Pemilu 2019

KPU Larang Parpol Beriklan di TV, Perindo: Ini Seperti Macan dan Kucing Diadu Berlari

Padahal, dia melihat Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu tidak mengatur aktivitas parpol dalam masa sebelum kampanye.

Penulis: |
Warta Kota/Henry Lopulalan
Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (kedua kanan) menunjukkan berkas saat mendaftarkan partainya ke KPU Pusat di Jakarta, Senin (9/10). 

WARTA KOTA, PALMERAH - Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Ahmad Rofiq mempertanyakan keputusan penyelenggara pemilu membatasi partai politik peserta Pemilu 2019, memasang iklan kampanye di lembaga penyiaran.

Dia menilai kebijakan itu tidak adil. Sebab, hal itu akan memberatkan parpol baru bersaing di Pemilu 2019. Karena, parpol baru membutuhkan sarana sosialisasi kepada masyarakat.

"Ini sama halnya, seekor macan dengan kucing diadu berlari. Macan adalah partai-partai yang sudah berpuluh-puluh tahun. Kucing parpol baru lahir. Kalau disuruh adu lari, secara logika, sangat dirugikan kucing, karena yang diadu tidak ada keseimbangan," tutur Ahmad Rofiq, Selasa (27/2/2018).

Baca: Anggap Museum Bahari Seperti Neneknya, Arsitek Ini Takkan Menolak Jika Diminta Merestorasi

Dia menegaskan, regulasi harus mengatur setiap parpol untuk sosialisasi.

Namun, aturan terkait penyiaran, pemberitaan, dan iklan kampanye, membuat ruang sosialisasi tersebut ditutup.

Padahal, dia melihat Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu tidak mengatur aktivitas parpol dalam masa sebelum kampanye.

Dia mengklaim, KPU dan Bawaslu menafsirkan aturan yang tidak memberikan rasa keadilan.

Menurut dia, peraturan itu rawan gugatan.

Selain itu, dia menilai, peraturan tidak didasari kepada kepentingan demokrasi dalam rangka memberikan informasi mengenai partai-partai baru terhadap masyarakat.

Baca: Prabowo Mau Jadi Capres Lagi, Golkar: Tawarkan Dong Program yang Lebih Hebat bagi Masyarakat

"Masak sosialisasi enggak boleh? Bagaimana memperkenalkan partai? Ini tidak fair. Kalau dasarnya kesetaraan justru ini tidak setara," ujarnya.

Sebelumnya, KPU menetapkan 23 September 2018 sebagai hari pertama kampanye di Pemilu 2019.

Sampai saat itu, penyelenggara pemilu memberikan kelonggaran kepada partai politik melakukan sosialisasi.

Untuk membahas itu, KPU sudah menggelar rapat dengan Bawaslu, Dewan Pers, dan Komisi Penyiaran Indonesia, untuk menyiapkan tahapan Pemilu dan batasan-batasan apa yang diperbolehkan dan dilarang. Keempat lembaga itu juga sepakat membentuk gugus tugas.

Baca: Sering Meluap Saat Hujan, Kali Sunter Dipasangi Tanggul Bronjong

Gugus tugas menetapkan sejumlah hal. Aturan pertama, iklan kampanye di lembaga penyiaran dilarang.

Hal ini karena iklan itu sudah diberi alokasi waktu selama 21 hari di tahapan kampanye.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum mengatur dua macam iklan kampanye, yaitu difasilitasi KPU dan iklan kampanye diiklankan oleh calon.

Meskipun iklan dilakukan oleh peserta, desain dan materi dikoreksi KPU. Ini dilakukan untuk menaati isi iklan tak bertentangan dengan aturan.

Aturan kedua, pemberitaan kampanye diperbolehkan. KPU berkepentingan masyarakat mendapatkan informasi terkait peserta pemilu.

Apabila tak ada pemberitaan, KPU khawatir masyarakat tidak mendapatkan informasi yang cukup dari peserta pemilu.

Baca: Politikus PPP: Kalau Rakyat Menghendaki Jokowi Dua periode, Dihalangi pun akan Tetap Terpilih

Tetapi, pemberitaan tersebut harus berimbang. Jika tidak, Dewan Pers sebagai leading sector dapat melakukan penindakan.

Selain mengatur penyiaran dan pemberitaan, aturan ketiga mengenai alat peraga kampanye (APK).

Parpol boleh melakukan sosialisasi nomor urut partai ke internal masing-masing.

Sosialisasi internal maksudnya menggelar pertemuan terbatas berbeda dengan pertemuan umum.

Apabila ada pertemuan di rapat-rapat tertutup, harus dilaporkan ke KPU dan Bawaslu setempat.

Untuk pemasangan bendera parpol dan nomor urut, KPU memberikan kesempatan memasang di kantor partai, di forum pertemuan terbatas, di tempat yang oleh kabupaten/kota diizinkan sesuai ketentuan.

Selain itu, pemasangan reklame atau spanduk itu diperbolehkan.

Pemerintah daerah mempunyai kewenangan mengatur masing-masing sesuai ketentuan peraturan di daerah, namun berbentuk sosialisasi bukan kampanye. Sebab, kampanye disesuaikan berdasarkan jadwal. (*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved