Jurnalis Arab Saudi Hilang
Terungkap Alasan Sesungguhnya Arab Saudi Ingin Jamal Khashoggi Hidup atau Mati
Soalnya, tidak pernah diduga, Arab Saudi akan melakukan tindakan yang memicu kemarahan dunia.
Pembunuhan Jamal Khashoggi membuat sebagian kalangan terperangah.
Soalnya, tidak pernah diduga, Arab Saudi akan melakukan tindakan ceroboh yang akan memicu kemarahan dunia.
Apalagi, jejak pembunuhan itu secara mudah diketahui dengan pikiran publik karena terjadi di dalam Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.
Soalnya, Arab Saudi merupakan negara yang di antaranya melayani kegiatan ibadah haji dan umroh yang dilakukan umat Islam di seluruh dunia.
Meski kegiatan umroh dan haji selama ini tidak pernah terjadi pembunuhan atau kejahatan lainnya.
Kegiatan berlangsung aman selama pelaksanaan umroh dan haji di Mekkah dan Madinah.
Hanya seorang Jamal Khashoggi pergi dengan cara dibunuh, tapi dampak kerusakannya sudah melebihi perang dengan sejumlah negara.
Banyak kalangan mengecam kegiatan pelenyapan pembangkang di sebuah negara dengan cara seperti itu.
Pembunuhan itu bahkan dilakukan dengan cara vulgar, sulit dipercaya kalau pembunuhan yang terjadi di Konsulat Arab Saudi di Istanbul itu dilakukan oleh pihak lainnya.
Selain akses yang sangat terbatas, memasuki konsulat tentu tidak bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja mereka mau.
Pembunuhan Jamal Khashoggi mengingatkan pada pembunuhan terhadap aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir, yang tewas di pesawat Garuda Indonesia, yang tidak terungkap.
Diduga, alasan pelenyapan aktivis HAM Munir dengan cara diracun menggunakan cairan arsenic, yang sangat mematikan punya alasan yang serupa dengan kasus pembunuhan terhadap Jamal Khashoggi.
Munir adalah aktivis yang mengetahui banyak tentang Indonesia dan sering mengungkapkannya di media.
Meski jelas, pembunuhan itu dilakukan di sebuah pesawat yang merupakan pesawat Indonesia, sehingga hanya orang tertentu punya akses untuk melakukan pembunuhan itu di dalam pesawat.
Pesawat itu akan membawa Munir ke Bandara Schipol, Amsterdam.
Pembunuhan itu dilakukan dengan perencanaan panjang, sehingga meski ratusan penumpang pesawat, tapi hanya Munir yang tewas karena sasaran pembunuhan ini hanya terhadap Munir.
Demikian halnya pembunuhan terhadap Jamal Khashoggi, yang dilakukan diduga oleh sejumlah algojo di dalam sebuah ruangan di konsulat itu.
Tesis pertama menjelaskan bahwa untuk menghapus jejak Jamal Khashoggi, maka dilakukan mutilasi, sehingga anggota tubuh korban tidak tersisa, kemudian potongan tubuh itu dimusnahkan.
Bahkan untuk mengelabuli pihak lain, pelaku telah membuat upaya mengecoh di mana salah seorang pelaku memakai pakaian yang sebelumnya dikenakan Jamal Khashoggi.
Pakaian itu kemudian dikenakan dengan penampilan mirip, sehingga bisa membuat pihak tim pembunuh mengecoh berbagai pihak di kemudian hari.
Pelaku memakai jenggot dan kumis palsu agar penampilannya mirip Jamal Khashoggi.
Diduga, saat eksekusi dilakukan, Jamal Khashoggi dalam keadaan telanjang.
Sementara itu, spekulasi terus berkembang, tapi ada informasi menarik yang ditulis oleh seorang sahabat yang mengenal baik Jamal Khashoggi.
Seperti karya yang ditulis Christopher Dickey, seorang sahabat Jamal Khashoggi ini, yang akan sedikit menguak misteri pembunuhan yang dialami oleh sahabatnya, yang menuangkannya di The Daily Beast, dikutip Warta Kota, Rabu (24/10/2018).
Alam pikiran kadang-kadang memainkan trik aneh, terutama setelah tragedi seperti pembunuhan berencana pada Jamal Khashoggi.
Ketika saya duduk untuk menulis cerita tentang obsesi bunuh diri oleh rezim Arab Saudi dengan Ikhwanul Muslimin, lawan mereka, maka orang pertama yang saya pikirkan adalah Jamal Khashoggi.
Selama lebih dari 20 tahun, saya menelepon dia atau bertemu dengannya, bahkan kadang-kadang mengisap pipa bersama, ketika saya mencari pemahaman yang lebih baik tentang negaranya, orang-orangnya, para pemimpinnya, dan Timur Tengah, Jamal Khashoggi adalah orang yang tepat.
Kami sering saling tidak setuju, tetapi dia hampir selalu memberi saya wawasan baru tentang tokoh-tokoh utama di wilayah ini, dimulai dengan Osama bin Laden pada 1990-an, dan tren politik, terutama ledakan harapan yang disebut Musim Semi Arab pada tahun 2011.
Dia akan menjelma menjadi orang yang berbicara tentang Saudi dan Ikhwanul Muslimin, oleh karena, dia tahu kedua sisi hubungan pahit itu dengan sangat baik.
Kemudian, tentu saja, saya menyadari bahwa Jamal Khashoggi akhirnya sudah mati, dia harus dibunuh justru karena dia tahu terlalu banyak.
Meskipun kisah-kisah itu terus berubah, kini, tidak diragukan lagi bahwa Putra Mahkota Saudi, berusia 33 tahun, Mohammed Bin Salman (MBS), penguasa di depan tahta ayahnya yang sudah jompo, dia diyakini telah mengeluarkan kata-kata kepada antek-anteknya yang loyal bahwa ia ingin Jamal Khashoggi dibungkam.
Sebuah cerita sebelumnya menjelaskan, pembungkaman dilakukan dengan memotong semua jarinya agar dia tidak bisa menulis lagi.
Karena itu, serangan terencana sebuah tim, yang diduga mengerti bahwa MBS menginginkan sosok Jamal Khashoggi dalam keadaan mati atau hidup.
Tetapi, kasusnya seolah berhenti dengan MBS, seperti yang disebut oleh Mohammed Bin Salman.
Dia bertanggung jawab atas pembunuhan yang mengerikan seperti halnya Henry II bertanggung jawab atas pembunuhan Thomas Becket ketika dia berkata:
"Siapa yang akan menyingkirkan saya dari pendeta yang usil itu?"
Dalam kasus ini, Jamal Khashoggi adalah seorang jurnalis yang usil.
Kami sekarang tahu bahwa beberapa pemain kecil akan membayar mahal untuk kasus pembunuhan ini untuk menghapuskan jejak mereka.
Beberapa dari mereka bahkan mungkin dieksekusi oleh sang kepala suku Arab Saudi (satu sudah dilaporkan tewas dalam kecelakaan mobil).
Namun, pengalaman juga memberi tahu kita sorotan perhatian dunia akan bergeser.
Penjualan senjata akan terus berlanjut dan kematian kolumnis The Washington Post, Jamal Khashoggi, berisiko hanya menjadi satu cerita usang dalam sejarah penindasan yang meningkat dan mematikan terhadap jurnalis yang dicap sebagai "musuh rakyat" oleh Donald Trump dan berbagai tiran raksasa di seluruh dunia.
Namun, ada lebih banyak pembunuhan Jamal Khashoggi daripada soal kebebasan pers.
Kematiannya memegang kunci untuk memahami kekuatan politik yang telah membantu mengubah Timur Tengah dari wilayah harapan tujuh tahun lalu menjadi salah satu penindasan brutal dan pembantaian yang terjadi, saat ini.
Yang membawa kita kembali ke pertanyaan tentang ketakutan dan kebencian kaum Arab Saudi terhadap Ikhwanul Muslimin, persaingan regional dari mereka yang mendukungnya dan mereka yang menentangnya, dan permainan tahta di House of Saud atau Istana Kerajaan itu sendiri.
Jamal Khashoggi bukan pusat dari konflik-konflik itu, tetapi kariernya melibatkannya, secara fatal, dalam semua pertikaian itu.
Ikhwanul Muslimin bukanlah organisasi politik yang baik, tetapi tidak juga Terror Incorporated atau pencipta berbagai teror.
Gerakan itu diciptakan pada 1920-an dan dikembangkan pada 1930-an dan 1940-an sebagai alternatif Islam bagi fasis sekuler dan ideologi komunis yang mendominasi gerakan-gerakan antikolonial revolusioner pada saat itu.
Dari organisasi politik lainnya, Ikhwanul Muslimin telah memelajari nilai-nilai struktur yang ketat, disiplin partai, dan kerahasiaan, dengan wajah publik yang mengabdikan diri pada aktivitas politik konvensional — bila memungkinkan — dan cabang bawah tanah yang menggunakan kekerasan jika itu tampak berguna.
Di novel Sugar Street, penulis pemenang Hadiah Nobel Naguib Mahfouz membuat sketsa potret aktif seorang aktivis Ikhwanul Muslimin, yang menyebarkan kredo politik kelompok di Mesir selama Perang Dunia II.
"Islam adalah keyakinan, cara beribadah, bangsa dan kebangsaan, agama, negara, bentuk spiritualitas, kitab suci, dan pedang," kata pengkhotbah Ikhwanul Muslimin.
"Mari, kita siapkan perjuangan yang panjang. Misi kami bukan untuk Mesir saja, tetapi untuk semua Muslim di seluruh dunia. Itu tidak akan berhasil sampai Mesir dan semua negara Islam lainnya telah menerima prinsip-prinsip Alquran ini secara umum. Kami tidak akan membuang senjata kami sampai Quran telah menjadi konstitusi untuk semua orang percaya."
Peristiwa yang dialami Jamal Khashoggi terlalu mahal di tengah pertikaian di antara kalangan Ikhwanul Muslimin yang di antaranya diikuti oleh Erdogan dan bekas pemimpin Mesir, yang dikudeta oleh militer, beberapa waktu sebelumnya.
