Genap 26 Tahun Pengorbanan Marsinah yang Terbunuh karena Berjuang untuk Buruh
Negara sedang dalam posisi yang panik, kehilangan legitimasi dan kekhawatiran berlebihan karena merasa eksistensinya terancam.
Tanggal 8 Mei 2019 adalah tepat 26 tahun Marsinah dibunuh oleh kejamnya penguasa, kala itu.
Selain mengalami pembunuhan, Marsinah yang tidak berdaya disiksa sedemikian rupa dengan sangat kejam.
Sejumlah kalangan Solidaritas Buruh kemudian menuliskan peringatan Hari Buruh, yang jatuh setiap tanggal 1 Mei dengan kembali mengenang pahlawan buruh ini.
Berikut salah satu tulisan yang disampaikan Sabda Perubahan untuk mengenang sosok Marsinah.
Sosok pejuang buruh ini dinilai berjasa dalam memerjuangkan hak-hak buruh.
Pada tahun lalu, kalangan aktivis dan buruh juga melakukan aksi 25 tahun pembunuhan Marsinah.

Di sela-sela momentum perlawanan pada bulan Mei ini, ada sesuatu yang sangat menyentak kesadaran kita semua.
Yakni, hadirnya sosok Marsinah sebagai ikon perlawanan. Bukan ikon saja buruh perempuan, namun gerakan buruh secara luas, bahkan ikon perlawanan rakyat pekerja.
Ya, Marsinah yang dalam momentum perlawanan pada bulan Mei ini diperingati tanggal kematiannya pada 8 Mei.
Terbunuhnya Marsinah, sejatinya, menunjukkan bahwa negara sedang dalam posisi yang panik, kehilangan legitimasi dan kekhawatiran berlebihan karena merasa eksistensinya terancam.
Berita terbunuhnya Marsinah, menyatakan hal itu secara lebih tegas.
Terbunuhnya Marsinah, diawali dengan gigihnya perjuangan kawan-kawan PT CPS yang dipimpin oleh Marsinah dalam menuntut hak-haknya, maka akhirnya 13 buruh PT CPS dipaksa mengundurkan diri oleh aparat Kodim Sidoarjo.
Marsinah pun kemudian harus kehilangan nyawanya, setelah hilang selama 3 hari dan baru ditemukan mayatnya pada tanggal 8 Mei 1993 di pinggir hutan jati, Wilangan di Nganjuk, Jawa Timur.
Sebelumnya, Marsinah sangat gigih memperjuangkan nasib dari ke 13 buruh PT CPS yang di PHK di kantor Kodim Sidoarjo.
Dari petugas rumah sakit yang mengautopsi jenazah Marsinah diketahui bahwa Marsinah tewas karena mengalami penganiyaan berat.
Kematian Marsinah, 8 Mei 1993 yang lalu, seakan menjadi tonggak utama kebangkitan kaum buruh untuk bangkit membangun kesadaran untuk merebut hak-haknya yang selama ini ditindas.
Semangat buruh pabrik itu, kini, menjadi sebuah monumen yang kokoh berdiri di hati setiap buruh Indonesia, meluas terus sampai melampaui batas-batas sektoral.
Ya, Marsinah, kini bukan sekedar ikon tapi dia adalah kekasih semua pejuang kebenaran.
Solidaritas Buruh
Peristiwa penculikan dan penganiayaan yang dialami Marsinah diharapkan tidak pernah terjadi lagi.
Perjuangan buruh dengan menyuarakan hak dan aspirasi mereka melalui demonstrasi tidak seharusnya dihadapi dengan kekerasan.
