Pelaku Usaha Waralaba Lokal Banyak Gulung Tikar, Butuh Dukungan dari Pemerintah

Pelaku usaha waralaba lokal banyak gulung tikar, butuh dukungan dari pemerintah seperti di Malaysia dan Singapura.

Istimewa
ILUSTRASI 

Pelaku usaha waralaba lokal banyak gulung tikar, butuh dukungan dari pemerintah seperti di Malaysia dan Singapura.

WARTA KOTA, PALMERAH--- Peluang pertumbuhan usaha melalui bisnis waralaba atau franchise lokal diperkirakan bisa mencapai 8 persen hingga 10 persen setiap tahun.

Akan tetapi dibalik besarnya peluang usaha waralaba ini, tidak sedikit pelaku usaha gulung tikar.

Penyebab pelaku usaha franchise lokal bangkrut karena ketatnya persaingan, terutama pelaku bisnis waralaba asing yang terus masuk ke Indonesia.

Hal ini membuat Asosiasi Franchise Indonesia menyayangkan pelaku usaha waralaba lokal banyak gulung tikar.

Wirausaha Sosial, Tren Bisnis yang Diterima Masyakarat: Penjelasan Wirausaha Sosial

Ketua Kehormatan Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Anang Sukandar, mengatakan, bisnis franchise lokal sangat tertinggal dibanding franchise produk mancanegara.

"Kalau yang asing sih masih tetap masuk, yang asing itu (pertumbuhannya) mungkin sekitar lima persen per tahun. Kalau yang lokal itu stagnan," kata Anang beberapa waktu lalu.

Padahal, kata Anang, peluang pertumbuhan franchise lokal kisaran 8 persen-10 persen setahun.

Meskipun puluang ini besar, tak sedikit yang gulung tikar karena ketatnya persaingan dengan kompetitor.

"Tumbuh 8 persen-10 persen, tetapi yang gugur juga sekian banyaknya. Jadi enggak tumbuh (franchise lokal)," kata Anang.

Transaksi Pasar Modal Pakai Kartu Kredit, Tanggapan Perencana Keuangan dan Investor Saham

Anang mengatakan, masa jaya franchise lokal itu terjadi pada 20 tahun silam, tepatnya pada 1995.

Namun, di tengah pertumbuhan tersebut, masuklah franchise asing sehingga merontokkan perkembangan bisnis lokal tersebut.

"Masa jaya-jayanya waktu 1995-an, tapi malah asing itu yang masuk. Dari kita lama, sekitar tahun 1970-an enggak muncul pemain atau pelaku-pelaku yang istimewa. Jadi tidak banyak yang berkembang," kata Anang.

Anang mengatakan, dalam satu tahun pertumbuhan franchise lokal tidak begitu menggembirakan jumlah.

Kini hanya sekitar 120-125 pelaku usaha yang masih bertahan di tengah gempuran kompetitor asing.

Bisnis Percetakan Menjemput Konsumen dengan Layanan Online

Minimnya pertumbuhan itu tidak hanya dipengaruhi oleh persaingan dengan asing, akan tetapi karena faktor sikap yang tidak sabar oleh pelaku usaha.

Sehingga berdampak pada dunia franchise di Indonesia. Secara garis besar mereka ingin cepat sukses dan mendapatkan untung.

Melihat kondisi ini, Anang meminta pemerintah agar memperhatikan keberadaan dan nasib penggerak franchise produk lokal.

Pasalnya, selama ini pemerintah tidak pernah mengalokasi anggaran di sektor ini.

"Dari dulu saya sudah bilang, mau tidak maa pemerintah harus memegang peranan. Jadi, jawabannya selalu kita tidak punya budget. Kita tidak punya anggaran," kata Anang.

Menurut Anang, kondisi ini sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan negara- negara lain.

Seperti Amerika Serikat, Australia, Malaysia hingga Singapura yang menganggarkan dana untuk mendukung keberadaan franchise produk lokal.

Malaysia, misalnya sejak tahun 2003 sudah mempunyai program untuk memajukan dan mendukung sekira 500-an franchise produk lokal.

Bahkan anggarannya mencapai 500 ringit Malaysia.

"Kita bilang saja Singapura, 75 persen biaya konsutan dipikul oleh pemerintah. Kalau mereka mau keluar negeri ikut pameran itu dibiayai oleh pemerintah," kata Anang.

Melirik Sukuk Ritel Terbaru sebagai Sarana Investasi Alternatif

Meskipun demikian, Anang tak berharap banyak kepada pemerintah supaya mengucurkan dana untuk hal ini.

Tetapi, sisi lain Anang menilai bisnis waralaba merupakan bagian dari ekonomi kerakyatan yang memberikan dampak perekonomian Indonesia secara umum.

"Di Indonesia, kita enggak punya anggaran. Baru belakangan ini saya lihat pak Jokowi mulai (memahami) bahwa franchise itu cocok Indonesia. Kenapa? karena di Indonesia 70-80 persen dari pelaku bisnis itu adalah usaha-usaha kecil," katanya.

Anang mengatakan, sebetulanya franchise adalah ekonomi kerakyatan karena ekonomi kerakyatan diselenggarakan untuk orang banyak dan untuk orang banyak.

Minim dan rendahnya pertumbuhan itu tidak hanya dipengaruhi oleh persaingan dengan asing, akan tetapi karena faktor sikap yang tidak sabar oleh pelaku usaha.

Bahkan tak jarang yang harus berguguran.

"Banyak industri, terutama di kuliner. Makanan dan minuman, terutama memang di kuliner banyak sekali," pungkasnya.

Banyak Pelaku Usaha Kuliner Gulung Tikar di Bisnis Kuliner, Ada Solusi dari Foodizz.id

Kompas.com/Murti Ali Lingga
Berita ini sudah diunggah di Kompas.com dengan judul Asosiasi: Franchise Lokal Meredup setelah Waralaba Asing Masuk RI dan
Asosiasi Berharap Dukungan Pemerintah untuk Majukan Waralaba Lokal

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved