapa kotak yang sudah terbuka dan tidak ada gemboknya.
Mereka juga menyebut ada beberapa kotak suara dari Pondok Gede yang dipindahkan ke Kota Bekasi.
Kendati demikian, dalam video itu tidak dijelaskan kapan peristiwa itu terjadi.
Tidak dijelaskan pula apakah pemindahan serta kondisi kotak suara yang terbuka itu terjadi setelah atau sebelum penghitungan.
Diketahui, Minurlin sempat dipanggil kepolisian karena dituding menerobos gudang KPU tanpa izin.
Namun, pemeriksaan tersebut batal dilakukan karena laporan terhadap Minurlin dicabut.
Minurlin merupakan istri Letnan Jenderal (Purn) Agus Sutomo.
Agus merupakan mantan Komandan Jenderal Kopassus periode 2012-2014.
Ia juga pernah menjabat sebagai Komandan Paspampres dan Panglima Kodam Jaya.
Sebelum pensiun, Agus sempat menjabat sebagai Irjen Kementerian Pertahanan pada 2017-2018.
BPN singgung kejanggalan belasan juta DPT

Ilustrasi DPT: Warga memeriksa Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2019 yang terdapat di papan pengumuman Kelurahan Kenari, Jakarta, Rabu (12/9/2018). Komisi Pemilihan Umum terus berusaha memperbaiki data pemilih ganda yang terdapat di DPT.(KOMPAS/WISNU WIDIANTORO)
Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menyinggung soal 17,5 juta daftar pemilih tetap (DPT) saat mengungkapkan bukti-bukti dugaan kecurangan pada Pilpres 2019.
Anggota BPN Agus Maksum mengatakan, pihaknya telah mempersoalkan masalah DPT tersebut ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Namun, masalah itu tidak pernah diselesaikan hingga hari pemungutan suara pada 17 April 2019. "Masalah DPT sudah kami protes, tapi DPT itu tidak pernah selesai," ujar Agus saat berbicara dalam acara 'Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019' di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019).
Agus mencontohkan, kasus di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 05, Kecamatan Bandung, Tulungagung, Jawa Timur.
Menurut Agus, seluruh pemilih dalam DPT di TPS tersebut memiliki tanggal yang sama, yakni 1 Januari 1970.
Kasus serupa juga terjadi di TPS 16, Desa Nanggerang, Kecamatan cicurug, Sukabumi.
"Kemudian di Sukabumi semuanya bertanggal lahir 1 Januari 1949. KPU mengaku itu salah ketik. Padahal jumlahnya banyak sekali," kata Agus.
Agus mengaku telah melaporkan temuan tersebut ke KPU bersama Direktur Media dan Komunikasi BPN Hashim Djohohadikusumo, tiga hari sebelum pemungutan suara.
"Pada 14 April kami mencoba ke KPU menanyakan soal DPT 17,5 juta yang janggal itu tapi tetap tidak dihapus," ujar dia.
Dalam kesempatan itu, Agus juga memaparkan bahwa terdapat 6,1 juta DPT ganda di lima provinsi.
Kemudian 18,8 juta DPT invalid dan 117.333 kartu keluarga manipulatif.
"DPT bermasalah ini tidak terselesaikan sampai pilpres berlangsung," ujar dia.
Dalam acara tersebut hadir calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan calon wakil presiden Sandiaga Uno.
Hadir pula seluruh petinggi Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo-Sandiaga dan para relawan pendukung.
KPU: Saksi Prabowo-Sandi tak pernah buka data

Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto memberikan sambutan dalam acara Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019 di Jakarta, Selasa (14/5/2019). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/pd.(ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)
Komisioner Komisi Pemilihan Umum Wahyu Setiawan menyebut saksi pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno belum pernah membuka data penghitungan yang mereka miliki di rapat pleno rekapitulasi KPU.
"Saksi tak pernah menunjukkan data-data yang mereka miliki untuk dibandingkan dengan hasil rekapitulasi," kata Komisioner KPU Wahyu Setiawan kepada Kompas.com, Rabu (15/5/2019).
Menurut Wahyu, sikap saksi 02 itu berlawanan dengan sikap Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.
BPN sebelumnya menolak penghitungan suara KPU karena dinilai ada kecurangan.
BPN bahkan mengklaim sudah melakukan penghitungan sendiri di mana Prabowo-Sandi unggul di angka 54,24 persen.
Harusnya, menurut Wahyu, saksi BPN yang hadir di rapat pleno menggunakan data yang mereka miliki dan membandingkannya dengan data hasil rekapitulasi. Jika memang ada perbedaan data, maka mereka bisa mengajukan protes.
"Tidak bijak membangun narasi ada kecurangan, tetapi dalam rapat pleno rekapitulasi justru tidak menunjukkan data-data yang mereka miliki," kata Wahyu.
Hingga Selasa (14/5/2019) malam, hasil rekapitulasi 19 provinsi telah ditetapkan dalam rapat pleno rekapitulasi di Kantor KPU.
Hasilnya, pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin menang di 14 provinsi.
Sedangkan paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menang di 5 provinsi.
Sementara ini, jumlah perolehan suara Jokowi Ma'ruf unggul dengan 37.341.145 suara. Sedangkan Prabowo-Sandi mendapatkan 22.881.033 suara.
Selisih perolehan suara di antara keduanya mencapai 14.460.112.
Namun, pada Selasa sore kemarin, BPN Prabowo-Sandi menegaskan menolak penghitungan suara yang tengah berjalan di KPU.
Alasannya, BPN mengklaim telah terjadi banyak kecurangan yang merugikan pihaknya di Pilpres 2019.
"Berdasarkan hal tersebut, kami BPN Prabowo-Sandi bersama rakyat indonesia yang sadar hak demokrasinya, menyatakan menolak hasil perhitungan suara dari KPU RI yang sedang berjalan," kata Ketua BPN Djoko Santoso dalam acara 'Mengungkap fakta-fakta kecurangan pilpres 2019' di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (14/5/2019).
Dalam acara yang dihadiri oleh Prabowo-Sandi tersebut, tim teknis BPN menyampaikan pemaparan mengenai berbagai kecurangan yang terjadi sebelum, saat pemungutan suara, dan sesudahnya.
Diantaranya adalah permasalahan daftar pemilih tetap fiktif, politik uang, penggunaan aparat, surat suara tercoblos hingga salah hitung di website KPU.
BPN juga menampilkan penghitungan suara versi mereka.
Anggota Dewan Pakar BPN Laode Kamaluddin mengklaim, berdasarkan data sistem informasi Direktorat Satgas BPN, perolehan suara Prabowo-Sandi unggul.
Hingga Selasa (14/5/2019), pasangan Prabowo-Sandiaga disebut memperoleh suara sebesar 54,24 persen atau 48.657.483 suara.
Sedangkan pasangan Jokowi-Ma-ruf Amin memperoleh suara sebesar 44,14 persen. "Di tengah banyaknya kecurangan posisi kita masih ada di 54,24 persen," ujar Laode.
KPU: Ucap Curang Tapi Tak Tahu Kebenarannya

Komisioner Komisi Pemilihan Umum ( KPU) Evi Novida Ginting Manik meminta pihak-pihak yang menuding adanya kecurangan dalam pemilu menempuh mekanisme yang sudah disediakan dalam undang-undang.
Menurut Evi, tidak seharusnya ada yang meneriakan dugaan kecurangan ke publik, tetapi tidak diikuti dengan langkah penyelesaian.
"Tidak perlu misalnya kita mengucapkan (curang) di luar tapi kita tidak melakukan langkah-langkah untuk menyelesaikan ataupun mencari tahu kebenaran daripada kecurangan tersebut," kata Evi di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (15/5/2019).
Pernyataan Evi ini menanggapi pidato calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menyatakan akan menolak hasil penghitungan suara Pemilu 2019 yang dilakukan oleh KPU.
Alasannya, ada kecurangan dalam proses penghitungan suara.
Menurut Evi, seluruh mekanisme pemilu telah diatur dalam undang-undang.
Dari mulai penghitungan suara, rekapitulasi, individu yang menyatakan keberatan, partai yang keberatan, hingga pasangan calon yang keberatan.
Jika ada proses pemilu yang diduga curang, siapapun bisa melapor ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Dari situ, Bawaslu akan menindaklanjuti dan melakukan investigasi.
Hasil dari invesitgasi Bawaslu selanjutnya akan disampaikan ke KPU sebagai rekomendasi.
"Sehingga semuanya terbuka, ada mekanismenya. Sehingga itu seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik," ujar Evi.
Evi menambahkan, dalam setiap forum rekapitulasi, baik di tingkat bawah maupun pusat, jajaran KPU selalu memberikan arahan supaya jika terjadi permasalahan dilakukan cross check dan sinkronisasi.
Sehingga, data-data yang direkap dan ditetapkan di tingkat bawah dipastikan sudah benar hingga ke tingkat pusat.
Namun demikian, sekalipun ada tudingan kecurangan pemilu, Evi menyebut, pihaknya siap untuk mengikuti proses yang telah diatur dalam undang-undang, selama pihak yang menuding adanya kecurangan itu melapor ke Bawaslu.
"Kami siap untuk menunggu (proses di Bawaslu) itu, di mana kecurangan itu kita siap untuk menindaklanjuti," katanya.
Sebelumnya, Prabowo menyatakan akan tolak hasil penghitungan suara Pemilu 2019 yang dilakukan KPU.
Pasalnya, Prabowo menganggap telah terjadi kecurangan selama penyelenggaraan pemilu, dari mulai masa kampanye hingga proses rekapitulasi hasil perolehan suara yang saat ini masih berjalan.
"Saya akan menolak hasil penghitungan suara pemilu, hasil penghitungan yang curang," ujar Prabowo saat berbicara dalam acara 'Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019' di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019).
Kompilasi artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BPN Kembali Singgung 17,5 Juta DPT Janggal Saat Ungkap Bukti Dugaan Kecurangan", "Ungkap Bukti Kecurangan Pemilu, BPN Putar Video Sidak Istri Mantan Danjen Kopassus", "KPU: Tak Perlu Mengucap Curang tapi Tak Mencari Tahu Kebenarannya" dan "KPU: Saksi Prabowo-Sandi Tak Pernah Buka Data di Pleno Rekapitulasi"