Tol Trans Sumatera
Bisa Dijajal Nih, Cuma 6 Jam Mudik Lebaran via Jalan Tol Bakauheni-Palembang
WAKTU tempuh pengguna kendaraan dari Bakauheni di Lampung, hingga ke Palembang, di Sumatera Selatan, akan kian singkat.
"Yang nanti akan selesai sampai lebaran tahun ini adalah dari Bakauheni sampai Palembang. Yang semula tanpa jalan tol bisa ditempuh 12 jam, nanti hanya 5-6 jam saja."
WAKTU tempuh pengguna kendaraan dari Bakauheni di Lampung, hingga ke Palembang, di Sumatera Selatan, akan kian singkat.
Hal ini menyusul Jalan Tol Bakauheni-Palembang yang ditargetkan beroperasi sebelum Lebaran 2019.
Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero) Bintang Perbowo mengungkapkan, selama ini waktu tempuh Bakauheni-Palembang mencapai 12 jam.
Maka, dengan beroperasinya ruas jalan Tol Trans Sumatera tersebut, waktu tempuh akan terpangkas hingga separuhnya.
• Kini, ASN Bergaji Rp 8 Juta per Bulan Bisa Beli Rumah Subsidi Seharga Rp 300 Juta
• ASN Bergaji Rp 8 Juta Bisa Beli Rumah Subsidi, Teknis Pelaksanaannya Masih Disusun
"Yang nanti akan selesai sampai lebaran tahun ini adalah dari Bakauheni sampai Palembang. Yang semula tanpa jalan tol bisa ditempuh 12 jam, nanti hanya 5-6 jam saja," kata Bintang dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (19/2/2019).
Sebagian konstruksi dari ruas tol ini sudah selesai seperti Tol Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 140 kilometer.
Meski beroperasi, namun pengguna jalan yang hendak memanfaatkannya belum perlu membayar tarif untuk sementara waktu.
"Sudah beroperasi tapi belum bayar," sambung Bintang.
Bintang menuturkan, PT Hutama Karya (Persero) atau HK mendapatkan penugasan dari pemerintah untuk menggarap proyek Jalan Tol Trans-Sumatera mulai dari Aceh hingga Bandar Lampung dengan total panjang 2.700 kilometer.
Untuk menggarap proyek tersebut, HK membutuhkan investasi tak kurang dari Rp 250 triliun.
Besarnya investasi ini karena pekerjaan konstruksi berbeda-beda yang dilakukan di setiap ruasnya.
"Ada pakai teknologi macam-macam. Lalu ada yang langsung at grade, tapi juga ada yang pakai teknologi lain," papar Bintang.
Strategi Kementrian Membangun Jalan Tol
Strategi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mengejar target pembangunan jalan tol sepanjang 4.110 kilometer. Infrastruktur ini mendukung efisiensi dan meningkatkan daya saing.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan menerapkan beberapa strategi terkait pembangunan jalan tol.
Strategi itu untuk mengejar target membangun jalan tol sepanjang 4.110 kilometer pada tahun ini.
Satu di antara strateginya adalah mempercepat pembangunan jalan tol di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi yang dikerjakan oleh pemerintah dan swasta.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Sugiyartanto, menargetkan 1.070 kilometer jalan tol terbangun.
Pembangunan infrastruktur konektivitas ini untuk mendukung efisiensi dan meningkatkan daya saing Nasional.
"Sehingga sampai akhir tahu ini, total jalan tol terbangun dalam rentang 2015-2019 menjadi 1.852 kilometer," kata Sugiyartanto, Kamis (21/2/2019).
• Area Proyek Jalan Tol Serpong Pondok-Aren Jadi Trek Balapan Liar, Polisi Angkut 82 Sepeda Motor
Selama periode tahun 2015 hingga 2018 jalan tol sudah dibangun dan telah beroperasi sepanjang 782 kilometer.
Sugiyartanto merinci, pada 2015 telah dibangun 132,2 kilometer, kemudian setahun berikutnya bertambah 44 kilometer menjadi 176,2 kilometer.
Tahun 2017 tercatat penambahan jaringan jalan tol 156,6 kilometer menjadi 332,8 kilometer.
"Terakhir, pada 2018 jalan tol yang berhasil dibangun sepanjang 450 kilometer sehingga jumlah total yang sudah terbangun dalam tiga tahun menjadi 782 kilometer," kata Sugiyartanto.
Sebelumnya, PT Jasa Marga Tbk sebagai salah satu badan usaha jalan tol (BUJT) membidik pertumbuhan 250 kilometer tol baru tahun 2019.
Panjang tersebut meliputi sembilan ruas yang kini tengah dikerjakan perusahaan yakni Tol Jakarta-Cikampek II Elevated sepanjang 36,4 kilometer, Tol Pandaan-Malang (37,6 kilometer), Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi Seksi Sei Rampah-Tebing Tinggi (9,2 kilometer), Tol Balikpapan-Samarinda (99,3 kilometer), dan Tol Manado-Bitung (39 kilometer).
Kemudian, Tol Kunciran-Cengkareng (14,1 kilometer), Tol Kunciran-Serpong (11,2 kilometer), Tol Cinere-Serpong sepanjang 10,1 kilometer, dan Tol Gempol-Pandaan (1,6 kilometer).
• Catat Nih, Jakarta-Solo Cuma Rp 50 Ribu Naik Bus Eksekutif Double Decker via Tol Trans Jawa
"Pengoperasian ini untuk menyempurnakan target 1.260 kilometer jalan tol yang beroperasi di pengujung tahun 2019," kata AVP Corporate Communications Jasa Marga Dwimawan Heru.
Sedangkan PT Waskita Karya (Persero) Tbk mengincar tiga ruas tol dapat beroperasi pada tahun ini.
Minimal, ketiga ruas tol tersebut dioperasikan secara fungsional.
Direktur Utama Waskita Karya, I Gusti Ngurah Putra, mengatakan, dua proyek yang sedianya selesai dan dapat beroperasi sebelum musim Lebaran 2019, yaitu Tol Terbanggi Besar-Palembang (Kayu Agung) dan Tol Layang Jakarta-Cikampek II (Elevated).
Menurut Putra, Tol Terbanggi Besar-Palembang sepanjang 189,2 kilometer semula ditargetkan selesai pada Juni 2019.
Namun, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berharap agar proyek tersebut dapat diselesaikan lebih cepat.
"Pemerintah menghendaki saat lebaran, itu bener juga. Kalau tidak bisa 100 persen, kami akan coba minimal seperti di Trans Jawa kemarin, fungsional," kata Putra.
Pembangunan rest area
Pembangunan rest area di jalan tol dapat menjadi ladang pembuktian bagi generasi milenial untuk menyampaikan gagasan.
Penyampaian gagasan itu terutama generasi milenial yang mengambil jurusan arsitektur untuk merancang resta area di jalan tol.
"Ini kesempatan untuk menggambarkan, punya ciri khas arsitektur berbeda-beda," kata pengamat tata kota Universitas Trisakti, Nirwono Yoga, beberapa waktu lalu.
Seperti Tol Trans Jawa yang melintasi sekitar 25 kabupaten/kota yang terbentang mulai dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
Setiap daerah, kata Nirwono Yoga, memiliki ciri khas langgam arsitektur berbeda-beda yang bisa diaplikasikan pada setiap bangunan yang ada di rest area.
"Ini bisa menggambarkan Bhineka Tunggal Ika. Jadi antara arsitektur bangunan di Jawa Tengah, di Jawa Timur sampai di Jawa Barat, berbeda-beda," kata Nirwono.
"Jadi nanti naik jalan tol ini kita jadi tahu, eh sudah masuk Jawa Tengah nih. Kan ini lewat arsitektur (ketahuannya)."
• Promo Cashback 60 Persen dari OVO, Ada lebih dari 26 Restoran yang Ikut
• Viral, Pilot Citilink Memberikan Pengumuman dengan Cara Unik Bikin Penumpangnya Tertawa
• 5 Fakta Davin Kirana Anak Bos Lion Air, Salah Satu Caleg Termuda Partai Nasdem Dari Dapil Jakarta II
Sebelumnya, PT Jasamarga Properti (JMP) akan mengelola 35 tempat istirahat atau rest area di seluruh jalan tol yang dibangun induk usaha PT Jasa Marga (Persero) Tbk. hingga 2021.
Dari total jumlah rest area tersebut, 31 di antaranya dapat dimanfaatkan pengguna jalan tol sebelum perhelatan mudik Lebaran 2019.
Sementara empat tempat istirahat lainnya merupakan pengadaan baru menyusul pembangunan Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi sepanjang 172,90 kilometer.
Jalan bebas hambatan yang menghubungkan Kabupaten Probolinggi, dan Kabupaten Banyuwangi ini merupakan bagian dari Jalur Tol Trans Jawa yang membentang 1.150 kilometer.
Direktur Teknik PT Jasamarga Properti, Tita Paulina Purbasari, mengatakan, ruas tol terakhir Probolinggo-Banyuwangi akan dilengkapi empat buah fasilitas rest area tipe A dan B atau tempat istirahat dan pelayanan (TIP) dan tempat istirahat (TI).
"Ongkos konstruksi untuk membangun rest area ini sama dengan yang sudah beroperasi dan tengah dalam konstruksi yakni sekitar Rp 4 juta per meter persegi," kata Tita.
Tita mengatakan,"Ini di luar penghitungan inflasi dalam dua tahun ke depan, saat tol tersebut mendekati masa operasional."
Ada pun rincian ke-31 rest area yang sudah beroperasi dan masih dalam masa konstruksi tersebut, 27 di antaranya berada di koridor Jalan Tol Trans Jawa.
Sementara empat lainnya berlokasi di Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebingtinggi, Jalan Tol Balikpapan-Samarinda, dan Jalan Tol Manado-Bitung.
(Dani Prabowo)