Kisah Ade Jigo Temukan Istrinya Meninggal karena Tsunami, Ada Sekuriti yang Bilang Anaknya Mirip
Insiden teresbut membuat Ade Jigo kehilangan orang yang ia sayangi, yakni istrinya, Meyuza Zainal Arifin.
Penulis: Arie Puji Waluyo |
KOMEDIAN Ade Dora alias Ade Jigo menjadi satu dari ratusan korban Tsunami Selat Sunda dari Pantai Carita hingga ke Lampung Selatan, yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018) lalu pukul 21.20 WIB.
Saat kejadian, Ade Jigo sedang mengisi acara bersama grupnya dan juga menjadi pembawa acara Gathering PLN di Tanjung Lesung Beach Resort, bersama Aa Jimi yang tergabung bersama grup Jigo, yang juga menjadi korban tsunami dan meninggal dunia.
Tidak hanya dengan Ade Jigo dan Aa Jimi, grup band Seventeen juga menjadi korban dari tsunami Selat Sunda. Insiden teresbut membuat Ade Jigo kehilangan orang yang ia sayangi, yakni istrinya, Meyuza Zainal Arifin.
• Ade Jigo Dengar Suara Orang Berceramah Saat Tergulung Ombak Tsunami, Ia Merasa Berada di Dua Alam
Setelah tergulung air tsunami selama lima menit, terbentur tembok, puing bangunan, hingga orang-orang yang juga tergulung bersamanya, Ade Jigo mengaku kehilangan sang istri yang saat kejadian sedang makan di belakang panggung. Ade Jigo memang membawa istri dan anak-anaknya ke lokasi pekerjaan saat itu.
"Jadi saya dari lokasi kejadian itu tergulung air sejauh 100 meter. Saya sambil gendong anak saya yang kecil dan kepisah sama istri saya. Saya itu enggak tahu di mana istri saya saat itu," kata Ade Jigo ketika ditemui di Gedung Trans7, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Kamis (3/1/2019) malam.
Ade Jigo mengungkapkan, setelah kejadian, ia ingin menenangkan diri karena badannya gemetar setelah trauma tergulung air tsunami. Setelahnya, ia ingin ke lokasi kejadian untuk mencari sang istri.
• Satu-satunya Pemain yang Rasakan Juara pada 2001 dan 2018, Masa Depan Bepe di Persija Belum Jelas
"Niatnya saya, pagi saya mau ke lokasi untuk cari anak saya yang pertama, pengasuh, sama istri saya. Namun, pada saat itu anak saya udah muntah-muntah, bibirnya udah biru. Wah, ini udah dehidrasi nih takutnya," ungkapnya.
"Saya minta ke warga, 'tolong pak antar saya ke klinik', diantar lah ke klinik. Itu jaraknya kurang lebih setengah jam dari tempat aman sampai ke klinik," sambungnya.
Setibanya di klinik, Ade Jigo bertemu anaknya yang besar dan juga Asisten Rumah Tangga (ART)-nya. Tetapi, belum bertemu istrinya.
• Pelatih Persija Larang Ismed Sofyan Pensiun
"Mereka semua sudah nangis. Anak saya yang besar bilang, 'ibu mana, ibu mana?' Terus aku bilang, 'tenang, kita cari nanti'. Anak saya sudah enggak bisa ngomong apa-apa, sudah kedinginan sudah diselimuti pakai seprai klinik," jelasnya.
"Saya niat matahari terbit saya mau tinjau ke lokasi. Namun sekuriti bilang, 'pak, evakuasi diberhentikan dulu karena hujan dan ada peringatan gelombang mau naik lagi'. Terus saya bilang, 'ya udah pak' gitu," tambahnya.
Kemudian, Ade Jigo mengatakan sekuriti tersebut memberitahukannya ada jenazah wanita di ruang jenazah klinik yang letaknya ada di belakang gedung klinik.
• Jokowi: Kebudayaan Itu Kegembiraan
Tetapi, saat itu Ade Jigo menganggap dan merasa bahwa istrinya masih hidup. Ia pun tidak ada firasat bahwa istrinya sudah meninggal dunia.
"Terus sekuritinya bilang lagi, 'kalau misalkan bapak mau nunggu, di belakang ada satu jenazah, itu coba dilihat siapa tahu bapak kenal keluarga'. Saya bilang, 'cewek atau cowok?' Katanya cewek, ya udah saya bilang nanti dilihat," paparnya.
Kemudian, sekuriti meninggalkan Ade Jigo di klinik. Tetapi, tidak lama kemudian, sekuriti itu menyambangi Ade Jigo lagi dengan mengatakan belum bisa melakukan evakuasi karena gelombang air laut masih tinggi.
• PSI Usul Korupsi Orde Baru Masuk Materi Debat Capres, KPK: Korupsi yang akan Datang Paling Penting
Tidak hanya itu, sekuriti tersebut juga kembali meminta Ade Jigo untuk mengecek jenazah perempuan di belakang klinik. Sekuriti itu pun kemudian menatapi anak Ade Jigo yang berada di dekatnya.
"Saya penasaran kenapa bapak itu ngelihatin anak saya, anak saya lagi tidur dua-duanya. Terus sekuriti itu bilang, 'ini kayaknya mirip sama jenazah yang di belakang'. Terus saya tanya, 'mirip dari mana?'. Dijawab lagi, 'mirip dari putihnya' gitu. Terus saya disuruh cek jenazah sama sekuriti itu," tuturnya.
Kemudian, Ade Jigo meminta ART-nya untuk mengecek jenazah di belakang klinik. Ade Jigo menunggu respons ART-nya itu yang mengecek jenazah wanita di belakang klinik.
• Penyusunan Anggaran Salah Satu Sumber Korupsi, KPK Soroti Uang Pokir dan Ketok Palu
"Enggak lama pembantu saya itu menjerit teriak. Saya dalam hati, 'wah, berarti ini istri saya' saya sudah yakin. Kemudian, ART saya balik ke saya dan pingsan. Terus saya bangunin dan bilang, 'mbak, anak-anak lagi pada tidur, entar enggak ada yang jaga lho, saya mau lihat ibu (istri) di belakang', gitu. Terus benar pada saat saya ke belakang, istri saya sudah di situ sudah meninggal," bebernya.
Ade Jigo diberikan informasi oleh sekuriti bahwa istrinya dibawa oleh warga ke klinik tersebut, pukul 22.30 WIB, tetapi Ade Jigo tidak diberitahukan di mana letak jenazah sang istri saat ditemukan pasca-tsunami.
"Saya tidak nangis, saya mencoba kuat. Karena, yang buat saya kuat adalah anak saya enggak nangis ya melihat istri saya sudah meninggal. Dia cuma tidak meneteskan air mata tapi berlinang, tapi dia kuat. itulah yang membuat saya kuat. Anak saya aja kuat masa saya lemah, saya harus lebih kuat," paparnya.
• Sejak Boaz Solossa pada Musim 2013, Belum Ada Lagi Pemain Indonesia yang Jadi Topscorer Liga 1
Ade Jigo bersyukur ketika ditemukan olehnya, jenazah sang istri masih dalam kondisi utuh. Hanya kerudungnya yang sudah terbuka.
"Jam tangan masih nempel semua dan saya cium keningnya itu masih aroma dia. Enggak ada luka memar, enggak ada luka lecet. Keterangan dari dokter yang memvisumnya katanya kelamaan di air, karena kebetulan istri saya enggak bisa berenang. Dia jadi kebanyakan minum air laut jadi enggak kuat dan meninggal," jelas Ade Jigo. (*)