Menyimak Analisis Pasar Uang Mengenai Kondisi Rupiah Pada Pekan Depan
Setelah pemilu nilai tukar rupiah menguat, dan bagaimana kondisi rupiah pada pekan depan?
Pencapaian rupiah disokong meredanya gejolak pilpres Indonesia yang telah berlangsung.
Kekhawatiran pasar mereda dan memberikan kepastian ekonomi.
Pasar saham dan obligasi positif jadi rupiah terangkat.
WARTA KOTA, PALMERAH--- Setelah pemilu nilai tukar rupiah menguat, dan bagaimana kondisi rupiah pada pekan depan?
Pada pekan ini sentimen eksternal paling terasa adalah notulensi The Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOCM) yang bernada dovish.
• Perhatikan Ada 5 Transaksi Tidak Boleh Anda Lakukan dengan Kartu Kredit
• Bisnis Kartu Kredit, Bank Daerah Masih Mengandalkan Bank Besar
Selain itu, rilis data ekspor China bulan Maret dilaporkan tumbuh 14,2 persen yeay on year (yoy).
Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip dari Kontan pada Kamis (18/4/2019) rupiah ditutup di level Rp 14.045 per dollar Amerika Serikat (AS), menguat 0,28 persen dibanding Selasa (16/4/2019).
Dalam sepekan, rupiah menguat 0,53 persen bila dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu di level Rp 14.120 per dollar AS.
Di kurs tengah Bank Indonesia (BI) dalam sepekan mata uang Garuda menguat 0,95 persen di level Rp 14.016 pada Kamis (18/4/2019).
• Blackberry Messenger Berhenti Beroperasi, Blackberry Sudah Menyiapkan Penggantinya
• Blackberry Messenger Berhenti Operasi 31 Mei 2019, Cara Menyelamatkan Data Anda
Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri, mengatakan, pencapaian rupiah pada hari Kamis (18/4/2019) karena disokong meredanya gejolak pemilihan presiden (pilpres) Indonesia yang telah berlangsung.
Dengan hasil quick count yang langsung diumumkan membuat kekhawatiran pasar mereda dan memberikan kepastian ekonomi.
“Pilpres berjalan kondusif membuat pasar saham dan obligasi positif jadi rupiah terangkat,” kata Reny kepada Kontan.co.id, Kamis (18/4/2019).
• Avengers: Endgame Tayang Bioskop, Bioskop Buka 24 Jam
Ia mengatakan, rilis data neraca perdagangan Maret yang positif dan inflasi masih terkendali.
Namun dollar AS terpantau menguat hari ini yang biasanya malah membuat rupiah.
Reny mengatakan, dollar AS menguat bukan karena stimulus ekonomi negeri Amerika Serikat.
Melainkan melemahnya save-haven euro dan poundsterling sehingga dollar AS diunggulkan ketimbang dua rivalnya itu.
Pekan depan belum ada tanda-tanda liris penting AS.
Di samping itu Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akan berlangsung yang sepertinya tidak akan mengubah suku bunga acuan, karena The Fed pun masih dovish.
“Tidak ada alasan BI menaikkan suku bunga, selama The Fed masih main aman,” kata Reny.
Untuk itu, Reny meramal pekan depan rupiah masih bisa melanjutkan eksistensi penguatan di rentang Rp 13.874-Rp 14.177 per dollar AS.
• Penjelasan Bursa Efek Indonesia soal Sepinya Pelaku Pasar Terhadap Produk Derivatif
• Tanpa Minta Izin, 1,5 Juta Kontak Email Telah Dikumpulkan oleh Facebook
Berita ini sudah diunggah di Kontan.co.id dengan judul Masihkah rupiah perkasa pada pekan depan? Ini proyeksi dari analis