Haji 2018
8 Adab dan Doa Khusus Pulang Haji yang Mesti Diamalkan, Berlaku Juga untuk Kerabat dan Penjemput
Adab pulang haji tidak hanya berlaku bagi jemaah, tetapi juga keluarga atau kerabatnya. Ini 8 adab pulang haji.
ADAB pulang haji atau setelah menjalankan ibadah haji di Tanah Suci sudah diatur dalam Islam.
Adab pulang haji bagi para jemaah haji juga telah ditulis dalam sejumlah kitab dan tidak hanya berlaku bagi jemaah saja, tetapi juga keluarga atau kerabatnya.
Imam An-Nawawi menulis tema haji dan umrah secara khusus melalui karyanya Al-Idhah fi Manasikil Hajj.
Di akhir karyanya ini, Imam An-Nawawi menulis sejumlah hal yang perlu diperhatikan terkait proses perjalanan pulang jamaah haji dan keluarga yang menyambutnya di tanah air.
Baca: BNNP DKI Waspadai Penyebaran Narkotika di Kalangan Pelajar
Baca: Sandiaga Uno: Tim Sukses Harus Representasikan Kepentingan Emak-emak
Menurutnya, sejumlah hal yang perlu diperhatikan saat perjalanan pulang haji itu sebenarnya sudah disebutkan di awal karyanya terkait awal perjalanan jamaah haji.
Tetapi ada beberapa tambahan yang perlu diperhatikan.
اعلم أن معظم الآداب المذكورة في الباب الأول في سفره مشروعة في رجوعه من سفره ويزاد هنا آداب
Artinya, “Ketauhilah, mayoritas adab yang tersebut pada bab pertama perihal awal perjalanan haji juga disyariatkan pada proses perjalanan pulang dari ibadah haji. Tetapi di sini ada sejumlah tambahan adab,’” (Lihat An-Nawawi, Al-Idhah fi Manasikil Hajj, [Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], halaman 247).
Sejumlah hal yang perlu diperhatikan, kata Imam An-Nawawi, terdiri atas delapan hal.
Baca: FOTO VIRAL: Sudah Jadi Bu Hajah, Anissa Pohan Tampil Berkerudung Bikin Heboh Medsos
1. Bertakbir 3 kali
Pertama, sunnah meneladani Rasulullah SAW, yaitu bertakbir sebanyak 3 kali sepulang naik haji bila melewati jalan menanjak atau perbukitan.
Setelah takbir, jamaah haji dianjurkan membaca doa yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim berikut ini:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ، وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ، آيِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ، سَاجِدُوْنَ لِرَبِّنَا حَامِدُوْنَ، صَدَقَ اللهُ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ
Lâ ilâha illallâhu wahdahû lâ syarîka lahû, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa ‘alâ kulli syai’in qadîrun. Âyibûna, tâ’ibûna, ‘âbidûna, sâjidûna li rabbinâ, hâmidûn. Shadaqallâhu wa‘dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzâba wahdahû.
Artinya, “Tiada tuhan selain Allah yang esa. Tiada sekutu bagi-Nya. Segala puji bagi-Nya. Dia kuasa atas segala sesuatu. (Kami) kembali, bertobat, menyembah, bersujud kepada Tuhan kami, dan memuji. Maha benar Allah akan janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan menghancurkan pasukan musuh sendiri.”