Ketua PBNU: Pulang dari Arab Enggak Dapat Ilmu tapi Jenggot Dipanjangin, Pakai Gamis, Jidat Hitam

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, mengunjungi para TKI di Malaysia.

TRIBUNNEWS/ADIATMAPUTRA FAJAR PRTAMA
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj di Pesta Rakyat untuk WNI di Malaysia, Kuala Lumpur. 

WARTA KOTA, KUALA LUMPUR - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, mengunjungi para TKI di Malaysia.

Dalam tausiahnya, Said Aqil mengingatkan kepada para pekerja untuk mencari ilmu yang banyak tanpa melupakan budaya bangsa sendiri.

Said pun bercerita saat belajar di Arab Saudi, ia membawa banyak ilmu untuk di bawa ke Indonesia.

Namun Said menyayangkan banyak orang Indonesia justru membawa budaya Arab ke Tanah Air.

Baca: Sarah Azhari Rindu Bikin Sensasi

"Pulang dari Arab saya bawa ilmu, bukan budayanya. Ilmu tafsir, faqih faslafat islam, budayanya tidak," ujar Said di Pesta Rakyat WNI di Malaysia, Kuala Lumpur, Minggu (24/9/2017).

Said memaparkan saat ini banyak WNI setelah pulang dari Arab, tidak membawa pendidikannya ke Indonesia.

Hal yang dibawa, kata Said, hanya penampilan, seperti jenggot panjang, baju gamis, dan jidat hitam

"Sekarang banyak orang pulang dari Arab enggak dapat ilmu tapi jenggot dipanjangin, pakai gamis, jidat hitam," ungkap Said.

Baca: Rizieq Shihab: LGBT dan Prostitusi Harus Lenyap

Said menambahkan, untuk bisa mempertahankan bangsa, harus bisa mempertahankan budaya asli terlebih dahulu.

Selain itu, moral masyarakat, tutur Said, juga harus baik.

"Akhlaknya mulia, moralnya baik, budayanya mulia, negara itu bertahan lama. Tapi jika tidak, bisa cepat hancur negara itu," ucap Said.

Tolak Radikalisme

Di kesempatan lain Ketua Umum Pengurus Besar Nadhalatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siraj juga pernah menyerukan kepada seluruh santri untuk menolak radikalisme dan sejumlah pandangan lain yang berseberangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Hal itu diungkapkan dalam sambutan Upacara Hari Santri Nasional di Lapangan Monumen Nasional beberapa waktu lalu.

Dikatakannya, ISIS bukan musuh tentara atau polisi, tetapi menjadi musuh bersama.

Lanjutnya, tugas sebagai muslim adalah jihad melawan anarkisme, terorisme, ISIS yang bertentangan dengan agama Islam.

"Akhir-akhir ini banyak terjadi ancaman atau sudah mengendornya terutama generasi muda mencintai tanah air dan pancasila. Konon ada survei, sebanyak 7 persen anak muda simpati pada isis. Yang bergabung sekitar 1240-an, yang meninggal 58, pulang puluhan. Perlu kita perkuat kembali komitmen kita terhadap NKRI," ujar Said Aqil di Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat, Sabtu, (22/10/2017).

Said mengklaim pesantren NU tidak ada yang radikal. "Saya jamin pesantren NU tidak ada yang radikal. 22 ribu lebih santri NU itu, yg radikal pasti bukan kiyai dan santri NU," katanya.

Dirinya juga melarang warga NU untuk melakukan segala aktifitas demo. Pasalnya, Said khawatir nantinya akan terjadi fitnah.

'Warga NU Tidak boleh demo, apel santri boleh seperti ini. Demo tidak boleh, tidak keuntungan, hanya rawan jadi fitnah," ujar Said.

Said Aqil pun meminta para santri agar bersama-sama mendukung kerukunan antar umat beragama demi terciptanya kemaslahatan bagi eksistensi seluruh masyarakat Indonesia.

"Kita tunjukan kepada dunia, umat islam Indonesia tetap bersatu, solid dengan beragam budaya, suku agama, aliran dan aliran partai politik. Kita tetap solid. Beda dengan Timur Tengah entah kapan bisa selesai perang saudara," tutupnya. (*)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved