Ini Penyebab Banyaknya Anak-anak yang Terkena Difteri
Sejauh ini tercatat sebanyak 38 anak anak meninggal akibat penyakit Difteri dan 600 anak dirawat
Penulis: Rangga Baskoro |
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Rangga Baskoro
WARTA KOTA MENTENG -- Sekretaris Satgas Imunisasi IDI, Dr Sujatmiko menjelaskan sejauh ini tercatat sebanyak 38 anak anak meninggal akibat penyakit Difteri dan 600 anak di 120 kota atau kabupaten seluruh Indonesia dirawat.
Penyebab utamanya, sambung Sujatmiko disebabkan oleh tidak lengkapnya imunisasi anti Difteri. Kebanyakan orang tua menganggap apabila anaknya sudah melakukan imunisasi.
"Kata orang tuanya sudah imunisasi, padahal kemarin imunisasinya mungkin yang hepatitis atau lainnya. Difterinya belum," ujar Sujatmiko di Kantor PB IDI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/12).
Berdasarkan data, sebanyak 70-80 persen anak-anak yang terjangkit Difteri tidak lengkap melakukan imunisasi DPT, DT dan TD. Hal itu dilihat dari catatan di KMS atau Kartu Catatan Imunisasi para korban.
Umumnya, para imunisasi Difteri penderita terhenti saat memasuki jenjang Sekolah Dasar. Terbukti dari mayoritas penderita berada pada interval umur 5-10 tahun.
"Yang disebut lengkap bila sanoai 2 tahun imunisasi DPT 4 kali. Sampai umur 5 tahun DPT 5 kali. Sampai umur kurang dari 19 tahun tambah DT dan TD totalnya 8 kali," tuturnya.
Sementara itu, Konsultan Alergi dan immunologi IDAI, Prof Dr dr Zakiudin Munasir, SpA (K) menjelaskan wabah Difteri kembali muncul lantaran kondisi kekebalan tubuh penduduk di suatu wilayah menurun hingga 60 persen.
"Minimal suatu wilayah kalau 80 persen penduduknya punya kekebalan, maka sisa 20 persennya tidak akan tertular. Karena 80 persen tersebut gak akan nularin penyakit. Kalau kekebalan suatu masyarakat menurun hingga 60 persen, maka akan terjadi KLB seperti ini," kata Zakiudin.
Lebih lanjut lagi, penangan pasien yang sudah terjangkit Difteri akan sulit ditangani lantaran virus Difteti bisa menyebarkan toksin ke dalam tubuh yang bisa melumpuhkan kinerja jantung beserta jaringan lain yang ada di dalam tubuh. Pemberian Anti Difteri Serum (ADS) pun tidak menentukan keselamatan pasien.
"Proses ADS itu mahal. Jadi lebih baik menanggulanginya dengan cara imunisasi sebelum terjadi," tuturnya. (*)