Katanya Buka Payung di Dalam Rumah Bikin Sial, Simak Kebenarannya di Sini
Nenek bilang jangan membuka payung di rumah. Ya, iyalah. Untuk apa pula membuka payung di dalam rumah?
Penulis: Dian Anditya Mutiara | Editor: Dian Anditya Mutiara
NENEK bilang jangan membuka payung di rumah. Ya, iyalah. Untuk apa pula membuka payung di dalam rumah?
Sudah ada atap rumah yang terbuat dari asbes, tanah liat, atau beton yang melindungi kita dari hujan atau sengatan terik matahari.
Namun hal-hal itu kerapkali disambungkan dengan mitos-mitos yang terbangun sejak zaman nenek moyang kita.
Misalnya, takhayul yang mengatakan jika membuka payung di dalam rumah niscaya bakal membawa kesialan bagi si empunya rumah.
Seperti dikutip Wartakotalive Ayobandung, takhayul soal membuka payung di dalam rumah kemungkinan besar berasal dari abad ke-18, ketika payung masih merupakan penemuan yang relatif anyar.
Meski desainnya mirip dengan payung yang ada di hari ini, namun payung pada zaman-zaman awal perkembangannya ini sangat sulit untuk digunakan kaku.
Tak ada jarak saat membuka payung. Payung tertutup rapat atau langsung membuka dengan cepat.
Seringkali dengan kekuatan sedemikian rupa, ujung payung bisa berbahaya bagi siapa saja yang berdiri di dekatnya.
Bisa-bisa tertampar oleh ujung payung dan berbahaya.
Nah, karena membuka payung di dalam rumah seringkali berakibat pada konsekuensi negatif, alhasil takhayul soal payung pun berkembang untuk meminimalisir itu.
How Stuff Works menulis jika takhayul jangan membuka payung di dalam rumah pertama kali dibisikkan oleh orang Mesir Kuno.
Kala itu, bangsawan Mesir terlindungi dari sengatan matahari dengan payung yang terbuat dari papirus dan bulu merak.
Payung itu dirancang untuk meniru dewi langit. Siapa pun yang membiarkan payung itu jatuh atau mengenai seseorang lainnya, maka mereka dianggap sebagai pembawa nasib sial.
Pemikiran lain juga berpendapat jika membuka payung di dalam rumah bisa mengganggu semangat positif yang ada di dalamnya dan menyebabkan kemalangan menimpa keluarga.
Jadi, apa pun teori yang digunakan, sebaiknya kamu membuka payung saat berada di luar rumah saja.
Sebab, jika kamu membuka payung di dalam rumah, artinya kamu kurang kerjaan. Atau bisa jadi kamu adalah seorang anak kecil yang main topeng monyet di dalam rumah.
Payung Bukan Penahan Cuasa
Sejarah payung hujan sebenarnya tidak dimulai dengan kisah payung hujan sama sekali.
Seperti dilansir Wartakotalive.com dari cheeky umbrella, keberadaan payung hujan modern pertama kali digunakan untuk tidak tahan terhadap cuaca basah, tetapi matahari.
Selain dari beberapa akun di China kuno, payung hujan berasal sebagai payung (istilah yang lebih umum digunakan untuk kerai) dan didokumentasikan sebagai digunakan di daerah-daerah seperti Roma kuno, Yunani kuno, Mesir kuno, Timur Tengah dan India sebagai awal abad ke-4 SM Tentu saja versi kuno payung hujan modern ini dirancang dan dibangun dengan bahan yang sangat berbeda seperti bulu, daun atau kulit, tetapi bentuk kanopi sangat mirip dengan produk yang terlihat hari ini.

Kanopi payung tahun 1600-an ditenun dari sutra, yang memberikan ketahanan air yang terbatas jika dibandingkan dengan payung hujan hari ini, tetapi bentuk kanopi yang berbeda tidak berubah dari desain terdokumentasi paling awal.
Bahkan hingga akhir 1600-an, payung hujan masih dianggap sebagai produk hanya untuk wanita terhormat, dan pria akan diejekan jika mereka terlihat pakai payung.
Hingga 1800-an hingga saat ini, material yang digunakan untuk membuat payung hujan telah berevolusi, tetapi bentuk dasar kanopi yang sama tetap ada.
Whalebones telah diganti dengan kayu, kemudian baja, aluminium dan sekarang fiberglass untuk memproduksi poros dan tulang rusuk, dan kain nilon modern yang diolah telah menggantikan sutra, daun dan bulu sebagai pilihan yang lebih tahan cuaca.