Ini Kata Professor Kedokteran Soal Efek Imunisasi Berlebihan, dan Imunisasi Tidak Lengkap
Ini Kata Professor Kedokteran Soal Lebih Baik Mana, Imunisasi Berlebihan, Atau Tidak Lengkap
Penulis: |
BANYAK pertanyaan dari para orangtua terkait apakah sebaiknya anak diberikan imunisasi selengkap-lengkapnya, atau cukup imunisasi wajib saja.
Pertantanyaan itu bergelayut di kepala para orangtua se-Indonesia.
Kini seorang professor kedokteran menjawab pertanyaan itu selengkapnya.
• Cipinang Melayu Banjir Lagi Setinggi 30 Sentimeter
• Ini Tuntutan KSPI kepada Pemerintah Saat Peringatan Hari Buruh Besok, Prabowo Bakal Berorasi
• Untuk Emak-Emak, Ini Daftar Hoax Soal Imunisasi yang Patut Diwaspadai dan Tak Perlu Percaya
Tapi ada baiknya simak dahulu data dibawah ini sebelum membaca saran professor.
Ya, Indonesia pernah mengalami wabahh polio tahun 2005-2006 dari Sukabumi menjalar ke Banten, Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara.
Akibat peristiwa itu, dalam kurun beberapa bulan 351 balita lumpuh seumur hidup.
Wabah campak dan rubella terjadi periode tahun 2014-2018 dengan 57.056 kasus. Komplikasi akibat penyakit campak pada periode tersebut menyebabkan 2.853 anak menderita radang paru, 5.706 anak diare, 571 terkena radang otak, cacat dan meninggal.
• Kelakuan Emak-Emak di Rumah Ternyata Bikin Ekonomi Indonesia Membaik Sepanjang 2018
• Arumi Bachsin Akui Masih Grogi Parah Bicara di Depan Pejabat, Inilah Momen Arumi Grogi Saat Pidato
• VIDEO: Rey Utami Minta Maaf Karena Panjat Sosial
Cacat karena rubella tahun 2012-2018 menyebabkan 1.660 bayi terkena jantung bawaan, kebutaan, keterbelakangan mental, otak tidak berkembang dan tuli.
Wabah difteri di Jawa Timur tahun 2005-2012 menjalar ke Kalimantan menyebabkan 1.789 anak dirawat di RS, dan lebih dari 94 meninggal dunia.
Wabah difteri terjadi lagi di kurun waktu 2017-2018 yang meluas di 144 kota/kabupaten di 30 propinsi.
“Bayi dan anak yang terkena wabah tersebut pada umumnya belum diimunisasi atau imunisasi tidak lengkap,” kata Prof Soedjatmiko saat menjadi pembicara dengan tema Imunisasi Lengkap dan Nutrisi Tepat Untuk Mendukung Indonesia Sehat yang didukung Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) & Nestle di Restaurant Suasana, belum lama ini.
Ia mengatakan, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bisa saja terjadi.
• Sempat Viral, Della Perez Minta Maaf ke Vanesha Prescilla
• VIDEO: Bella Shofie Mundur dari Dunia Hiburan, Ingin Fokus di Fesyen
• KRPI Mendukung Presiden Jokowi Melakukan Revisi Peraturan Pemerintah Tentang Pengupahan
Mau tahu cara kerja vaksin dibawah ini :
Misalnya gatal, bengkak, nyeri, merah, pusing, demam.
Namun gejala tersebut merupakan reaksi normal sesudah imunisasi. Bandingkan dengan manfaat imunisasi, gejala tersebut tentu jadi tidak berarti.
“Segera lengkapi imunisasi. Bila terlupa sebaiknya dilakuan saja imunisasi karena kalau kelebihan tidak berbahaya tapi kalau kurang atau tidak lengkap menyebabkan mudah tertular, sakit berat, cacat, dan meninggal,” tegasnya.
Daftar Hoax Imunisasi
Sementara itu, Hoax di bidang kesehatan ternyata beredar begitu cepat, dan banyak membuat orangtua salah mengambil langkah terkait imunisasi.
Pada dasarnya Imunisasi dibuat untuk mencegah penyakit yang berbahaya, tetapi beberapa hoax justru menyebut kebalikannya.
Penyakit yang ada vaksinnya pasti berisiko menular, menimbulkan kecacatan dan kematian.
• Cipinang Melayu Banjir Lagi Setinggi 30 Sentimeter
• Ini Tuntutan KSPI kepada Pemerintah Saat Peringatan Hari Buruh Besok, Prabowo Bakal Berorasi
• Untuk Emak-Emak, Ini Daftar Hoax Soal Imunisasi yang Patut Diwaspadai dan Tak Perlu Percaya
Bila ‘termakan’ hoaks soal imunisasi, taruhannya kecacatan atau meninggal. Tentu hal itu tidak diinginkan.
Prof Dr dr Soedjatmiko SpA(K) MSi mengatakan, imunisasi berperan penting untuk melindungi bayi dan anak dari berbagai penyakit karena dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak agar mampu melawan penyakit-penyakit menular yang berbahaya.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap berpotensi tidak memiliki kekebalan yang spesifik terhadap suatu penyakit sehingga dapat menyebabkan sakit berat, cacat, bahkan meninggal.
“Penyakit yang dilakukan imunisasi pasti berbahaya. Kalau penyakit ‘biasa-biasa’ saja tidak perlu dilakukan imunisasi,”
• Kelakuan Emak-Emak di Rumah Ternyata Bikin Ekonomi Indonesia Membaik Sepanjang 2018
• Arumi Bachsin Akui Masih Grogi Parah Bicara di Depan Pejabat, Inilah Momen Arumi Grogi Saat Pidato
• Keponakan Della Perez Minta Foto Bareng, Vanesha Prescilla Malah Buang Muka
Mau tahu cara kerja vaksin, simak dibawah ini :
Prof Soedjatmiko saat mejadi pembicara dengan tema Imunisasi Lengkap dan Nutrisi Tepat Untuk Mendukung Indonesia Sehat yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) & Nestle di Restaurant Suasana, Senin (22/4/2019).
Beberapa berita hoax yang berkaitan dengan imunisasi yakni menyebabkan autis, menyebabkan kelumpuhan, mengandung racun, tidak bermanfaat, sampai halal tidaknya vaksin tersebut.
Orangtua yang ragu atau menolak imunisasi disebabkan karena beberapa isu salah yang disebarkan oleh bukan praktisi/ahli imunisasi.
Kebanyakan info-info tidak benar tersebut bersumber dari pendapat pribadi baik dari dalam negeri atau luar negeri.
• Sempat Viral, Della Perez Minta Maaf ke Vanesha Prescilla
• VIDEO: Bella Shofie Mundur dari Dunia Hiburan, Ingin Fokus di Fesyen
• Cipinang Melayu Banjir Lagi Setinggi 30 Sentimeter
Kebanyakan berdasarkan asumsi-asumsi sebelum tahun 2000an yang sangat berbeda dengan hasil penelitian ilmiah terbaru tahun 2002-2019.
Prof Soedjatmiko mencontohkan vaksin MMR dan thimerosal yang terkena info tidak benar bahwa menyebabkan autis.
penelitian ilmiah menyimpulkan bahwa vaksin MMR dan thimerosal tidak terbukti mengakibatkan autism.
Para ahli menyimpulkan bahwa autism dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara faktor genetic dan faktor lingkungan, bukan karena vaksin.
Selain soal hoax, tidak sedikit masyarakat yang meragukan dan enggan melakukan imunisasi karena masih adanya bahan yang dianggap haram di vaksin tersebut.
• Cipinang Melayu Banjir Lagi Setinggi 30 Sentimeter
• Ini Tuntutan KSPI kepada Pemerintah Saat Peringatan Hari Buruh Besok, Prabowo Bakal Berorasi
• Untuk Emak-Emak, Ini Daftar Hoax Soal Imunisasi yang Patut Diwaspadai dan Tak Perlu Percaya
Mau tahu cara kerja Vaksin, simak video dibawah ini :
Prof Soedjatmiko, menjelaskan, fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebutkan, imunisasi pada dasarnya dibolehkan sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.
Selain itu vaksin yang digunakan juga digunakan di semua negara termasuk negara-negara Timur Tengah yang mayoritas muslim.
Ia menyarankan, ketika menemukan informasi anti imunisasi sebaiknya jangan disebar luaskan, jangan dikomentari atau dilawan karena akan tambah berisik dan malah berita itu menjadi trending. (lis)