Pendidikan

Zenius Education Gandeng Kemendes PDT Manfaatkan Platform Zenius Prestasi

Dari 15 sekolah yang menjadi target, Zenius memilih 10 sekolah yang akan menerima server untuk dapat mengakses Zenius Prestasi.

Penulis: Ichwan Chasani | Editor: Ichwan Chasani
istimewa
Dari kiri: Wisnu Subekti, President Zenius Education; Rizky Andriawan, Chief Innovation Officer Zenius Education; Drs. Priyono M.Sc, Direktur Pengembangan SDM , Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal mengumumkan kerja sama pemanfaatan platform Zenius Prestasi di Jakarta, Selasa (14/5/2019) 

PT Zenius Education, sebagai salah satu pionir EdTech di Indonesia, meluncurkan Zenius Prestasi, platform digitalisasi sekolah untuk meningkatkan produktivitas kinerja guru, di Jakarta, Selasa (14/5/2019).

Zenius Prestasi bakal digunakan dalam sebuah proyek rintisan di Kabupaten Sambas, salah satu daerah tertinggal yang terletak di bagian pantai barat paling utara dari wilayah provinsi Kalimantan Barat.

Proyek rintisan itu direalisasikan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, pada Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDT).

President Zenius Education, Wisnu Subekti mengatakan bahwa Zenius Prestasi menyediakan konten pembelajaran yang bisa diintegrasikan dengan sistem pembelajaran di sekolah.

“Bagi para pengajar, Zenius Prestasi membantu menyederhanakan proses ujian, dan mengurangi beban tugas-tugas administratif guru, sehingga para guru dapat fokus untuk melatih dan mengedukasi siswa,” ujarnya di Jakarta, Selasa (14/5/2019).

Terdapat 15 sekolah di Kabupaten Sambas itu yang menjadi tujuan implementasi kerja sama antara Ditjen PDT dan Zenius Education. Pengajar sekolah tersebut akan mendapatkan workshop dan pelatihan menggunakan Zenius Prestasi.

Dari 15 sekolah yang menjadi target, Zenius memilih 10 sekolah yang akan menerima server untuk dapat mengakses Zenius Prestasi. Selain bermanfaat bagi para guru, box server tersebut juga bermanfaat bagi para siswa. Meskipun tanpa akses internet, lewat box server tersebut, para siswa dapat tetap mengakses ribuan materi pelajaran dan soal.

“Proses pembelajaran menggunakan Zenius Prestasi tidak harus bergantung pada kuantitas guru. Diharapkan nantinya satu guru dapat mendampingi hingga 3 kelas sekaligus,” kata Wisnu.

Rizky Andriawan, Chief Innovation Officer, Zenius Education menjelaskan bahwa Zenius Prestasi dapat digunakan baik di daerah dengan infrastruktur terbatas maupun di kota modern yang memiliki infrastruktur lengkap.

“Zenius Prestasi merupakan solusi pembelajaran yang tepat karena dengan teknologi O2O (Online to Offline), hasil belajar dalam kondisi tanpa internet tetap bisa disinkronisasi ketika mendapatkan koneksi internet,” bebernya.

Dengan fitur video belajar yang lengkap mengikuti perkembangan kurikulum, paket soal latihan dan ujian yang proporsional, serta pemetaan kemampuan siswa dan prediksi rekomendasi belajar, Zenius Prestasi dapat membantu siswa untuk belajar.

Plaftfom ini bahkan membantu daerah yang memiliki keterbatasan jumlah guru untuk memantau perkembangan belajar siswa dan menyusun program pembelajaran selanjutnya.

Direktur Pengembangan SDM , Direktorat Jenderal Pembangunan daerah Tertinggal, Drs. Priyono M.Sc – mengatakan bahwa Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal kini menangani 122 Daerah Tertinggal pada tahun 2015-2019. Sebarannya lebih banyak di Kawasan Timur Indonesia yaitu 103 kabupaten (84,43 persen) sedangkan 19 kabupaten (15,57 persen) sisanya di Kawasan Barat Indonesia.

“Tidak semua daerah tertinggal itu bisa ditangani pemerintah sendirian. Terobosan yang dilakukan Zenus Prestasi, membuka peluang besar untuk disinergikan dengan program Kemendes PDT.  Kami arahkan untuk digunakan di level SD dan SMP, karena itu bagian dari target kami untuk menuntaskan pendidikan dasar,” ujarnya.

Hanya saja, lanjut Priyono, jika mengacu pada teori pendidikan, tidak semua masalah pembelajaran bisa diselesaikan dengan teknologi. “Untuk aspek kognitif mungkin bisa diselesaikan melalui terobosan teknologi, namun untuk aspek afektif dan motorik, tetap diperlukan adanya sosok guru,” ujarnya.  

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved