Pilpres 2019
Maruf Amin: Orang yang Membuat Hoaks Calon Ahli Neraka
CALON wakil presiden nomor urut 01 Maruf Amin mengingatkan bahaya hoaks alias berita bohong, yang dapat memecah belah bangsa.
CALON wakil presiden nomor urut 01 Maruf Amin mengingatkan bahaya hoaks alias berita bohong, yang dapat memecah belah bangsa.
Maraknya hoaks, menurut Maruf Amin, karena ada sejumlah pihak yang ingin menyebarkan paham dengan cara-cara menyimpang. Yakni, cara-cara tidak demokratis, tidak konstitusional, hingga menimbulkan kegaduhan.
"Nah, karena itu, (hoaks) perlu dicegah," ujar Maruf Amin, saat menghadiri acara Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan dengan tema 'Mengarusutamakan Islam Wasathiyah: Menyikapi Bahaya Hoax dan Fitnah Bagi Kehidupan Keagamaan dan Kebangsaan' di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (20/2/2019) malam.
• Keponakan Minta Dewi Perssik Buktikan Keaslian Tubuh, Suaminya Merasa Dilecehkan
Maruf Amin berujar, menurut agama, kebohongan itu membawa kepada perbuatan yang menyimpang.
"Dan perbuatan yang menyimpang itu membawa orang masuk neraka," ucapnya.
Menurut Maruf Amin, hoaks termasuk dalam perbuatan berbohong. Ia berharap tak ada lagi penyebar hoaks, lantaran tak dianjurkan dalam agama.
• Karyawan Sedang Memasak Saat Ledakan di Mall Taman Anggrek Terjadi
"Berarti kebohongan itu adalah menyeret orang untuk masuk neraka. Karena itu jangan ada menggunakan hoaks. Sebab, orang yang membuat hoaks, percaya pada hoaks, itu berarti dia menjadi calon ahli neraka," tegas Maruf Amin.
Sebelumnya, calon presiden Joko Widodo (Jokowi) berapi-api ketika berpidato di hadapan pendukungnya jelang kontestasi Pilpres 2019.
Selama dua hari di Semarang pada akhir pekan ini, Jokowi menghadiri acara deklarasi dukungan dari Koalisi Alumni Diponegoro, Sedulur Kayu dan Mebel Jokowi, dan Paguyuban Pengusaha Jawa Tengah.
• Karyawan: Ledakan di Mall Taman Anggrek Cuma Sekali tapi Kencang Banget
Dalam acara tersebut, Jokowi mengklarifikasi sejumlah tudingan yang dialamatkan kepadanya dengan nada yang menggebu-gebu, seperti tudingan antek asing dan lebamnya muka Ratna Sarumpaet yang disebabkan operasi plastik.
Menurut Jokowi, sikap halus terkadang bosen juga dilakukan kepada pihak-pihak yang menyerang dirinya dengan kabar bohong. Sehingga, ia memutukan sesekali bersikap keras sembari memaparkan fakta.
"Boleh lah keras-keras sedikit-sedikit tidak apa. Yang paling penting menyampaikan fakta, yang paling penting menyampaikan data," ujar Jokowi di GOR Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (3/2/2019).
• Tak Lagi Manual dan Gunakan Stempel, Dokumen Kependudukan Bakal Pakai Tanda Tangan Elektronik
"Yang paling penting bukan menyampaikan semburan dusta, yang paling penting bukan menyampaikan semburan kebohongan, yang paling penting bukan menyampaikan semburan hoaks," sambung Jokowi.
Dengan menyampaikan klarifikasi terkait tudingan tersebut kepada relawan dengan lantang, Jokowi berharap pendukungnya menjadi lebih bekerja keras memenangkan dirinya bersama cawapres Maruf Amin.
"Ya tujuannya memberikan semangat kepada relawan yang dalam dua hari ini yang menyampaikan dukungan kepada kita. Memang perlu militansi dalam setiap kita bekerja," papar Jokowi.
• Pakai Tanda Tangan Elektronik, Bikin Kartu Keluarga Cuma Butuh 30 Menit
Lantas, Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko meminta agar seluruh pihak menyadari betapa pentingnya mewaspadai fenomena 'revolusi jari', yang muncul melalui penyebaran hoaks.
Menurutnya, sejak dini hal tersebut perlu disadari, agar strategi bisa segera disiapkan demi menangkis fenomena itu.
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat menghadiri acara 'Rapat Koordinasi (Rakor) Bidang Kehumasan dan Hukum Seluruh Indonesia,' yang digelar oleh Kementerian Dalam Negeri.
• Aksi Pembegalan Handphone Makin Marak, Warga Diminta Tak Asyik Main Ponsel di Jalan
"Tolong ini disadari dengan baik, kalau kita tidak sadari dengan baik, maka kita tidak punya strategi harus seperti apa," ujar Moeldoko di Birawa Hall, Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Senin (11/2/2019).
Saat ini, kata dia, sudah banyak yang 'latah' ingin memiliki keahlian sebagai wartawan, lantaran apa yang mereka foto maupun tulis ingin dimuat selayaknya produk media mainstream.
Bahkan, banyak pula berita yang tidak valid namun menjadi viral karena efek 'pembenaran', bukan berdasar pada informasi yang mengandung unsur kebenaran.
• Ini Nama-nama Korban Luka Akibat Ledakan di Mall Taman Anggrek
"Berikutnya, sekarang yang saya katakan netizen media, semua orang bisa memberitakan apapun, karena hampir semua orang Indonesia membawa handphone, memfoto, dilempar hingga menjadi viral," tutur Moeldoko.
Menurutnya, beberapa tahun lalu, awak media lah yang memonopoli pemberitaan. Namun, tentunya awak media memiliki mekanisme yang benar dalam meluncurkan produk berita.
Berbeda dengan saat ini, pemberitaan yang lebih banyak beredar di media sosial itu didominasi oleh konten yang bersifat 'paradoks' atau tidak sesuai informasi yang benar.
• Ledakan di Mall Taman Anggrek Akibat Kebocoran Saluran Pipa Gas di Konter Depot Betawi
Peredaran konten paradoks yang masif dan konsisten, kata Moeldoko, nyatanya tidak diimbangi tanggung jawab mereka yang berada di baliknya, yang hanya berani meminta maaf saja.
"Kalau dulu berita hampir sebagian besar dimonopoli wartawan. Wartawan punya check and balances, pasti dicek dulu, sekarang enggak, siapa pun bisa mengatakan, (berita) paradoks, dengan mudahnya minta maaf," papar Moeldoko.
Lebih lanjut mantan Panglima TNI ini menyoroti apa yang dilakukan dalang peredaran hoaks itu. Oleh karena itu, ia meminta agar situasi yang sedemikian mengkhawatirkan tersebut bisa menjadi pelajaran untuk penerapan strategi pada setiap kementerian dan lembaga, dalam menghadapi perkembangan fenomena 'revolusi jari'.
• Pengunjung Tak Takut Belanja Meski Ada Ledakan di Mal Taman Anggrek
"Bisa dibayangkan, buat gonjang-ganjing, lalu minta maaf. Itu enggak sekali dua kali. Situasi yang saya gambarkan ini, tolong kita konfirmasi kepada diri kita dan institusi yang kita pimpin," beber Moeldoko.
Ia pun mengaku tidak rela jika berita hoaks itu terus menyerang dan mendiskreditkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
"Relakah kita, pimpinan kita menjadi korban dari sebuah pemberitaan yang kita tidak melakukan apa pun (yang ada dalam pemberitaan itu)? Kalau saya tidak rela, sungguh saya tidak rela," tegas Moeldoko.
• Ini Kronologi Ledakan di Mall Taman Anggrek
Moeldoko kemudian kembali menegaskan pernyataannya, bahwa dirinya akan mempertaruhkan apa pun untuk melindungi simbol negara dari segala bentuk hal negatif yang akan mengancam kedaulatan RI.
"Saya pertaruhkan segalanya, apalagi yang berkaitan dengan simbol-simbol negara, berkaitan dengan kedaulatan negara," ucap Moeldoko.
Kementerian maupun lembaga pemerintahan, menurutnya, harus fokus dalam menyiapkan strategi untuk menghadapi fenomena tersebut.
"Kita harus punya komitmen, karena (jika) kecenderungan-kecenderungan fenomena (revolusi jari) tadi kita abaikan, maka taruhannya adalah negara. Kita tidak bicara politik praktis yang sebentar lagi kita hadapi, tapi kita bicara eksistensi negara," cetus Moeldoko. (Dennis Destryawan)