Ok Otrip Disebut Tak Matikan Para Sopir Angkutan Umum
Dirut PT Transportasi Jakarta, Budi Kaliwono mengatakan konsep Ok Otrip yang diprogramkan Pemprov DKI tak akan mematikan para sopir angkutan umum.
Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Hertanto Soebijoto
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Rangga Baskoro
WARTA KOTA, TANAH ABANG -- Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (TransJakarta), Budi Kaliwono mengatakan konsep Ok Otrip yang diprogramkan Pemprov DKI Jakarta tak akan mematikan para sopir angkutan umum.
Pihaknya akan mengusahakan untuk bekerjasama untuk mengintegrasikan angkutan umum seperti angkot dan bus dalam kota, Bus Transjakarta dan Commuter Line agar lebih memudahkan masyarakat untuk menaiki angkutan darat.
"Tapi intinya TJ tidak mematikan bisnis yang lama (angkot), konsep Ok Otrip itu tidak mematikan yang lama justru kamj bersama-sama dengan pelaku yang ada sekarang," kata Budi saar acara diskusi, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (24/11/2017).
Konsep yang diusung selain mengintegrasikan berbagai moda transportasi, juga akan mengusahakan agar tarif yang berlaku untuk bisa mengelilingi Jakarta hanya sebesar Rp 5.000 saja.
Baca: Jika Menikah, Aline Adita Ingin Langsung Punya Anak
"Bagaimana Pemprov DKI Jakarta ingin mengurangi beban masyarakat supaya dari keluar rumah firstmail sampai lastmail hanya Rp 5.000. Pulang begitu juga. Jadi niatnya ini adalah program untuk mengurangi biaya kehidupan," tuturnya.
Meski begitu, konsep Ok Otrip sayangnya tak bisa dierlakukan untuk angkutan berbasis rel seperti commuter line, MRT dan LRT. Tarif sebesar Rp 5.000 hanya berlaku bagi angkutan berbasis darat.
Budi mengakui menghadapi berbagai kendala, terutama dalam hal antrean penumpang yang diperkirakan akan menumpuk di stasiun-stasiun.
Oleh sebab itu integrasi antar moda transportasi diperlukan agar penumpang yang baru turun dari commuter line bisa langsung menaiki moda transportasi lain untuk melanjutkan perjalanan.
"Bisa (diatur) dengan strategi operasional karena inikan tidak setiap hari, ada jam-jam tertentu. Itu yang mesti kami hitung dan bikin sama-sama dengan KJC. Tapi memang yang jadi hambatan bukan teknikalnya, lebih pada space, tempatnya, bagaimana jika nanti terjadi pengendapan itu akan membuat kemacetan baru, aspek sosial dengan angkot-angkot lama," ujar Budi.