Jurnalis Arab Saudi Hilang
Bertemu Pangeran MBS, Erdogan: Turki Tak Bermaksud Bahayakan Kerajaan Saudi dalam Kasus Khashoggi
TURKI menjadi salah satu negara yang paling keras mendesak Arab Saudi dalam mengungkap kebenaran di balik kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
TURKI menjadi salah satu negara yang paling keras mendesak Arab Saudi dalam mengungkap kebenaran di balik kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Berbicara kepada wartawan saat di KTT G20 di Buenos Aires, Sabtu (1/12/2018), Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan, desakan yang diberikan negaranya tidak ditujukan untuk mengusik keluarga kerajaan Saudi.
Erdogan menekankan, pengungkapan kasus pembunuhan Khashoggi juga akan menjadi kepentingan monarki Saudi.
• Pesan yang Disadap CIA Ini Ungkap Dugaan Pangeran MBS Terlibat Pembunuhan Jamal Khashoggi
• Menlu AS: Tak Ada Bukti Langsung Pangeran MBS Perintahkan Pembunuhan Jamal Khashoggi
"Kami tidak pernah sekalipun melihat masalah ini sebagai isu politik. Kami hanya ingin memastikan bahwa kasus pembunuhan ini dapat terungkap dalam segala aspek dan para pelaku diadili," kata Erdogan.
"Kami tidak memiliki kepentingan untuk mencelakakan negara Arab Saudi atau keluarga kerajaan Saudi. Kami hanya meyakini bahwa mengungkap semua aspek pembunuhan dan menuntut semua pelaku akan menjadi kepentingan Arab Saudi," tambahnya.
Erdogan mengatakan hal itu kepada wartawan usai bertemu dan menyampaikan kritiknya secara langsung kepada Pangeran Mohammed bin Salman ( MBS ) di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires, Argentina.
Dalam pertemuan itu, Erdoga juga mendesak MBS agar mau mengekstradisi para tersangka pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Hilang
Jurnalis Jamal Khashoggi dilaporkan hilang setelah memasuki kantor konsulat Saudi di Istanbul, Turki, awal Oktober lalu.
Riyadh yang awalnya menyangkal Khashoggi telah terbunuh belakangan mengakui bahwa jurnalis itu telah dibunuh sekelompok pria, kemudian tubuhnya dimutilasi dan dilarutkan dengan asam sebelum dibuang ke saluran pembuangan.
Erdogan pernah mengatakan bahwa pembunuhan tersebut diperintahkan oleh pemimpin tertinggi kerajaan Saudi, namun menegaskan bukan oleh Raja Salman.
Pernyataan itu secara tak langsung menempatkan Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman sebagai sosok yang bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Erdogan juga mengatakan, pangeran berusia 33 tahun itu telah mengutus jaksa utamanya ke Turki untuk bersama-sama menjalankan penyelidikan kasus pembunuhan Khashoggi. Namun pada akhirnya, pihak Saudi justru gagal membagi informasi terkait penyelidikan dengan Turki.
Sebaliknya, Ankara mengklaim memiliki dokumentasi terkait kasus tersebut berupa rekaman suara yang telah dibagikan kepada semua negara yang memintanya, termasuk Amerika Serikat dan Arab Saudi. (Agni Vidya Perdana)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Erdogan: Turki Tidak Bermaksud Bahayakan Kerajaan Saudi dengan Kasus Khashoggi"
