Mahfud MD Lantang Tolak Negara Minta Maaf ke PKI Sama Persis Seperti Pandangan Emha

Indonesia tidak boleh minta maaf kepada PKI, no way, kata dia, sejumlah tokoh lainnya juga berpendapat yang sama.

Kompas
Mahfud MD 

WARTA KOTA, PALMERAH -- Selain Emha Ainun Najib, yang menyatakan, Indonesia tidak boleh minta maaf kepada PKI, sejumlah tokoh lainnya juga berpendapat yang sama.

Baru-baru ini, Emha Ainun Najib membongkar keturunan PKI yang bahkan bukan hanya bisa bekerja di berbagai bidang.

Baca: Emha Tunjuk Keturunan PKI Bahkan Bisa Jadi Staf Presiden dan Minta Kontroversi PKI Diakhiri saja

Bahkan ada di antara keturunan PKI itu yang bekerja sebagai staf Presiden di Istana.

"Kedudukannya sangat tinggi," katanya, dikutip Warta Kota.

Dalam pandangannya, Emha menolak kalau negara sampai minta maaf kepada PKI sebagaimana suara yang disampaikan sejumlah pihak dan LSM untuk terjadinya rekonsiliasi.

Bahkan, belum lama ini, terjadi kerusuhan gara-gara sebuah acara yang digelar di YLBHI.

Baca: Muhammad Ali Mengungkap Siapa Saja Pengawalnya

Kisah kelam PKI di tahun 1948 dan 1965 memang menjadi rentetan peristiwa berdarah sejarah Indonesia.

Kekejaman PKI mungkin menyerupai revolusi di USSR, sebelum negara komunis ini pecah menjadi sejumlah negara termasuk Rusia.

Peristiwa berdarah di Rusia di mana terjadi pembantaian terhadap Kaisar Tsar dan keluarga serta anak cucunya menjadi peristiwa berdarah yang mengerikan.

Demikian juga di tahun 1948 dan 1965 di saat maraknya penculikan dan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh beragama Islam, adu domba, dan sebagainya.

Terkait dengan polemik PKI, mantan Menteri Pertahanan (Menhan), Mahfud MD, yang juga pernah menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu juga punya pandangan senada.

Negara tak boleh minta maaf pada PKI.

Kalau negara minta maaf pada PKI, nanti negara bisa disuruh minta maaf kepada umat Islam karena pernah membiarkan PKI.

Demikian, sebagaimana disampaikan Mahfud, dalam salah satu kicauan di media sosial.

Padahal, dalam salah satu video yang beredar, bekas atasan Mahfud MD yaitu Presiden Gus Dur malah menyalahkan Soeharto dalam kasus PKI itu.

Sejumlah kalangan termasuk netizen juga mengecam wacana Indonesia sampai harus minta maaf kepada PKI.

Suara-suara masyarakat di antaranya bisa diketahui dari komentar-komentar keras yang disampaikan di media sosial dan media online.

Baca: Amoroso Katamsi Ikuti Keseharian Soeharto Temukan Fakta Mengejutkan Demi Peran di Film

Barangkali, benturan tidak akan terelakkan kalau sampai ada upaya negara minta maaf kepada PKI apalagi banyak masyarakat sipil, khususnya kaum Muslim yang jadi korban keganasan PKI.

Terkait kontroversi Partai Komunis Indonesia (PKI), Emha Ainun Najib atau Cak Nun ikut memberikan penjelasannya.

"Jadi, siapa duluan yang membunuh?" katanya, dalam sebuah tanya jawab yang beredar luas di media sosial.

Emha Ainun Najib
Emha Ainun Najib (Wikipedia)

Dia menyorot kasus 1948 dan 1965.

Dia minta semua mempelajari sejarah bangsa ini.

"Jadi, kalau dua kampung berseteru, satu dibunuh, yang lain ikut membunuh karena kalau tidak saya membunuh, saya akan dibunuh," katanya.

Dia menyatakan, di kala terjadi banyak penculikan dan pembunuhan oleh PKI, dia memang tiap hari membawa pedang karena bapaknya akan diculik dan dihabisi PKI demikian juga yang akan terjadi pada Cak Nun.

"Namaku, dulu, masih Muhammad, tapi supaya tidak Islam nemen (terlalu), tak (aku) ganti jadi Emha," katanya.

Baca: Kisah Loyalitas Tendean yang Mengaku sebagai AH Nasution

Yang menarik, dalam tanya jawab ini, Cak Nun membuka tentang fakta bahwa keturunan PKI ada di mana-mana dan tidak ditolak bekerja bahkan ada yang diterima dalam kedudukan terhormat sebagai staf Presiden.

"Pertanyaannya, apakah keturunan PKI itu dibunuhi? Ndak toh, diterima tidak sebagai bangsa Indonesia? Diterima, bisa kerja, bahkan keturunannya jadi staf Presiden, tingkatnya tinggi," katanya tanpa merinci siapa staf tersebut.

Apa yang disampaikan Emha tersebut akan mengingatkan tudingan yang sempat dilontarkan oleh Alfian Tanjung.

Terus, kata Emha, kalau PKI menuntut karena menjadi korban, terus apakah yang umat Islam yang jadi korban keganasan PKI menuntut juga.

"Kalau diteruskan, tidak akan selesai," katanya.

Kalau soal dibunuh, Emha mengakui dirinya sudah berkali-kali mau dibunuh.

"Sayangnya yang membunuh tidak berhasil," katanya, meski mengakui pembunuhan itu memang hampir menghilangkan nyawanya karena dibuat sakit, tapi tetap gagal.

Baca: Terungkap Alasan Ronaldo Menolak Tubuhnya Ditato

Emha menyatakan, tahu siapa yang akan membunuh dia dengan berbagai cara itu.

Pria ini Ditangkap Sebut Ada PKI di Istana

Polda Metro Jaya menetapkan ustaz Alfian Tanjung sebagai tersangka terkait kasus dugaan menyebarkan ujaran kebencian.

Dia pernah menyebut kader PDIP dan orang dekat Presiden Joko Widodo adalah kader PKI.

"Iya sudah (ditetapkan sebagai tersangka)," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Raden Prabowo Argo Yuwono saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (30/5/2017).

Baca: Michelle Ziudith Naksir Polisi Spanyol yang Ganteng

Argo menyebut, Alfian rencananya akan dipanggil sebagai tersangka oleh Polda Metro Jaya besok, Rabu (31/5/2017).

"Nanti, Rabu dipanggil sebagai tersangka," kata dia.

Sebagaimana banyak diberitakan media massa dan beredar luas di media sosial, Sabtu (1/10/2016), sekitar pukul 20.00 malam, di Mesjid Jami' Said Tanah Abang, Alfian Tanjung menyatakan bahwa sejumlah orang yang dia tuduh PKI sudah menguasai Istana.

Menurutnya, sudah tak ada lagi konsultan tentara di sana.

Baca: Amien Rais Ungkap KPK Memang Mbahnya Lemah karena Hanya Urus Kasus Kecil

Adapun pernyataan Ustaz Alfian yang diunggah di laman Youtube dengan judul "Alfian Tannjung: Istana Negara Jadi Sarang PKI Sejak Mei 2016".

Pada video berdurasi 0:45 detik itu, Alfian menyebut sederet nama termasuk Teten Masduki.

Adapun kutipan pernyataannya itu adalah: "Sejak bulan Mei tahun 2016 di Istana Negara di dalam lingkungan Istana Negara sudah tidak ada lagi tentara aktif. Ini saya ngomong karena tahu bukan saya sok tahu. Ini berat nih ngomong direkam lagi banyak rekaman"

"Kenapa nggak ada (tentara aktif), karena mereka sekarang diisi oleh Teten Masduki, Boi Suprianto, Budiman Sudjatmiko, Waluyo Jati, Nezar Patria, dan sederet kader-kader PKI yang mereka menjadikan Istana tempat rapat rutin mereka tiap hari kerja di atas jam 8 malam ke atas".

"Keren ya, jadi Istana Negara sekarang sarangnya PKI sejak bulan Mei 2016 sampai kapan gue nggak tahu".

Baca: Amien Rais Berzikir Doakan Kandungan Putrinya Dilecehkan Goenawan Mohamad

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved