Kisah Nenek Suhermin yang Hidup Sebatangkara, Memulung Barang Bekas dan Berjalan Puluhan Kilometer

Kisah Nenek Suhermin yang hidup sebatangkara, menyambung hidup dengan memulung barang bekas di jalan dan berjalan puluhan kilometer.

Editor: PanjiBaskhara
Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz
Kisah Nenek Suhermin yang hidup sebatangkara, menyambung hidup dengan memulung barang bekas di jalan dan berjalan puluhan kilometer. 

Kisah Nenek Suhermin yang hidup sebatangkara, menyambung hidup dengan memulung barang bekas di jalan dan berjalan puluhan kilometer.

Demi menyambung hidup, Suhermin pungut barang bekas atau sisa limbah dengan bermodalkan karung dan sepeda ontelnya.

Tubuh Suhermin kuat berjalan puluhan kilometer sambil mendorong sepeda ontel yang mengangkut barang bekas hasil pungutannya, walau sudah berusia 73 tahun.

Dilansir TribunPalu, sore itu, jarum jam menujukkan pukul 16.45 wita. Sang surya semakin redup di ufuk barat Kota Palu.

Biasa Naik Mobil Mewah, Hotman Paris Hutapea Kedapatan Naik Bajaj, Begini Kata Netizen

Ini 7 Fakta Komplotan Pembobol Mesin ATM Hamburkan Uang di Jalan Hingga Warga Rebutan

Suami Membunuh Istri Ditolak Berhubungan Intim, Ini Pandangan Medis Bahaya Bersetubuh Usai Lahiran

Rocky Gerung Menerbitkan Kartu Pra Dungu, Sindir Kartu Pra Kerja yang Diterbitkan Jokowi

Tampak tergolek lesu seorang nenek di sebuh teras satu ruko Jl Pue Bongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Tidurnya terlihat nyeyak di atas Tegel sebuah teras berukuran 1,5 meter. Sesekali ia mendengkur, seakan tak peduli hiruk pikuk ramainnya kendaraan yang melintas.

Nenek yang usianya sudah senja ini, diketahui bernama Suhermin, warga Desa Binangga, Kecamatan Marawol, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Setiap harinya, nenek beberumur 73 tahun ini mencari barang-barang bekas di antara sisa limbah yang ia temukan di jalan.

Setelah terkumpul, barang bekas yang ia dapat itu kemudian dijual untuk bertahan hidup. Ia tampak letih sore itu. Sampai-sampai, ia tak peduli dengan orang sekitar yang sedari tadi mengamati.

Nenek Suhermin tertidur pulas di sebuah teras ruko di Jl Pue Bongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Nenek Suhermin tertidur pulas di sebuah teras ruko di Jl Pue Bongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah. (Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz)

Ketika bangun pun, ia terlihat sesekali menghela nafas. Yah, wajar saja, pekerjaan Suhermin memang membutuhkan tenaga ekstra.

Ia harus menempuh puluhan kilometer berjalan kaki sambil mendorong sepeda ontel miliknya. Usia Suhermin memang tak mudah lagi, wanita asal Kota Surabaya, Jawa Timur ini lahir tahunn 1946.

Tapi dengan usiannya saat ini, Nenek yang jadi janda sejak tahun 2000 ini tak mau mengaharapkan belas kasih orang lain.

"Saya tinggal sendiri mas, memulung untuk cari makan," katanya.

Sudah hampir 20 tahun Suhermin bekerja berjuang hidup dengan mengais rezeki di tumpukan sampah.

Sejak suaminnya meninggal di tahun 2000, terpaksa ia bekerja berjam-jam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Usia memang tidak bisa berbohong. Kekuatan nenek Suhermin sudah melemah. Itu tampak saat ia mendorong sepeda ontel tua yang mengangkut karung berisikan sampah plastik.

Tangan dan kakinya tampak gemetar. Ia harus menempuh belasan kilo lagi untuk sampai di rumahnya.

Sesekali nenek Suhermin istirahat sambil memerhatikan botol dan gelas pelastik bekas kemudian memungutnya.

Akhirnya, di sebuah bundaran kota, Suhermin beristithan cukup lama sambil mengisahkan awal mula ia sampai memulung di bumi tadulako.

Tahun 1980, Suhermin menginjakkan kaki di Kabupaten Donggala. Maksud untuk mengais rezeki di tanah kaili. Di sebuah pelabuhan, akhirnya Suhermin bertemu dengan seorang pria muda asal Desa Binangga.

Beberapa waktu kemudian, Suhermin lalu ditawari untuk menjalin pernikahan dengan paman pria yang pernah berkenalan dengan dia di pelabuhan Donggala waktu itu.

Nenek Suhermin mendorong sepeda ontel yang memuat karung di Jl Pue Bongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Nenek Suhermin mendorong sepeda ontel yang memuat karung di Jl Pue Bongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah. (Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz)

Saat itu Suhermin masih berusia 35 tahun. Namun nasib berkata lain. Sang suami tak berumur panjang.

Usia pernikahannya hanya 6 bulan. Suaminya dipanggil menghadap Tuhan. Kehidupanya Suhermin berubah seketika setelah sang suami meninggal.

Semua harus dikerjakan sendiri guna melanjutkan hidupnya. Karena tak berbekal ketrampilan, alhasil Suhermin memutuskan untuk mencari limbah plastik sebagai perkerjaannya.

Berbekal sebuah sepeda ontel, dengan dua karung, ia mendorog sepeda ontelnya ke lokasi biasanya memulung di Kota Palu.

Setap harinya, ia menyusuri jalan-jalan serta tempat-tempat pembuangan sampah di Kota Palu.

Suhermin, terkadang beranjak dari rumah pada pagi hari. Namun juga biasanya pada sore hari. Bahkan, ia tak pulang ke rumahnya.

Nenek Suhermin mendorong sepeda ontel yang memuat karung di Jl Pue Bongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Nenek Suhermin mendorong sepeda ontel yang memuat karung di Jl Pue Bongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah. (Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz)

Tergantung apakah karung yang dibawanya sudah penuh atau belum. Jika belum, ia harus menginap di sebuah garasi kosong seputaran Jl Pue Bongo.

Jika penuh, maka dia akan kembali ke rumahnya di Desa Binangga.

"Kalau ini karung sudah penuh, yah pulang mas, tapi kalau belum yah tidak," katanya.

Untuk menjualnya, Suhermin harus mengumpulkan belasan karung platik bekas. Jika sudah tercapai, ia harus menyawa mobil untuk mengangut karung miliknya dengan biaya Rp 50 ribu.

"Satu kali angkut saya bisa dapat Rp 200, dipotong biaya mobil, Rp 50 ribu," jelasnya.

Suhermin tak pernah sedih dengan kondisi kehidupannya saat ini. Menurutnya, jika kita selalu bersyukur, kebahagiaan akan selalu menyertai.

"Hidup itu sudah ada yang atur mas, kita cukup jalani saja," tandasnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunpalu.com dengan judul "Kisah Suhermin, Nenek Pemulung yang Hidup Sebatangkara"

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved