VIDEO: Begini Tradisi Cuci Benda Pusaka di Makam Kramat Tajug Cilenggang Tangerang Selatan
Dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW, masyarakat Cilenggang, Serpong Tangerang Selatan memiliki tradisi
Penulis: Zaki Ari Setiawan | Editor: Ahmad Sabran
Dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW, masyarakat Cilenggang, Serpong Tangerang Selatan memiliki tradisi yang sudah dilakukan turun-temurun sejak lebih dari satu abad silam yakni pencucian benda pusaka.
Benda bernama Tutup Puser itu merupakan benda pusaka peninggalan Tubagus Muhammad Athif, anak ke enam dari pahlawan Nasional Sultan Ageng Tirtayasa.
Bertempat di Makam Keramat Tajug, Cilenggang, Serpong Tangerang Selatan, prosesi pencucian benda pusaka dimulai dengan shalawatan yang dihadiri sekitar ratusan orang, Rabu (21/11/2018) malam.
“Budaya ini dalam rangka maulid nabi Muhammad dan juga pencucian benda-benda pusaka milik Tubagus Athif. Ini sudah dilakukan satu abad setengah, sejak abad 17 pasca wafatnya tubagus Muhammad Athif,” terang Tubagus Imamudin, Ketua Umum Yayasan Tubagus Muhamad Athif.
Pencucian benda pusaka dilakukan tepat menghadap makam Tubagus Muhamad Athif, sebuah benda berbentuk lingkaran berukuran sekira 5 cm yang bernama Tutup Puser itu tampak dicuci di dalam wadah berisikan air dan berbagai bunga.
Sambil terus diiringi shalawat, wadah tersebut kemudian diberikan kepada para pengunjung yang berada di dalam ruangan makam, tampak beberapa orang antusias untuk mencuci tangan sampai muka dengan air dari dalam wadah tersebut.
Menurut Imamudin, tradisi yang dilakukan setiap Maulid Nabi ini murni untuk pelestarian budaya dari kakek moyangnya.
“Ini dalam rangka melestarikan budaya yang telah diwariskan, ini sebagai entitas budaya, betul-betul sebagai peninggalan sejarah yang tidak boleh dilupakan, di situlah nilai-nilai yang sangat tinggi,” ujarnya.
Selain Tutup Puser, terdapat beberapa benda lainnya seperti tombak, keris, dan golok yang dibungkus oleh kain.
Prosesi pencucian benda pusaka ini juga dianggap Imamudin sebagai bentuk perawatan terhadap barang-barang yang memiliki nilai sejarah.
“Supaya barang ini tidak karatan, kita mencucinya pakai jeruk nipis air kelapa dan kembang,” ujarnya.