Butuh Sirkuit, Atlet Balap Motor Depok Incar Terminal Bus Jatijajar untuk Latihan

Kebutuhan sirkuit untuk latihan, tampaknya sudah cukup mendesak bagi para atlet balap motor di Depok.

Penulis: Budi Sam Law Malau |
Warta Kota/Budi Sam Law Malau
Sejumlah atlet balap motor depok saat survey lokasi di Terminal Bus Jatijajar, pekan lalu. 

WARTA KOTA, DEPOK - Kebutuhan sirkuit roadrace atau lahan beraspal untuk latihan, tampaknya sudah cukup mendesak bagi para atlet balap motor di Depok.

Apalagi sebentar lagi mereka akan menghadapi kompetisi di Porda Jabar 2018.

Karenanya para atlet balap motor di Depok mulai mengincar sejumlah lokasi yang bisa dijadikan sirkuit sementara untuk mereka latihan, karena sampai kini Depok belum memiliki sirkuit.

Salah satu yang dianggap layak digunakan adalah lahan Terminal Bus Jatijajar di Jalan Raya Bogor, Tapos, Kota Depok, yang belum dioperasikan namun sudah rampung 85 persen.

Apalagi sejak 2015 lalu, Terminal Bus Jatijajar yang rampung 85 persen ini, pembangunannya belum dilanjutkan sampai kini, karena prosedur aturan bahwa terminal akan diambil alih oleh pemerintah pusat.

"Daripada tidak digunakan dan terbengkalai seperti sekarang. Alangkah baiknya, jika kami para atlet balap motor di Depok diizinkan latihan di Terminal Bus Jatijajar. Sebab kondisinya akan jauh lebih terawat jika boleh kami gunakan untuk latihan," kata Hendara Apriana (22) kepada Warta Kota, Jumat (5/1/2017).

Hendara Apriana adalah atlet muda balap motor asal Depok yang akan berlaga dalam Porda Jabar 2018 mendatang membela Kota Depok.

Menurut Hendra, pada akhir Desember 2017 atau pekan lalu, ia bersama para atlet balap motor Depok lainnya telah melakukan survei lokasi ke Terminal Bus Jatijajar.

"Tempatnya cukup layak jadi tempat latihan balap motor atau sirkuit sementara. Apalagi sebentar lagi ada Porda Jabar. Tinggal dikasih cone atau ban bekas saja, lahan beraspal di Terminal Bus Jatijajar bisa jadi tempat kami latihan," kata Hendra.

Untuk mewujudkan hal itu, kata Hendra pihaknya sudah mengajukan dan meminta dukungan dari Ikatan Motor Indonesia (IMI) Depok serta Koni Depok.

"Jadi nantinya dari IMI Depok akan maju ke KONI Depok minta surat pengajuan. Setelah surat dari KONI kami pegang, baru kita ke Dishub Depok mengajukan dan meminta izin untuk pakai lahan terminal jadi sirkuit sementara untuk latihan," kata Hendra.

Hendra memastikan penggunaan lahan terminal jadi sirkuit sementara tidak akan merusak aspal atau bangunan lain di terminal.

"Justru akan menjadi lebih terawat daripada dibiarkan terbengkalai seperti sekarang," kata dia.

Seperti diketahui .eski memiliki banyak atlet balap motor berbakat dan beberapa nama di antaranya bahkan disegani di kancah nasional, Kota Depok nyatanya sangat tertinggal dalam pembinaan atlet balap motor, terutama akibat ketiadaan sirkuit motor.

Karenanya pembalap Kota Depok tidak lolos dalam babak kualifikasi (BK) beregu untuk Porda Jabar 2018 mendatang.

Ini artinya Depok hanya akan bertarung di dua kelas perorangan balap motor di Porda Jabar.

Hendra menuturkan, ketertinggalan Depok dalam cabang olahraga balap motor dari kota lain adalah karena tidak adanya fasilitas memadai dan dukungan penuh dari Pemkot Depok terhadap olahraga balap motor.

"Terutama tentang ketersediaan sirkuit roadrace atau lahan kosong beraspal untuk atlet latihan. Sampai saat ini, Depok tidak punya, dan atlet balap motor kesulitan untuk latihan. Padahal tujuan kami ya untuk harumin Kota Depok. Tapi ini tidak didukung dengan fasilitas," papar Hendra.

Ia mengatakan ditengah maraknya aksi kejahatan geng motor yang meresahkan di Depok, sejumlah anak muda di Depok yang juga mencintai motor sangat berbakat dalam olahraga balap motor dan mencoba mengangkat nama Kota Depok dengan berkompetisi di olahraga balap motor ini.

Bahkan kata Hendra, olahraga balap motor ini bisa menjadi salah satu solusi dalam menangani kenakalan remaja di Depok.

"Namun sayangnya dukungan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok dan Koni Kota Depok untuk penyediaan fasilitas olahraga balap motor di Depok masih minim untuk membina atlet muda balap motor di Depok," kata dia.

Padahal beberapa nama pembalap motor asal Depok, cukup disegani di kancah nasional dan Asia, diantaranya Fabrianus Balank atau Ardan SQ.

Kebutuhan utama untuk mendukung para atlet balap motor di Depok adalah sirkuit roadrace balap motor atau paling tidak lahan kosong beraspal untuk balap motor, yang belum dimiliki.

Sampai kini, ketiadaan sirkuit balap motor di Deppk, membuat para atlet balap motor di Depok cukup resah.

"Kebutuhan akan sirkuit roadrace balap motor di Depok sudah sangat mendesak," katanya.

Sebab tanpa adanya sirkuit, atlet balap motor di Depok akan selalu kesulitan dalam berlatih dan kemampuan mereka akan tertinggal.

"Kami kesulitan untuk berlatih tanpa ada sirkuit. Yang kami butuhkan tak mesti berbentuk sirkuit modern. Tapi lahan aspal kosong pun bisa untuk sirkuit, seperti bekas parkiran atau terminal gitu," kata Hendra.

Karenanya kata Hendra pembinaan atlet balap motor asal Depok sangat terkendala tanpa adanya sirkuit atau lahan kosong yang bisa dipakai untuk balap motor.

"Padahal banyak banget, atlet balap motor asal Depok yang bagus. Tapi kesulitan latihan, karena gak ada sirkuit," katanya.

Sehingga kata dia, saat ini para atlet balap motor jika ingin berlatih harus ke Sentul, Bogor, dan membayar biaya sewa sirkuit dari kocek pribadi, yang cukup mahal.

"Latihan di sentul mahal sekali bagi kami, atlet balap motor. Biayanya Rp 350.000 sehari untuk satu motor," kata Hendra.

Ia mengatakan pada tahun 2000 an sempat ada lahan yang bisa dijadikan arena sirkuit balap motor di Depok yakni di GOR Cilodong, Depok.

"Tapi sekitar 2007, atlet balap motor gak boleh lagi latihan di lahan aspal di sana. Dan sampai sekarang atlet balap motor Depok gak punya tempat latihan," kata dia.

Hal itu pulalah, kata Hendra, yang menjadi penyebab atlet balap motor asal Depok gagal lolos babak kualifikasi Porda Jabar 2018, untuk dua kelas beregu yakni 125 CC dan 250 CC.

"Namun Depok akan tetap berlaga di kelas perorangan balap motor di Porda Jabar 2018 nanti, termasuk saya sebagai pembalap cadangan," kata Hendra.

Ia mengatakan sejak beberapa tahun lalu, para atlet balap motor di Depok sudah mengajukan untuk pengadaan sirkuit ini ke KONI Depok.

"Tapi belum terealisasi sampai kini," kata Hendra.

Menurut Hendra di Depok sebenarnya ada lahan beraspal yang cukup baik dan bisa digunakan sebagai sirkuit balap motor.

"Misalnya di Terminal Jatijajar yang belum dipakai sampai sekarang, cukup layak untuk kami latihan. Juga di GOR Cilodong bisa, tapi gak tahu gimana soal izinnya kalau dipake untuk balap motor," kata Hendra.

Ke depan, ia berharap Depok memiliki sirkuit roadrace balap motor atau paling tidak lahan beraspal untuk atlet berlatih, dengan dukungan atau difasilitasi oleh Pemkot Depkok. "Sebab apa yang kami lakukan ini dengan terjun ke olahraga balap motor, nantinya juga untuk mengharumkan nama Kota Depok," kata Hendra.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved