Reaksi Fahri Hamzah pada Islamophobia Selain Kafir Sebagian Pihak Alergi pada kata Halal dan Syariah

Reaksi keras pada upaya untuk mengganti kafir dengan non Muslim karena upaya massif untuk mengganti sejumlah kata yang berasal dari Al Quran.

Warta Kota
Fahri Hamzah 

Sejumlah kalangan bereaksi terhadap upaya untuk mengganti kafir dengan non Muslim karena upaya dilakukan massif untuk mengganti sejumlah kata yang berasal dari Al Quran.

Sejumlah kata yang ada di Al Quran bahkan menjadi tabu diungkapkan dan harus disampaikan secara sembunyi-sembunyi.

Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menyampaikan pandangannya terkait situasi yang berkembang terlalu jauh di era ini.

Misalnya terkait polemik kata kafir yang ada di Al Quran mengiringi kata halal atau haram, yang bahkan digunakan misalnya untuk menyebut makanan halal dan haram.

Sandiaga Tegaskan Wisata Nonhalal Tetap Boleh Meski akan Wujudkan Wisata Halal di Jakarta

DKI Bidik Jadi Destinasi Wisata Halal di Dunia

Tokoh Agama Bangga Disebut Kafir, Reaksi Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Adi Hidayat Soal Kafir

Sejumlah negara non Islam bahkan menjadikan wisata halal sebagai sebuah proyek yang diselenggarakan di negara mereka, bahkan wisatawan yang datang ke sana di antaranya dari Indonesia.

Banyak umat Islam di Indonesia bahkan memilih wisata halal yang di antaranya telah sekian lama diselenggarakan di Thailand.

Sementara di Indonesia dengan penduduk mayoritas Islam alergi untuk menyelenggarakan wisata halal, sehingga banyak pelancong Muslim memilih untuk mengabaikan Indonesia sebagai tujuan wisata halal mereka.

Sementara itu, sejumlah kalangan seperti Ustadz Adi Hidayat juga memberikan penjelasan ilmiah tentang kafir.

Kata bahasa Inggris, cover sendiri berasal dari kata kafir, yang artinya menutup.

Cover sendiri merupakan kata serapan di bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Arab.

Masalah ini dianggap tidak berlarut-larut dan bukan persoalan karena sebenarnya kata kafir adalah terminologi Al Quran.

Keprihatinan terkait situasi yang berkembang itu di antaranya diungkapkan oleh Fahri Hamzah melalui Twitter.

Kata 'Kafir' itu istilah dalam kitab Suci, gak bisa diamandemen, itu wahyu Ilahi.

Tapi, jika ada kata kafir dalam konstitusi dan UU, mari kita amandemen, itu buatan manusia.

Katanya, kita disuruh jangan campur agama dan politik.

Beginian aja gak bisa dicerna.

Lagian, #KataKafir dan padanannya ada di banyak agama.

Kenapa yang jadi korban hanya agama Islam?

Kenapa Alquran yang dipersoalkan?

Susah banget mau jadi orang Islam.

Kalau oleh konsep iman agama lain saya disebut kafir, ya terima saja.

Memang kenapa kalau kafir?

Justru kedewasaan berwarganegara dan toleransi itu ditentukan oleh kemampuan kita untuk mencerna perbedaan konsep dalam iman.

Ini malah toleransi mau merasuk pada perubahan konsep iman.

Lah apa hak kita mengubah konsep iman?

Nabi aja gak boleh. Heran saya. Ini kan sederhana.

Susah kalau tokoh Islam minder dengan konsep iman mereka sendiri.

Semoga ke depan lahir generasi yang percaya diri dari pesantren dan sekolah-sekolah agama.

Sehingga ,tegaklah agama dan Tegaklah negara. Sebab kalau ulama minder maka negara kacau.

Ini potret hari ini.

Harusnya warga negara didewasakan untuk menerima konsep iman yang beragam.

Toleransi pada perbedaan adalah syarat kewarganegaraan.

Agama tidak perlu di-amandemen sebab ia telah didisain untuk mengelola perbedaan.

Kalau Tuhan mau kita gak bakal beragam.

Tuhan Maha Kuasa untuk menyeragamkan kita sejak DNA sampai pada pilihan Iman, api Dia yang maha kuasa tidak mau.

Supaya kita berlomba mengejar kebaikan.

Sekarang, ayo berbuat baik.

Ayo berbuat baik untuk bangsa.

Ayo berdialog sebagai warga negara. Itu saja.

Jangan sekali-kali ada majelis duduk untuk saling merevisi iman.

Itu sakit jiwa namanya.

Santai aja, mari kita berlomba menemukan cara untuk saling menikmati perbedaan.

Masa menerima #KataKafir aja gak sanggup?

Ya ampun.

Dewasalah bangsaku.

Sebelumnya, reaksi keras juga disampaikan sejumlah pemuka agama di antaranya Mpu Jaya Prema, Ustadz Abdul Somad, Ustadz Adi Hidayat.

Polemik juga melanda kasus wisata halal yang di antaranya dicanangkan oleh Sandiaga Uno dan sejumlah tokoh lainnya.

Sementara itu, KH Hafidz Abdurrahman MA juga mengecam upaya untuk menghilangkan sejumlah kata dalam Al Quran.

Upaya itu memang sedang dilakukan sejumlah pihak.

Berikut ungkapan yang disampaikannya di Instagram.

Betapa langit dan bumi tidak murka melihat manusia seperti mereka merendahkan Allah sebagai Penguasa langit dan bumi.

Gunung pun siap memuntahkan isinya jika tidak ditahan oleh Allah.

Kalian terus saja menistakan Dzat yang nyawa kalian ada ditangannya.

Kalian dengan tidak takut menganggap Dia tak ada padahal Dia yang memusnahkan kekuasaan raja-raja dzalim.

Siapakah kalian ini?

Raja kah?

Firaun kah?

Bahkan, kekuatan dan kekuasaan Kalian tak ada setitik kotorannya raja-raja dzalim terdahulu.

Mau dimatikan seperti apa kalian?

Yang pasti, kematian yang menyebabkan penyesalan abadi diakhirat karena telah menistakan firman Allah.

Sementara itu, Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan tentang polemik yang terjadi karena kafir mau dihapuskan oleh sekelompok orang di ormas tertentu.

Allah telah menyatakan kafirnya orang musyrik yaitu para pengagung berhala dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan dalam ibadah.

Begitu juga seorang muslim harus meyakini kafirnya orang yang tidak beriman pada para rasul atau tidak beriman pada sebagian Rasul -seperti kafirnya orang Nashrani yang tidak mau beriman pada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

Sebagaimana dalam Al Qur’an pun telah ditegaskan akan kafirnya orang Yahudi, Nasrani, pengagung berhala dan orang musyrik secara umum.

Seorang Muslim harus meyakini kafirnya orang-orang tadi sebagaimana Allah dan Rasul-Nya telah menyatakan kafirnya mereka.

Sebagai buktinya disampaikan dalam ayat-ayat berikut ini:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam”.” (QS. Al Maidah: 17).
.
Ayat ini menunjukkan seorang muslim harus meyakini kafirnya orang Nasrani.

وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا “Orang-orang Yahudi berkata:

“Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila’nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu.” (QS. Al Maidah: 24).

Orang Yahudi dalam ayat ini dilaknat karena mereka telah mensifati Allah dengan sifat pelit sedangkan merekalah yang ghoni (berkecukupan atau kaya).

لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: “Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya”.” (QS. Ali Imran: 181).

Ayat-ayat di atas menceritakan tentang kafirnya ahli kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani.

Kita pun bisa menghukumi kafirnya mereka karena mereka mengingkari kenabian Nabi kita, Sayidina Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved