Prakiraan Cuaca
Sutopo Purwo Nugroho Ungkap Fenomena Equinox Ada Kaitannya dengan Jomblo, Ini Dampaknya
Diketahui, fenomena Equinox diungkap Sutopo Purwo Nugroho ada kaitannya dengan para kaum jomblo.
Penulis: PanjiBaskhara | Editor: PanjiBaskhara
Sisi lain fenomena Equinox diungkap Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang terjadi di Indonesia.
Diketahui, fenomena Equinox diungkap Sutopo Purwo Nugroho ada kaitannya dengan para kaum jomblo.
Mengenai Sutopo Purwo Nugroho ungkap fenomena Equinox di akun media sosial atau medsos twitternya, @Sutopo_PN, Selasa (26/3/2019).
Perlu diketahui, saat ini seluruh wilayah Indonesia mengalami fenomena Equinox pada Maret 2019.
• Karni Ilyas Ungkap Penyebab Rocky Gerung Tak Hadir di ILC 3 Kali
• VIDEO: Jokowi Klaim yang Bangun MRT, Gerindra Sebut Anies Juga Bisa Klaim
• Siaran Langsung RCTI Indonesia vs Brunei: Sani Rizki Ingin Persembahkan Kemenangan di Laga Hiburan
Diketahui, fenomena Equinox viral di medsos khususnya di WhatsApp melalui pesan berantai yang mengabarkan soal fenomena ekuinoks atau dalam bahasa latin equinox.
Dalam pesan tersebut berisi imbauan untuk mengurangi aktifitas di luar rumah dari tanggal 22 hingga 28 Maret 2019 karena panas yang melebihi ambang batas.
WartaKotaLive melansir BangkaPos, berikut isi pesan berantai viralnya fenomena Equinox tersebut:
Bapak/Ibu jangan lupa untuk minum lebih banyak air ,makan lebih banyak buah dan mengurangi aktifitas diluar rumah dari tanggal 22 s/d 28 Maret..karena Equinox..karena Matahari..mencapai titik terdekat dengan bumi..dan suhu udara akan naik beberapa derajat..jangan sampai dehidrasi atau sun stroke
Lantas, apakah sebenarnya equinox itu?
Dilansir dari bmkg.go.id, fenomena ekuinoks atau equinox adalah satu fenomena astronomi di mana matahari melintasi garis khatulistiwa.
Secara periodik, fenomena equinox berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu sehari pada musim semi dan sehari di musim gugur.
Equinox biasanya terjadi pada Maret dan September.
Saat fenomena ini berlangsung, di luar bagian bumi hampir relatif sama, termasuk wilayah yang berada di subtropis bagian utara maupun selatan.
Dilansir dari Tribunnews.com, ekuinoks Maret merupakan pertanda awal musim semi di belahan bumi utara dan musim gugur di belahan bumi selatan.

Ilustrasi catatan suhu panas bumi pada Juli 2015 menurut pantauan NASA (NASA GISS)
Sementara ekuinoks yang terjadi pada September merupakan prtanda awal musim gugur di belahan bumi utara dan musim semi di belahan bumi selatan.
Perlu dicatat pula, di saat yang bersamaan, pada 18 hingga 25 Maret, akan terjadi peristiwa sun outage terhadap satelit komunikasi.
Fenomena tersebut terjadi ketika matahari berada pada arah yang sama dengan arah datangnya sinyal satelit komunikasi yang mengitari bumi pada ketinggian 36 ribu kilometer.
Pasa saat itu, antena di wilayah Indonesia tidak dapat menerima sinyal dengan baik selama kurang lebih 10 menit.
Kata Ekuinoks berasal dari bahasa latin yaitu equinox, yaitu aequus yang berarti sama dan nox yang berarti malam.
Saat fenomena ekuinoks terjadi, maka siang dan malam memiliki waktu yang sama yaitu masing-masing 12 jam.
Di Indonesia tepatnya di kota-kota yang berada di ekuator, antara 23,5 derajat lintang selatan hingga 23,5 derajat lintang utara, akan mengalami kluminasi atau transit.
Kota-kota tersebut misalnya seperti Pontianak (Kalimantan Barat) dan Bonjol (Sumatra Barat).
Di Pontianak transit terjadi pada pukul 11.50 WIB. Saat itu, mata hari hampir tepat di atas kepala (titik zenith).
Namun, menjelang fenomena equinox terjadi, beredar informasi di media sosial agar masyarakat waspada terhadap fenomena tersebut.
Pada fenomena ekuinoks matahari mencapai titik dekat dengan bumi.
Untuk itu masyarakat harus minum air lebih banyak, makan buah, dan mengurangi aktivitas di luar rumah saat fenomena ekuinoks terjadi.
Informasi tersebut tidak jelas berasal dari mana sumbernya.
Menyikapi hal tersebut, BMKG menghimbau masyarakat agar jangan terlalu khawatir pada informasi tersebut.
Dikutip dari bmkg.go.id, keberadaan fenomena ekuinoks bukan merupakan HeatWave, atau fenomena yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah, dimana terjadi peningkatan suhu.
Fenomena ekuinoks juga tak selalu mengakibatkan suhu maksimal di Indonesia mencapai 32-36 derajat celcius.
Panas Equinox Tidak Ekstrim

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) menanggapi beredarnya berita yang menyebutkan adanya fenomena Equinox yang menyebabkan peningkatan suhu ekstrem berakibat sun stroke dan dehidrasi.
BMKG menegaskan, ini perlu diluruskan.
WartaKotaLive melansir Kompas.com, Drs. Mulyono Rahadi Prabowo, M.Sc., Deputi Bidang Meteorologi BMKG menjelaskan, equinox adalah fenomena astronomi.
Dimana matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September.
• Tidak Tertib, PT MRT Jakarta Akan Tindak Tegas Penumpang
• Kuliner Solo Harus Jadi Industri Andalan Pariwisata
• Pria Ini Mengaku Puas Setelah Pamerkan Alat Vital, Penjara 10 Tahun dan Denda Rp 5 Miliar Menanti
Prabowo menjelaskan saat fenomena ini berlangsung, matahari dengan bumi memiliki jarak paling dekat konsekuensinya wilayah tropis sekitar ekuator akan mendapatkan penyinaran matahari maksimum.
Namun begitu, fenomena ini tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis maupun ekstrem.
"Secara umum, diketahui rata-rata suhu maksimum di wilayah Indonesia berada dalam kisaran 32-36 derajat Celsius," lanjut Prabowo. dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Senin (25/3/2019).
Berdasakan pengamatan BMKG, suhu maksimum tertinggi pada Jumat (23/3/2019) suhu di Meulaboh, Aceh mencapai 37,6 derajat Celsius.
"Equinox bukan merupakan fenomena seperti gelombang panas atau heat wave yang terjadi di Eropa, Afrika dan Amerika yang merupakan kejadian peningkatan suhu udara ekstrem di luar kebiasaan dan berlangsung dalam waktu cukup lama," ujar Prabowo.
Menyikapi hal ini, Prabowo mengimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari equinox sebagaimana disebutkan dalam isu yang berkembang.
Secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab atau basah. Beberapa wilayah Indonesia saat ini sedang memasuki masa transisi atau pancaroba.
Maka ada baiknya, masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan tetap menjaga kesehatan keluarga serta lingkungan.
Sutopo Purwo Nugroho Ungkap Fenomena Equinox Ada Kaitannya dengan Jomblo
Sutopo Purwo Nugroho ungkap fenomena Eqdi akun media sosial atau medsos twitternya, @Sutopo_PN, pada Selasa (26/3/2019).
fenomena Equinox diungkap Sutopo Purwo Nugroho ada kaitannya dengan para kaum jomblo.
"Panasnya equinox tak seberapa dibandingkan panas hati melihat mantan jalan bergandengan bersama pacar barunya. Ditambahkan kamu masih jomblo. Wuih panas deh! Mau equinox, mau kulminasi.... hati pasti panas membawa hehe," ujar Sutopo Purwo Nugroho.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, fenomena Equinox memang benar terjadi di wilayah Indonesia, yang secara periodik berlangsung selama 2 kali dalam setahun.
"Mengapa sinar matahari terasa terik? Ini karena adanya equinox yaitu fenomena astronomi dimana matahari melintasi garis
khatulistiwa dan secara periodik berlangsung 2x dalam setahun, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.
Jadi wajar kan akhir Maret gini terasa lebih panas," ungkap Sutopo Purwo Nugroho.