Narkoba

Ternyata, Tembakau Gorila Rasanya Nggak Enak

Tembakau gorila menjadi berbahaya karena bukan sembarang tembakau, tetapi ada campuran cairan ganja sintetis di dalamnya.

Warta Kota/Bintang Pradewo
Tembakau Gorila 

Para pemakai itu mengaku mendapatkan tembakau gorila dengan harga Rp50ribu untuk dua linting sepanjang ukuran tusuk gigi. Harga yang dianggap murah dan lebih mudah ditemukan membuat para pengguna mencicipi tembakau gorila ketika sulit menemukan ganja.

"Sekarang sih Rp50ribu dapet dua linting. Dua linting sudah bisa bikin melayang satu tongkrongan. Soalnya dua-tiga kali hisap sudah melayang," kata AB.

"Sekarang lebih gampang cari gorila. Soalnya gele enggak ada," lanjut dia.

Ia mengaku, tembakau gorila dijual dilingkungan pertemanan. Barang yang dibeli berupa daun tembakau kering yang dilinting menggunakan kertas papir, atau sama seperti akan mengonsumsi ganja.

Di sisi lain, para pengguna tersebut ingin berhenti menggunakan tembakau gorila karena dampak yang membahayakan. "Teman saya masuk rumah sakit karena kebanyakan," kata AB.

Dilansir dari keterangan pers Badan Narkotika Nasional (BNN) awal 2017, tembakau gorila masuk dalam klasifikasi new psychoactive substances dengan nama AB-CHMINACA yang termasuk jenis synthetic cannabinoid (SC).

Meskipun demikian hingga saat ini zat tersebut belum masuk daftar lampiran UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika dalam bentuk Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), namun sejauh ini telah masuk dalam tahap finalisasi draft di Kemenkes untuk masuk dalam Narkotika gol. I.

Kebanyakan dari SC yang beredar dikonsumsi dengan cara dihisap seperti rokok, kemudian SC akan diabsorbsi oleh paru-paru dan kemudian disebarkan ke organ lain terutama otak.

Oleh karena itu salah satu efeknya yakni seseorang akan terlihat "plonga-plongo" sambil membayangkan menjadi "sesuatu" misal superman dan lain sebagainya. Sedangkan efek samping penggunaan SC yaitu dimulai dari gangguan psikiatri seperti psikosis, agitasi, agresi, cemas, ide-ide bunuh diri, gejala-gejala putus zat, bahkan sindrom ketergantungan.  (Antara)

Sumber:
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved